"ISTANA" DEWA

62 31 5
                                    

Mama Sarah terlihat gelisah, sesekali ia melirik jam tangan nya. Tak lama kemudian datang mobil sedan mewah menjemputnya, seseorang keluar dari mobil itu dengan senyum sumringah.

"Sudah lama? Laki-laki itu bertanya sambil mengambil tas ditangan nya dan menuntun nya masuk ke dalam mobil.

Rasa marah yang tadi nya bersarang kini pergi sudah karena perlakuan nya yg slalu menyenangkan hati. Mama Sarah tersenyum manja.
Mobil melesat meninggalkan gedung perkantoran mewah milik keluarga besar Sarah.

" Kamu sudah makan? Ucap Pak Prabu, suaminya.

"Sudah Pa, tapi malam ini aku ingin masakin kamu sesuatu yang special pa, jadi kita mampir belanja dulu ya ujar Mama Sarah.

Pak Prabu mengangguk tanda mengiyakan.
Mobil mereka memasuki area pusat perbelanjaan.
Setelah memarkirkan mobil mereka melangkah memasuki supermarket yang ada didalam.
Seperti biasa Pak Prabu membawakan troli dan Mama Sarah yang memilih bahan-bahan yang ia cari.

Pak Prabu adalah sosok laki-laki yang slalu bersikap hangat terhadap istri, karena itulah Mama Sarah setiap hari jatuh cinta pada sosok laki-laki tampan ini, meskipun kepala nya telah banyak ditumbuhi uban namun wibawa masih sama saja seperti awal perjumpaan mereka dua puluh enam tahun lalu.

Mereka terlalu asyik mengobrol, sehingga tanpa sadar troli yang di dorong Pak Prabu mengenai Dewa yang sedang memilih barang belanjaan dengan bik Sumi.

Dewa terkejut, dan ingin marah, tapi ketika ia melihat siapa yang ada di depan nya, iapun mengurungkan niat nya.

"Dewa..??? Ujar Pak Prabu, ia belum percaya, karena meskipun mereka tinggal dalam satu kota, mereka terakhir bertemu satu tahun yang lalu.
Dewa hanya tersenyum sinis, ia ingin cepat-cepat berlalu tapi tangan Mama nya dengan cepat menahan nya.

" Kamu nggak kangen sama Mama Mas??? Tatapan rindu seorang Ibu terpancar jelas di mata nya. Tangan nya masih menggenggam lengan Dewa.

"Iya Ma, ujar Dewa singkat. Ia tidak berani menatap mata wanita yang ada didepan nya, sungguh sebenarnya Dewa tidak sanggup melihat serpihan luka itu lagi.
Dewa lalu menarik tubuh Mama nya dan memeluk wanita itu. Dicium nya kening Mamanya, dan berlalu pergi tanpa berkata sepatah katapun, Bik Sumi dengan menunduk kan sedikit tubuh nya berjalan membututi Dewa dari belakang.
Dewa berjalan terburu-buru, ia ingin cepat meninggalkan tempat itu. Bik Sumi setengah berlari mengejar Dewa, langkah Dewa yang berpostur tinggi sulit Bik Sumi imbangi dengan langkah nya yang bertubuh gendut dan pendek.
Dewa membuka pintu mobil untuk Bik Sumi, hal ini slalu ia lakukan ketika mengajak Bik Sumi bersamanya.
Mobil mereka Melesat meninggalkan pusat perbelanjaan itu menuju rumah sakit dimana Malika dirawat.

*******

Sore itu gerimis kembali turun, memasuki pertengahan September rintiknya masih terlihat lembut, berirama dan mendayu-dayu syahdu. Malika duduk diatas kursi roda nya, selang yang beberapa hari menancap ditangan nya sudah dilepaskan oleh suster yang berjaga, ia tengah menunggu Dewa.
Tak ada hal lain yang Malika lakukan selain menerima tawaran Dewa, kaki nya masih sulit digerakkan mustahil rasanya jika ia nekat tinggal sendiri di kamar kos nya.
Terdengar suara pintu terbuka, Malika yang duduk membelakangi pintu pun menoleh. Dewa memasuki ruangan di ikuti Bik Sumi yang terlihat sedikit berkeringat. Namun ia tersenyum kala melihat Malika, bik Sumi berjalan kearah di mana Malika berada.

" Masya Allah den, ini yg nama nya Malika? Ujar Bik Sumi, mata nya memandang Malika dari ujung kaki sampai ke ujung rambut. Bik Sumi sedikit membungkuk kan badannya, membelai rambut Malika yang tergerai. Malika tersenyum manis dengan Bik Sumi.

"Iya Bik, nama saya Malika ujar Malika sambil mengulurkan tangan nya.

Bik Sumi menyalami Malika dengan semangat.

Malika ( Ongoing / Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang