Siang itu cuaca di Indonesia sangat panas. Aku tiba dengan penerbangan Garuda dari Amerika, dan tiba di Indonesia dengan selamat. Sangat gembira hatiku ketika bisa menginjakkan kembali kakiku di tanah kelahiranku yang begitu aku cintai ini.
Setelah sepuluh tahun menghabiskan pendidikanku di Amerika, akhirnya sekarang aku berkesempatan untuk merasakan kembali dinamika kehidupan ku di Indonesia. Aku sudah tak sabar untuk kembali ke rumah, melihat kedua orangtuaku dan juga kakakku, Daud, yang sangat kucintai.
Dengan perlahan namun pasti aku menuruni tangga pesawat. Dibelakangku terlihat beberapa orang menyusul dengan senyum sumringah. Aku berjalan santai menuju ke dalam gedung bandara sambil menenteng tas tanganku yang berwarna merah muda. Dengan pakaian bergaya kasual aku berjalan melewati para penumpang lainnya tanpa mempedulikan mereka.
Seperti biasa, salah satu kaum kerabatku pasti akan menyempatkan waktu untuk menjemputku jika aku kembali ke Indonesia. Ketika aku kembali dari Amerika, bibi yang tinggal di Amerika sudah terlebih dahulu mengabari kepulanganku kepada ayah, ibu dan juga kakakku.
Namun, berbeda dengan kali ini. Mereka semua seakan - akan tidak pernah diberitahukan oleh bibi. Atau mungkin mereka sudah tahu, namun sibuk karena ada urusan mendadak? Aku pun tak tahu.
Aku cukup kesal dengan itu. Namun, aku bukanlah seorang anak kecil lagi. Bulan depan, tanggal 6 Juni, aku akan tepat berusia 25 tahun. Jadi, sudah tentu, aku harus menjadi pribadi yang tak bergantung pada orang lain. Aku bisa mandiri! Dengan tegar aku tetap berusaha mengontrol diriku sendiri di tengah kebingunganku. Di mana ini merupakan pertama kalinya aku kembali lagi ke Indonesia setelah jangka waktu yang sangat lama.
Banyak orang telah memadati bandara itu. Ada yang ingin melakukan penerbangan. Ada pula yang sedang menanti kedatangan kaum kerabatnya. Dan juga mereka yang mungkin datang untuk menghantar kaum kerabat ataupun kenalan mereka yang ingin berangkat.
Sambil menenteng kopor di tangan kanan, aku berjalan keluar dari bandara itu. Dengan cepat kubuka tas tanganku itu. Aku pun mencari - cari telepon genggamku yang telah lama ku pakai sejak pertama kalinya aku meninggalkan kedua orangtua dan kakakku.
Namun sayang. Setelah lama mencari, aku tak kunjung menemukan handphone - ku itu. HP dengan harga 15 juta telah raib entah kemana. Aku sangat kesal dengan hal itu. Semua kenang - kenanganku yang berharga selama sepuluh tahun hidup di Amerika semua ada di dalamnya. Aku berusaha untuk kembali mengingat di mana terakhir kalinya aku menaruh benda berharga itu.
Namun, semakin aku mencoba untuk mengingatnya, maka semakin lupa diriku akan tempat terakhir kali barang itu disimpan olehku.
Yang ada di dalam tasku hanyalah uang simpananku, beberapa alat make-up, kertas - kertas nota barang belanjaanku, satu buku tulis berukuran sedang lengkap dengan pena, serta sebuah boneka beruang yang sangat kecil. Semua barang tak dapat membawaku pulang. Aku merasa putus asa dan tak tahu berbuat apa - apa lagi.
Namun tiba - tiba, sebuah mobil avanza berhenti tepat didepanku. Mobil itu berwarna hitam mengkilap dan seperti yang ku duga harganya bisa mencapai 1 Miliar. Betapa herannya diriku. Tak ada hujan, angin maupun petir, tiba - tiba saja sebuah mobil mewah telah terparkir dengan sangat elegannya di hadapanku.
Kaca mobil sebelah kanan itu turun dengan perlahan - lahan. Kini, sebagian kaca mobil yang gelap itu sudah tak terlihat lagi. Sebuah pemandangan yang aneh sekaligus menakjubkan tiba - tiba menyergap dan dalam sekejap membius kesadaranku.
Seorang lelaki berparas tampan -- 《tampangnya bukan main, seperti Elvis Presley saja pikirku》-- tiba - tiba menyalamiku dengan ramah.
"Hai Raisa!" sapanya dengan senyum lebar yang tersungging di bibirnya yang tak kalah manisnya.
Aku semakin dibuat bingung olehnya. Entah siapa orang ini, aku tak akan pernah peduli. Namun, caranya mengalami sangatlah tidak biasa. Sambil tersenyum manis, dia menyalamiku dengan sangat ramah. Seakan - akan dia juga merupakan orang yang pernah hadir di dalam hidupku. Siapakah gerangan orang ini? Apakah mungkin dia merupakan orang suruhan orangtuaku untuk datang menjemputku? Firasat dari perasaanku berkata lain : TIDAK! Karena aku tahu dan kenal baik dengan setiap orang suruhan ayah maupun ibuku. Tiba - tiba, lamunan ku yang penuh dengan tanda tanya dibuyarkan oleh suara indah lelaki itu.
"Apakah anda benar - benar wanita yang bernama Raisa?"
"Ya," jawabku singkat, tak ingin banyak bicara dengan lelaki itu.
"Baiklah kalau begitu. Sangatlah tepat dugaan dan perkiraan ku. Parasmu yang cantik sama sekali tak pernah berubah sejak 10 tahun yang lalu ketika kau meninggalkan negeri ini. Sekarang, aku akan memasukan kopermu ke dalam bagasi belakang mobil. Sedangkan kamu boleh masuk ke dalam mobil!" pintah lelaki itu.
Rambut hitamnya yang berkilau membuatku sedikit terperangah dan takjub. Dengan santai dia membuka pintu mobil, dan dipersilahkannya aku untuk masuk dan duduk di dalam mobil.
Dengan cepat diangkatnya koperku itu dan dibawanya menuju ke bagian belakang mobil. Dibukanya bagasi mobil dan koper kesayanganku yang berwarna biru langit itu dimasukkannya ke dalam bagasi. Ditutupnya kembali pintu bagasi dan tak lama kemudian dia sudah kembali ke tempat duduknya yang semula.
Di kursi kemudi yang cukup elegan itu, dia mendudukan tubuh kekarnya itu. Sambil duduk, diraihnya sabuk pengaman dan memasangkannya di tubuhnya yang berkotak - kotak itu. Pakaiannya yang ketat membuatku dapat dengan leluasa melihat setiap lekukan tubuhnya.
Sekali lagi, lelaki yang belum kuketahui namanya itu memastikan dengan sangat teliti apakah semua barang - barang ku telah diangkut ke dalam mobil.
Aku hanya mengangguk - angguk pelan. Sejak dia membukakan pintu mobil untukku, pipiku mulai memerah. Warna pipiku yang merona sama sekali tak menarik perhatian pria bertubuh seksi itu. Aku berusaha untuk kembali menenangkan diriku.
Namun, semakin ku coba, semakin merah pipiku. Maka, aku memutuskan untuk memendam rasa kagumku saja dengan duduk tenang sambil menundukkan kepalaku.
Tak lama setelah itu, mobil avanza nan mewah itu berlalu dengan sangat cepatnya dari area bandara. Kendaraan seharga satu miliar itu berjalan dengan kecepatan sedang.
Sembari memperhatikan kaca depan mobil, aku sesekali melirikkan mataku ke arah pria itu berada. Aku ingin sekali tahu namanya. Jika mungkin, aku juga ingin sekali mengetahui identitas sebenarnya dari lelaki bermata biru itu.
Lelaki itu dengan cepat menyadari pergerakan kecilku itu. Dengan cepat, sesekali dia membalikan kepalanya dan ditatapnya aku lekat - lekat tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Namun, aku berhasil lolos dari tatapannya yang dapat dengan mudahnya membius setiap hati kaum hawa itu.
Kini, tekadku sudah bulat. Dengan sedikit mengangkat kepalaku dan bersikap tenang aku berkata, "Bolehkah aku tahu namamu?"
"Namaku adalah..."
.
..
...
....
.....
......
.......
........
.........
..........
.........
........
.......
......
.....
....
...
..
.Penasaran siapakah nama sebenarnya dari lelaki yang dengan cepat dapat membius hati Raisa? Saksikan kelanjutannya di chapter berikutnya yah! Satu saja permintaanku, maksudnya banyak sih 🤣 :
1. Tolong di-like
2. Di-vote
3. Comment, and;
4. Share yah!Biar banyak orang yang dapat membaca cerita ini. Aku harap kalian suka yah teman - teman pembaca! 😄
Nantikan aku di bab berikutnya! See you! 👋
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALILAH
RomanceRaisa, wanita berdarah campuran Indonesia - Amerika, tiba di sebuah bandara yang membawanya pulang ke tanah airnya, Indonesia Namun, ada sebuah tragedi yang tiba - tiba terjadi di tempat itu. Seorang pria yang tak dikenalnya tiba - tiba datang dan m...