#1

10 2 1
                                    

Seperti biasa, Raina sudah sampai sekolah lebih awal daripada teman yang lain karena rumah Raina dan sekolah dapat dibilang cukup jauh dan daerah Raina termasuk daerah macet.

Saat Raina sampai di koridor kelas, ada seseorang yang memanggil namanya dengan kencang sehingga mampu membuatnya tersentak.

Raina menoleh ke belakang dan melihat Bella berlari tergesa-gesa menghampirinya.

"Hey Raina! Ayo masuk kelas," ucap Bella sambil menepuk pundak Raina dan merangkulnya memasuki kelas.

"Ternyata kamu Bell, gak heran sih suaranya keras banget," sahut Raina mengikuti langkah Bella memasuki kelas.

Bella terkekeh lebar yang menampilkan gigi putihnya yang tersusun rapih tanpa merasa dosa.

"Hehehe, maaf ... maaf ...., soalnya kamu jalan cepet banget sih. Em ... Raina nanti aku lihat tugas rumah kamu ya? Soalnya aku lupa kalau ada tugas Bahasa Indonesia," ucap Bella sambil menggaruk atas kepalanya yang tidak gatal.

Sudah menjadi ritual kebiasaan jika Bella tak mengerjakan tugas rumah, dan yap selalu dilengkapi dengan seribu satu  alasannya.

"Iya .. iya .. ayuk buruan nanti keburu bel masuk "

Jujur saja, sebenernya Raina tak ingin Bella selalu melihat hasil tugas rumah miliknya. Bukan karena Raina pelit atau sombong, tapi ini untuk kebaikan Bella. Kalau Bella selalu lihat hasil milik orang lain, pasti dia tak akan bisa mengerjakannya sendiri dan itu akan menjadikan Bella sulit menjawab soal ujian kelak.

Mereka sudah sampai di kelas, kebetulan  Raina dan Bella duduk depan belakangan karena rolling tempat duduk setiap minggunya.

"Nih Bell, nanti kumpulin punyaku juga ya?" Raina menyerahkan bukunya ke Bella.

"Oke, makasih ya, hehe." Bella mengambil alih buku itu dan segera menyalin jawaban dari Raina.

"Hmm ... " balas Raina dengan deheman dan menganggukkan kepalanya.

Selang dua puluh menit, bel masuk pun berbunyi dan para guru yang mengajar mulai masuk kelas masing-masing. Pagi ini Raina dapat mata pelajaran pertama yaitu Bahasa Indonesia. Hanya untuk info, Raina sudah kelas sepuluh SMA.

"Ayo anak-anak kumpulkan pr kalian," tutur bu Vera.

Bella dengan semangat mengumpulkan buku tugas rumahnya dan tak lupa ia juga mengumpulkan milik Raina.

"Bell, aku nitip bukunya dong," ucap Rendy sambil menyodorkan bukunya kepada Bella dengan raut wajah memohon.

"Gak ah! kamu kan bisa sendiri!" Jangan heran Bella seperti ini, dia itu sangat keras kepala dan tak mau mengalah —egois.

"Pelit." Rendy menarik kembali bukunya.

"Biarin!" balas Raina ketus dan segera melangkah ke depan meja guru.

Setelah pelajaran Bu Vera usai empat jam lamanya, bel istirahat pun berbunyi. Para murid berhamburan keluar kelas dengan tujuan yang berbeda-beda. Kalau untuk Bella dan Raina mereka memilih untuk pergi ke kantin karena mereka jarang membawa bekal.

"Rai!" panggil seseorang. Raina berhenti melangkah dan berbalik,

'ahh.. Rendy rupanya' batin Raina.

"Aku ikut dong, temen-temen aku pada latihan futsal, dan aku males hehe. Ikut ya..." Itu Rendy, Rendy selalu seperti ini membolos saat latihan futsal dan lebih memilih makan, padahal beberapa minggu kedepan tim futsalnya akan lomba.

"Ih! Kamu jangan bolos terus dong dari latihan, kali ini aku izinin ikut, tapi buat besok-besok jangan harap!" Raina mengendus sebal, balasan Rendy hanya menganggukan kepalanya serta mengacungkan jempol, ini mah cuma bullshit.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAAFTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang