26. Mourning Kingdom

1.8K 243 239
                                    

Kereta Ailfryd tiba di Kerajaan Avery hampir tengah hari. Padahal mereka berangkat dari rumah cendawan pada sore hari sebelumnya. Jarak antara Fairyfarm dan Avery memang sangat jauh jika ditempuh melalui jalan darat. Andai saja Ailfryd bisa menggunakan sihir seperti yang biasa dilakukan Ella, maka jarak Fairyfarm dan Avery hanya memakan waktu beberapa jam saja.

Sepanjang perjalanan Ammara hanya membisu seraya memandang keluar jendela. Matanya bengkak karena separuh perjalanan ia habiskan dengan menangis sesenggukan. Entah apa yang ia tangisi. Pikirannya terus dipenuhi dengan percakapan para kepik ajaib, terlebih sepanjang perjalanan matanya menangkap bunga-bunga Camellia yang terus tumbuh. Ammara berjuang sekuat tenaga untuk mengenyahkan berbagai asumsi buruk yang menggelayuti pikirannya, tetapi sepertinya ia gagal.

Begitu kereta berhenti, Ammara langsung melompat turun tanpa memedulikan panggilan ayahnya. Jantungnya berdebar kencang saat melihat keramaian yang tidak biasa di Avery. Bahkan, telinganya menangkap sayup-sayup tangisan dan lolongan sedih.

Ammara terus berlari, mencari wajah yang mungkin ia kenali untuk bertanya. Ia menyusup di antara peri-peri berwajah sedih dan bermata bengkak seperti dirinya. Tunggu dulu. Apa yang sebenarnya terjadi. Apa benar ada anggota kerajaan yang meninggal?


Ammara mencari jalan menuju istana utama, tetapi beberapa gerbang dan pintu masuk terlihat diblokade oleh para kesatria Elf. Istana Avery juga sangat kacau dengan bekas reruntuhan bangunan yang berserakan di mana-mana. Sesuatu yang buruk benar-benar telah terjadi di tempat itu rupanya.

Ammara semakin panik. Ia berlari tak tentu arah, bahkan sempat beberapa kali menabrak tubuh peri di hadapannya. Tiba-tiba ekor matanya menangkap salah satu sudut halaman istana yang dipadati peri Elf.

Ammara mendekat pada kerumunan itu, mengintip di balik punggung peri Elf yang sedang berkumpul dengan wajah-wajah sedih. Matanya membelalak saat menangkap pemandangan mengerikan di balik kerumunan itu.

Mayat-mayat peri terlihat sedang di bakar dalam api-api biru yang cukup besar. Ammara segera menyadari bahwa bau aneh yang menyeruak ke seluruh penjuru istana sejak ia menjejakkan kaki di sana adalah bau mayat peri yang sedang dibakar. Namun, siapa mereka dan mengapa ada begitu banyak mayat peri yang dibakar, pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepalanya.

Iris mata hijau Ammara tiba-tiba menangkap sosok-sosok yang ia kenal sedang berkumpul di satu sudut, dengan blokade ketat dari para kesatria Elf. Peri-peri yang berkumpul di sudut itu terlihat jauh lebih ramai. Ammara dapat melihat Putri Tatianna, Pangeran Archibald, Pangeran Claude dan Pangeran Elwood berjajar dengan wajah sedih dari posisinya. Mereka mengelilingi sebuah nyala api biru yang paling besar.

Ammara terkesiap. Ia mencari sosok Pangeran Elijah dan Putra Mahkota Albert di antara kerumunan itu. Namun, ia tak dapat menemukannya. Hatinya mendadak tidak enak.

Ammara berusaha mendekati tempat putri dan pangeran berdiri. Ia menyelinap melewati tubuh-tubuh peri yang saling berhimpitan. Begitu sampai di depan blokade kesatria Elf, ia tidak dapat masuk. Tak peduli seberapa keras ia berusaha memohon bahkan mendorong, para kesatria Elf tetap menghalanginya dengan tombak-tombak yang menyilang.

Ammara mulai merasa tenaganya terkuras. Pelipisnya dibanjiri keringat, sementara napasnya terengah-engah. Ia nyaris putus asa ketika tubuhnya membentur dada bidang sesosok peri laki-laki.

"Aww...!" desis Ammara seraya memegang keningnya yang terasa berdenyut.

"Kau mencariku?" tanya suara peri laki-laki berdada bidang di hadapan Ammara. Suaranya terdengar familier.

Fairyverse: a Fairy Tale Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang