Our Precious Moment

He is Here?

Darrel datang terlalu pagi di hari pertama sekolah menengahnya, jadi dia memutuskan untuk menjelajah gedung sekolah barunya. Dengan mengenakan seragam Kingsway –celana panjang abu-abu tua, kemeja lengan panjang putih ditutupi vest biru dongker dengan jas abu abu beraksen garis biru dan putih di kerah dan aksen biru dongker di bagian lengan, lengkap dengan dasi berwarna merah dan sepatu kets putih—, Darrel mulai berjalan dari kelasnya ke perpustakaan. Darrel paling penasaran dengan koleksi yang dimiliki perpustakaan Kingsway Academy, untuk sekolah terbaik se-kerajaan, harusnya koleksi yang ada tidak mengecewakan kan?

Ketika Darrel sampai di perpustakaan dan melihat ada banyak sekali buku—Darrel menaksir ada sekitar puluhan ribu judul buku, melihat dari luas ruangan dan jumlah rak yang ada—, Darrel semakin tidak sabar untuk membaca buku-buku yan ada di perpustakaan itu. Darrel masih melihat-lihat buku sampai ke bagian politik ketika kepalanya terkena buku yang jatuh dari atasnya. Dalam hitungan detik sebelum buku setebal tujuh ratus lebih halaman itu menyentuh lantai, Darrel menyadari ada tangga di depannya (arah buku tersebut jatuh juga) dengan seorang cewek diatasnya yang sudah terpeleset –dan berteriak—yang jatuh ke arahnya. Sebelum cewek tersebut jatuh menimpanya, Darrel menangkapnya dengan kedua tangannya. Dalam dekapannya, sekilas Darrel menangkap aroma vanilla dan lavender yang entah kenapa menyenangkan. Lalu ketika melihat wajah cewek tersebut, Darrel tidak bisa menyembunyikan ekspresi kesalnya. Cewek itu Vellya Dillard, cewek terakhir yang paling dia ingin temui saat ini.

Harusnya dia tahu saat mendengar pekikan cewek itu saat berteriak tadi, dan ketika melihat kelebatan rambut panjang cokelat bergelombangnya—yang terasa halus ketika menyentuh kulit lengan Darrel. Darrel memutar bola matanya saat melihat Vellya yang masih menutup mata dan berhenti berteriak, dengan kedua tangan mengepal di depan dadanya, seakan menunggu rasa sakit karena jatuh. Sedetik kemudian yang bersangkutan sendiri juga terlihat sama kaget sepertinya ketika dia membuka mata setelah menyadari bahwa dia tidak terjatuh ke lantai. Tepat setelah mata mereka bertemu dan sama-sama menyadari siapa yang ada di hadapan mereka saat itu, Darrel merasakan kepalanya berdenyut di bagian buku tebal tadi jatuh menimpanya. Vellya pasti melihat eskpresi kesakitan dan kebingungan pada wajahnya, karena setelah itu dia meminta Darrel untuk menurunkannya.

Vellya langsung berterima kasih dan membungkuk meminta maaf dengan heboh ketika berdiri. Ketika Vellya berdiri tegak untuk menghadap Darrel setelah membungkuk pun, dia masih kehilangan keseimbangan dan hampir terjatuh ke belakang kalau dia tidak segera memperbaiki posisi berdirinya. Vellya lalu menatap khawatir pada Darrel, bertanya apakah dia baik-baik saja, apakah Vellya harus mengantarnya ke UKS, "kau anak baru kan? Karena kau kemungkinan besar tidak tahu dimana letak UKS, jadi aku akan mengantarmu kesana," katanya tegas.

Darrel mengusap bagian yang sakit, beruntung kepalanya hanya benjol, karena tidak ada yang benar-benar sakit parah, kepalanya juga tidak terlalu pusing, Darrel pun menolak tawaran Vellya.

Tapi Vellya hanya memberinya ekspresi sangsi dan malah melambaikan jari manis dan jari telunjuknya, "kalau begitu, berapa jumlah jari yang kuperlihatkan padamu?"

Darrel membalas dengan senyum kecil "hah, dia tidak percaya aku baik-baik saja, apa sih yang dia inginkan sebenarnya?" Darrel membatin dalam hati, lalu menjawab pertanyaan Vellya dengan yakin "dua, anak kecil juga bisa tahu itu"

Vellya masih terlihat sangsi, tapi kemudian hanya menghela nafas dan kembali melambaikan kelima jari tangan kanannya dengan tak kalah heboh, "kalau ini?"

"Wah, benar-benar keras kepala rupanya" pikir Darrel

"Tiga" sahut Darrel iseng, penasaran dengan reaksi Vellya. Vellya membulatkan mulutnya, matanya terbelalak panik membuat wajahnya terlihat semakin menggemaskan dan membuat Darrel ingin mengerjainya lebih lanjut.