Hari adalah hari terakhir minggu PTS dan minggu besok dimulai lah pekan remedial. Di mana seluruh murid yang nilainya belum memenuhi KKM harus memperbaiki nilai mereka sesuai dengan ketentuan guru mata pelajaran masing-masing.
Kring.. Kriingg.. Kriiinggg..
Terdengar suara deringan ponsel yang semakin lama semakin terdengar kecang. Dearni yang masih nyaman dengan posisi tidur mulai mengerjabkan mata. Tangan Dearni perlahan meraih ponsel yang diletakkan di meja kecil tepat di samping tempat tidurnya. Setelah mendapatkan ponsel Dearni melihat nama Gianita tertera di layar ponsel. Dearni, lalu mengeser tombol hijau yang tertera di ponsel.
"Halo.." ucap Dearni pada seseorang di balik sambungan telpon, sambil mengucek-ngucek mata yang masih terasa kantuk.
"Dear, lo di mana?"
"Di rumah."
"Dear bangun lo! Sekarang udah jam setengah tujuh!" Dearni mengubah posisi tubuhnya di tempat tidur.
"Bangun cepet wey! Gua mau Otw rumah lo," gerutu Gianita.
Dearni membelalakkan matanya melihat jam di dinding yang menunjukkan pukul setengah tujuh.
"Lah iya! Mati gua belom siap-siap lagi!" ucap Dearni panik, lalu terperanjat dari tempat tidurnya.
"Ya udah mandi sono cepetan!"
"Oke.. Oke.." cetus Dearni dan langsung memutuskan sambungan telpon.
Dearni Bergegas mengambil handuk yang tergantung rapi di pintu kamar mandi dengan detak jantung tidak keruan. Buru-buru ia mandi, setelah selesai ia pun mengenakan seragam sekolah. Dearni membuka pintu kamar berbegas untuk sarapan, tidak lupa ia memungut jaket yang tergeletak di lantai kamar.
"Duh gile, telat ini mah!" Berjalan menuju dapur.
Suasana rumah sepi, tidak ada orang hanya dirinya saja yang berada di rumah ini. Keluarga Dearni sepertinya sudah pergi lebih dulu. Ayah Dearni sudah sejak pukul lima pagi pergi ke kantor. Mama sedang pergi menjenguk nenek yang sedang sakit di kampung halaman. Sedangkan Disnika, kemana dia?
"Jelmaan gua, ke mana sih dia! Bukannya bangunin gua!" gerutu Dearni dalam hati.
Langkah kaki Dearni menuju meja makan, pandangannya tertuju pada tudung saji yang berada di atas meja makan. Tangan Dearni perlahan mengangkat tudung saji tersebut.
"Yah, ga ada makanan?" keluh Dearni dalam hati. Kini, pandangan Dearni beralih pada kulkas yang terletak tidak jauh dari meja makan. Ia pun menghampiri kulkas. Dipegangnya gagang pintu kulkas, lalu membuka kulkas tersebut. Di dalam kulkas tidak terlalu banyak persediaan makanan untuk di makan.
"Makan apa ya?" Tangan Dearni menopang dagu.
"Telur? Ga deh, waktunya ga sempet buat goreng telur. Mie? Sama aja ga sempet. Sayur? Mau di apain? Makan mentah-mentah, emang gua kelinci? Susu kotak? Boleh jugalah," ucap Dearni dalam hati.
Mengambil gelas yang berada di atas kulkas, kemudian menungkan susu tersebut ke gelas.
Karena rasa haus serta lapar yang melanda perutnya dengan cepat Dearni menghabiskan susu tersebut. Namun, setelah meminumnya rasanya seperti agak aneh. Karena merasa penasaran ia pum melihat keterangan yang tertera di kotak susu tersebut.
"Susu rendah proten, lemak dan karbohidrat. Cocok untuk diet," tanpa sadar mulut Dearni membentuk huruf O. "Huaa.. gua minum susu diet! Gile! Makin kurus ini bisa-bisa," ucap kesal.
Kring.. Kriingg.. Kriiinggg..
Tiba-tiba ponselnya berdering, Dearni merogoh saku rok putih abu-abu yang ia kenakan untuk mengambil ponsel. Tanpa melihat siapa si pemanggil, Dearni langsung mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lukisan Luka
Teen FictionFaras Mahera Putra adalah seorang pentolan di SMA Valletta Nusantara. Dia ingin sekali menghancur hidup seorang gadis bernama Dearni. Karena dia atau lebih tepatnya orang tua dari Dearni telah membuatnya terusir dari rumahnya sendiri dan membuatnya...