Prolog

48 6 0
                                    

"Aduh mana gak ada makanan, mama baru tidur lagi. Trus hp ku lowbatt pula, gak bisa pesen lewat online."

Alika lapar dan tak ada satupun yang bangun di jam hampir subuh itu, akhirnya ia memutuskan untuk beli mie instan di toko kelontong yang jaraknya lumayan jauh dari rumah.

Sekitar 1km 300 meter.

Alika pergi jalan kaki, karna tak bisa menggunakan motor.

Di sepanjang perjalan ia terus saja di tawari ojek, tentu saja di tolak. Soalnya dia hanya ngepas bawa uangnya.

Sesampainya di toko itu, Agus -pemilik toko- terlihat kaget melihat Alika yang tumben-tumbennya ke warung sendirian. Jalan kaki pula.

"Loh neng Al, kok jalan kaki? Mamanya kemana?"

"Lagi tidur pak, mau bangunin tapi kasian." jawab Alika sambil tersenyum dan mengambil nafas, capek.

Dafa yang sedang nongkrong sambil ngopi di warung itu mencuri dengar percakapan Alika dengan pak Agus, sambil melihat Alika yang sedang mengelap keringat dari atas sampai bawah.

Cih, bantet.

Tapi cantik juga. batin Dafa.

"Ya tapi kan kasian juga kamunya capek, jarak rumah kamu lumayan jauh kan dari sini?" tanya pak Agus sambil memberi tissue pada Alika.

Setelah menerima tissue Alika pun menjawab pertanyaan pak Agus "Gapapa pak, itung-itung olahraga hehe."

Singkatnya, setelah membayar mie instan Alika pun pulang.

Dafa terus memperhatikan Alika yang sudah berjalan lumayan jauh itu.

"Heh, kenapa lo? Kasian ngeliat tuh cewek? Yaudah sono lo anterin." Mahendra, teman Dafa yang sedikit lebih tua dari dia memberi saran kepadanya.

"Dih, ogah. Lo aja sono." ujar Dafa yang kini memainkan ponselnya.

Tawaran Dafa membuat Mahendra senang, karna sebenarnya ia juga naksir sama Alika.

"Cih, yaudah. Jangan sirik ye kalo dia mau." Mahendra memakai jaketnya lalu pergi untuk menyusul Alika.

Setelah Mahendra berhasil menyusul Alika, ia pun mulai menawari.

"Ojek, neng?"

Aduh goblok, kenapa nawarinnya ojek? Sesal Mahendra dalam batinnya.

"Gak usah mas, makasih." jawab Alika dengan pandangan lurus, tanpa memandang Mahendra sedikitpun.

"Emang rumah eneng dimana?" tanya Mahendra pantang menyerah.

"Itu, di situ." tunjuk Alika asal, padahal itu rumah orang.

"Oh... Yaudah." Mahendra percaya saja lalu ia pun kembali ke toko tadi dan masih ada Dafa di sana.

"Loh, gagal nih?" tanya Dafa yang sedang main Mobile Legend.

"Iye, katanya rumah dia deket di sono noh."

"Lah tolol, rumah dia jauh. Gak denger tadi tu cewek ngobrol sama pak Agus?"

"Eh, emang iya?" tanya Mahendra sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal. Yah, terlalu fokus memperhatikan Alika membuat Mahendra tak mendengarkan apa yang gadis itu bicarakan dengan pak Agus.

Tak menjawab Dafa malah tanya balik, "Emang tadi lo nawarinnya kek gimana?"

"Ojek, neng?"

"Ye bego, jelas lah dia gak mau trus ngeles rumahnya deket. Udah cepetan sono lo susulin lagi, kali ini lo tawarinnya gratis. Trus nanti sekalian minta nomer hpnya." perintah Dafa.

"Enak aje lo suruh-suruh abang."

Idih pede banget, emang lo abang gue? Dafa hanya bisa membatin, males ribut soalnya lagi nge-game.

"Bener-bener, mintain nomer hpnya. Tu cewek boleh juga." Derian, teman mereka yang daritadi diam akhirnya angkat bicara.

"Yeuh giliran nomer hp cewek aja mbacot lo." cibir Mahendra. "Yaudah, gue susulin lagi ye."

"Iye." jawab Dafa dan Derian barengan.

Sementara di sisi lain...

Aduh capek, tapi rumah udah deket. Ayo semangat, Alika! Batin Alika yang kini jalannya sudah sedikit melambat akibat kelelahan.

Saat rumah sudah di depan mata, Mahendra datang lagi menawarkan tumpangan, kali ini gratis tentunya.

"Neng, rumahnya di mana sih? Ayo saya anterin, gak di bayar juga gak apa-apa"

Alika kaget.

Pikirannya pun sudah tak karuan karena sudah lelah dan juga lapar.

loh bukannya dia tukang ojek yang tadi ya?

Kok sekarang nawarinnya gratis sih?

Jangan-jangan aku mau di apa-apain lagi?

"G-gak usah mas, itu rumah saya udah deket." tunjuk Alika ke rumah dia yang sebenarnya, kali ini.

"Ah, eneng mau boongin saya lagi ya?" Mahendra tak bisa percaya begitu saja kali ini.

Raden Mahendra Wijaya gak bisa di boongin lagi sekarang. batin Mahendra pede setengah mati.

"Enggak mas, beneran. Itu rumah saya."

"Oh yaudah deh, ngomong-ngomong eneng tinggal sama siapa?" kali ini Mahendra mencoba basa-basi dengan Alika.

Namun pertanyaan Mahendra membuat Alika sedikit takut dan curiga.

"Ya... Sama keluarga lah." jawab Alika agak ragu.

Duh kok sekarang dia nanya yang aneh-aneh sih? Aku kan takut jadinya. batin Alika sembari mempercepat jalannya.

"Neng, minta nomer hpnya dong." akhirnya Mahendra pun to the point.

Tapi apakah Alika bakalan kasih?

Tentu tidak.

Alika pun ngeles sambil lari.

"Aku udah punya pacar!"

LacunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang