Our Special Girl

37.4K 2.5K 36
                                    

Haii haiii
Maaf ya baru sempat up😂

Cuss lah.. Menuju ending nih..😨😨

Happy reading all😂

Secha nampak sedikit sibuk membereskan pakaiannya selama dirawat dirumah sakit, pasalnya hari ini ia sudah diperbolehkan pulang.

Sementara disisi lain rumah sakit, tak jauh dari kamar inap Secha, Seto nampak memangku Dinda dan menyusui bayi mungil itu dengan sebuah alat khusus, hampir mirip dengan suntikan, namun tidak berjarum dengan ukuran yang lumayan besar.

Dinda menerima tetesan demi tetesan ASIP Secha dengan lahap, semakin hari, bayi merah itu nampak semakin pintar menyusu.

"Anak ayah masi laper ya nak?", kekeh Seto saat melihat bibir mungil Dinda mengisap jempol mungil nya, setelah selesai menyusu.

Seto mengecup pelipis Dinda dengan sayang, dengan bantuan suster, Dinda kembali dimasukan kedalam sebuah inkubator.

"Mari pak saya antar untuk menemui dokter Bahari.", ucap sang suster dengan name tag Widuri, ya suster itu memang sengaja disewa pribadi oleh Seto agar membimbingnya dan Secha untuk merawat Dinda di rumah sakit ini, karena Seto tak dapat mempercayakan Dinda ditangan banyak orang, katakanlah ia ayah yang over protektif.

"Biar anak buah saya yang mengantar saya keruangan dokter Bahari. Susul saja istri saya, temani dia sampai saya selesai bicara dengan dokter Bahari.", titah Seto, Widuri pun mengangguk paham.

"Ruangan dokter Bahari.", David mengangguk mendengar perintah sang bos.

Lelaki berbadan kekar itu pun mendorong kursi roda Seto menuju ruangan dokter Bahari, diikuti dua Pengawal Seto yang lain.

"Akbar. Jemput dokter Mark di bandara, setelah itu atur jadwal terapi saya dengan beliau.", titah Seto pada pengawalnya yang lain.

Lelaki berbadan kekar itu mengangguk patuh. "ada lagi pak?"

"Foto beliau sudah saya kirim ke nomor kamu. Pastikan Beliau mendapatkan fasilitas penginapan terbaik selama beliau menangani saya sebulan kedepan."

"Baik pak."

Lelaki bernama Akbar yang sudah 4 tahun bekerja dengan Seto itu mengangguk patuh dan segera bergegas menjalankan perintahnya.

Mark adalah seorang dokter spesialis ortopedi asal singapore  yang khusus didatangkan oleh Seto untuk menunjang kesembuhannya selama kurang lebih sebulan kedepan.

Senyum hangat dokter Bahari menyambut kedatangan Seto di ruangan nya.

"Bagaimana pak Seto terapinya hari ini?", sapa dokter Bahari ramah.

Seto tersenyum, "alhamdulillah banyak progres baik dok."

"Syukurlah.. Sepertinya Adinda juga sama dengan ayahnya, keadaannya semakin membaik. mungkin dalam minggu ini si Cantik sudah bisa pulang kerumah.", senyum Seto jelas mengembang sempurna.

"Alhamdulillah..", lirih Seto penuh syukur.

"Selain kabar baik ini, saya juga mau membahas perihal, ekhm.. Maaf, donor mata untuk Adinda.", ujar dokter Bahari merasa tak enak, lelaki paruh baya itu selalu saja merasakan kesedihan dari mimik wajah Seto dan Secha setiap kali mereka membahas topik ini.

"Saya sedang berusaha mencarikan donor terbaik untuk Adinda dok.", sela Seto.

Dokter Bahari tersenyum, "begini pak.. mengingat usia Adinda yang masih sangat kecil, saya menyarankan untuk menunda pencakokan mata tersebut, mungkin sampai Adinda berusia 5 atau 7 tahun.", jelas dokter Bahari.

Seto tak tau harus berekspresi seperti apa, batinnya berkecamuk.

"Jangan khawatir pak, ingatlah Allah selalu memberikan sebuah kelebihan dibalik kekurangan. Lagipula hanya sampai Adinda berusia 5 tahun.",ujar dokter Bahari mencoba menenangkan Seto.

"Tapi bagaimana dengan perkembangan Adinda dok? apa dia harus melewati golden age nya dalam kondisi buta?", tanya Seto.

"Penglihatan memang penting pak, namun ini semua demi keselamatan Adinda, Adinda tetap bisa belajar dengan panca inderanya yang lain, asah sebaik mungkin, dan pada saatnya nanti Adinda bisa melihat, percayalah, dia akan menjadi anak dan gadis yang luar biasa. Tuhan membuka jalan untuk Adinda agar bisa lebih unggul dari anak-anak lainnya, dia istimewa pak.", terang dokter Bahari, seketika Seto tersadar, ya! Gadisnya istimewa.

"Terimakasih dokter. Dokter benar.. Saya terlalu buta untuk melihat segala sesuatu dari sisi positif... Terimakasih telah menyadarkan saya dokter.", ungkap Seto tulus.

Dokter Bahari tersenyum mengangguk.

"Baiklah, bapak bisa istirahat, saya harus menemui pasien lain."

....

"Sayang..", Secha tersentak menerima tepukan di pundaknya.

"eh.. Iya mas?", jawab Secha dengan ekspresi sedih.

Ya, Seto baru saja memberi tau Secha mengenai obrolannya dan dokter Bahari tadi dan hal itu nampaknya cukup membuat Secha sedih, meski disisi lain ia juga tak ingin hal buruk terjadi pada putrinya kalau saja ia tetap memaksakan Dinda untuk operasi.

"Its oke sayang.. Tenanglah.. Dinda akan selalu jadi yang teristimewa, she is our special girl right?", bujuk Seto, Secha mengangguk pelan, wanita itu menyandarkan kepalanya ke dada sang suami seolah mencari ketenangan disana.

"Iya mas.. Apapun yang terbaik buat Dinda, aku ikut mas.", lirih Secha.

Seto tersenyum, ia mengecup kepala sang istri penuh cinta.

"Kamu memang yang terbaik. Iove you.", bisik Seto.

"I love you more.", jawab Secha mantap.

Keduanya saling bertatapan dalam, entah siapa yang memulai kedua pasang bibir itu mulai menyatu, menyalurkan rasa hangat, cinta dan rasa nyaman yang membuncah.

"Ehmm..Mas..", lirih Secha disela ciuman keduanya.

Seto menyudahi tautan bibir mereka, namun kening mereka masih saling menyatu, lelaki itu seolah menunggu apa yang ingi  dikatakan istrinya.

"Kita tunda punya adik untuk dinda ya? Paling enggak sampai dia benar-benar siap.. Aku ingin fokus pada Dinda dulu.", ujar Secha menatap penuh harap pada Seto.

"Sure baby.. apapun yang membuat kamu nyaman."

Cut😘
Maaf ya lama nggak up😅

(un)Loved Wife [END/COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang