Ibu... Kemana kita kan pergi?

117 31 9
                                    

Tahukah kamu nak? Ayah kita itu pemberani dan ia sedang berjuang untuk kita dan negeri ini. Kalau kamu merindukan dia, lihatlah ke langit bintang Alpha Centauri itu. Dia adalah ayahmu yang akan selalu bersama kita dan akan kita sambut dengan kemeriahan. Percayalah itu .

Itu adalah ucap ibuku saat ia sedang merindukan ayah yang telah meninggal.

Ibu bercerita bahwa ketika ia baru saja menikah, ia harus berpisah dengan ayah karena ayah berjuang bertarung melawan Jerman .

Tentu saja aku percaya, lagipula aku pun belum pernah melihat ayah.

"Suatu hari nanti , kita akan hidup bahagia tanpa perlu menderita kedinginan di tanah Eropa ini. Kita akan merayakan natal dan tahun baru dengan kue , coklat panas, dan juga daging sapi yang nikmat ," ucap ibuku yang sedang mendongeng untuk menidurkan ku .

"Iya ibu, dan aku pasti bisa naik kuda putih bersamamu , karena ibulah ksatria sejatiku," ucapku.

Malam itu kami hanya tinggal di rumah kayu dengan alas jerami dan api hangat untuk menerangi dan menghangatkan malam dingin Perancis.

Ibu adalah orang Yahudi, sedangkan ayah adalah orang Jerman yang lama tinggal di Polandia. Alasan itulah yang membuat kami harus pergi dengan sembunyi-sembunyi dari Polandia.

"Oh iya nak, waktu hari ulang tahunmu, ibu belum bisa memberikan hadiah. Saat kita tiba di Inggris, apa yang kamu inginkan?" tanya ibuku.

"Aku hanya ingin ibu bersama ku selamanya," ucapku.

"Oh, Ludwig. Ibu pasti akan selalu bersamamu," dengan sedih ia menjawab ku dan memelukku dengan keranjang buah.

Kami melarikan diri dari Polandia ketika usiaku 5 tahun, aku lahir pada tanggal 1 September 1934. Aku diberi nama Ludwig Bertus oleh ibuku atas keinginan ayah sebelum ia meninggal.

Ayah ku meninggal ketika ia bertugas . Ibuku tidak pernah bercerita dimana ia tewas , ia selalu mencintai ayah dan membawa namanya dalam dongeng nya.

Hari ulang tahun ku sangat tragis, kado ulang tahun untuk ku adalah penyerangan yang menghancurkan rumahku dan teman-teman ku.

Saat itu, keluarga ku hendak menyiapkan pesta ulang tahun untuk ku. Nenekku, kakekku, pamanku, sahabatku dan keluarganya. Namun seketika , rumah ku bergetar dan hancur.

Aku yang baru pulang dari sekolah dengan ibuku terkejut dan langsung lari bersembunyi.

Kami hanya bisa merapalkan doa, berharap Tuhan masih mau melindungi kami dari semua itu.

"Jangan takut nak, pegang tangan ibu , jangan menangis ataupun berteriak. Ibu ada bersama mu , ibu bersamamu, kalau kau takut, ucapkan saja doa sebanyak mungkin," kata ibuku sambil menggendongku dan berlari.

Kami melintasi banyak sekali rintangan. Bersembunyi dibalik hutan , mendaki bukit, dan berharap kami tidak tertangkap.

Kalau mengingat saat-saat itu rasanya aku ingin menangis, karena kami baru melarikan diri selama empat bulan.

Saat itu pilihan kami adalah melarikan diri ke Inggris lewat laut atau lewat darat melewati hutan dan gunung.

Pilihan kami adalah yang kedua, namun justru kami memilih menetap sementara di Perancis.

Saat di Perancis, kami menemukan rumah kayu tua dengan hutan yang banyak buah-buahan.

Kegiatan kami hanyalah mengumpulkan buah untuk makan dan persediaan ke Inggris.

"Ibu, apa kita benar-benar akan ke Inggris? Apa orang Inggris akan menerima kita? Kenapa ayah tidak melindungi kita? Kenapa Tuhan tidak menurunkan malaikatnya untuk kita?" tanya ku penasaran.

Ibu ... Kemana Kita Kan Pergi?Where stories live. Discover now