Adista Alzee POV
Hari ini adalah hari pertama aku bersekolah di SMA Bina Karya. Seperti sekolah pada umumnya, sekolah ini mengadakan ospek untuk penyambutan murid baru seperti aku. Disekolah ku ospek nya hanya biasa-biasa saja. OSIS hanya menyuruh kami meminta tanda tangan senior.
Disinilah semuanya terulang dan memulai.
"Permisi kak, kakak kenal sama yang namanya kak Defran gak?" tanyaku kepada seseorang yang memainkan handphone dan terpasang sebuah earphone di kedua telinganya.
"Kak? Kak?" Aku pun mengibaskan tangan ku di depan mukanya.
Dia hanya menatap ku sebentar, lalu kembali fokus kepada handphone nya lagi.
Dengan kesal, aku pun melepas earphone di telinga kirinya. Dia sontak memandang ku dengan tatapan tajam.
"Kenapa?" Tanyanya dengan sinis.
"Kenal kak Defran gak kak?" tanyaku.
"Ngapain nyari gue?" Ia memasukkan handphone serta kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Eh engga kok, cuma minta tanda tangan aja hehe" jawabku dengan senyuman simpul.
Aku menyerahkan buku serta pulpen kepadanya.
"Disuruh?" tanyanya
"Emm, maksudnya kak?
"Lo disuruh siapa?" dia menjawab dengan nada penekanan di setiap kata.
"Ohh, itu sama kak Gebby."
Dia pun mengambil buku ku serta pulpennya, dan menggores sebuah tanda tangan di sana.
"Lain kali jangan mau kalo disuruh gini lagi. Kalo ada yang marah atau ngebully lo, bilang sama gue." ia menepuk puncak kepalaku dengan senyuman yang sangat tipis. Aku hanya menjawab dengan anggukan.
Aku pun ingin melangkah kan kaki untuk pergi dari sana, tetapi ada tangan yang mencekal pergelangan tangan ku.
Ternyata itu kak Defran, "Nama lo siapa?"
Dengan gugup aku menjawab " Aa-Adista kak. Iya, Adista Alzee."
Ia melepas cekakan tangannya di lengan ku, "Gue Defran. Defran Elzra.
Aku pun mengangguk, lalu ingin meninggalkan tempat itu lagi. Tetapi lagi lagi lenganku berhasil dicekal olehnya.
"Kelas?" tanyanya.
"Buat apa kak? X IPA 1" aku bertanya balik."Buat mastiin kalau keadaan lo baik baik aja." Ia mengusap puncak kepalaku.
Pipiku merona, dan tak sadar dia melihatnya "Pipinya kenapa merah ta?".
"Eh" sontak aku memegang kedua pipiku. Lalu aku berlari darinya, karena aku malu terhadap kak Defran.
Defran hanya terkekeh geli, melihat reaksi gadis yang baru dikenalnya. Membuat Defran penasaran dengan kehidupan Dista.
Jangan lupa tinggalin jejak🐾
-vote and comment:)
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories
Teen FictionAku adalah orang yang masih terjebak di dalam masa lalu, sulit untuk keluar. Hati pun sudah membeku, untuk saat ini tak ingin mengenal apa arti cinta lagi. -Adista Alzee