Sesampainya di kelas, aku bisa melihat wajah-wajah lama yang kukenal dari sekolah junior, seperti Fritz Clifton dan Andre Gilde. Untung saja aku sempat melihat pengumuman penempatan kelas sebelum pergi ke perpustakaan, sehingga setelah pertemuan apes tadi, aku bisa langsung tahu harus pergi kemana. Aku menaruh tas ransel mini ku di baris kedua dari depan, aku tidak ingin terlihat terlalu mencolok kali ini—yang sebenarnya sangat sulit untuk dilakukan, karena aku adalah putri pewaris tahta kerajaan ini—ketika Emma Astakhri, sahabatku dari 3 tahun yang lalu muncul di pintu dan dengan heboh berteriak ketika melihatku dan segera berlari kearahku.
Aku membalas pelukannya sambil nyengir dan dia pun segera menaruh tas ransel velvet berwarna hitam penuh patch nya di meja di depanku untuk mengklaim tempat duduk itu miliknya. Setelah menaruh tasnya, Emma pun segera menghadapkan kursinya ke arahku, lalu mengeluarkan cermin tangan miliknya untuk memperbaiki poninya—kali ini rambutnya bob sebahu yang berwarna hitam dengan poni dan potongan miring yang unik—. Yah, Emma memang seperti itu, dia sangat memerhatikan fashion dan penampilan, mungkin karena keluarganya memang desainer terkemuka di negeri ini, sehingga sense of fashion nya sudah terasah sejak kecil.
Emma merupakan teman terdekatku selain keluargaku, pembawaannya yang cuek membuatnya betah-betah saja ikut-ikutan terseret perhatian yang secara tidak langsung dibawa olehku. Apalagi seperti yang kubilang tadi, sense of fashion milik Emma juga sangat bagus jadi dia selalu terlihat keren dengan apapun yang dipakainya, dia juga merupakan penasihat mode dan make up ku. Bicara tentang make up, Emma ahlinya, dia bilang style yang mencerminkan gayanya adalah edgy, quirky dan fun, tapi dengan kulit putih terawat dan mata biru lautnya, kurasa gaya fashion apapun akan cocok baginya.
"Oh, ya, Vellya, sepertinya David masih belum bisa masuk sekolah semester ini," Emma memberitahu tentang berita terbaru mengenai teman-teman sekolahku sambil mengaplikasikan lip tint. Hal lain tentang Emma adalah dia sangat update mengenai berita apapun yang berhubungan dengan teman-teman sekolahku.
Aku yang sedang membuka isi tas karena penasaran kenapa rasanya lebih berat, hanya merespon pendek, "oh, begitu," David Perls juga merupakan teman ku sedari sekolah junior dahulu dan dia harus menemani ibunya yang sedang sakit dan dirawat di negeri tetangga. Ketika aku melihat buku bersampul hitam berjudul "politik luar negeri Calluella" dan ponselku tersimpan aman di dalam ransel, aku pun menyunggingkan senyum. Tak disangka Darrel yang bermulut pedas itu bisa baik begini.. mengingat kebaikannya mau tidak mau aku teringat kembali dengan Darrel teman masa kecilku.
Mengingat kebaikan Darrel ini membuat ide-ide bermunculan dikepalaku. Mungkin kepindahannya kesini bukanlah tanda kesialan semata. Dengan dia yang satu sekolah denganku, aku akan memiliki banyak waktu untuk mengecek apakah dia Erel atau bukan! Kalau dia memang Darrel teman kecilku dan dia –entah bagaimana—melupakanku, akan kubuat dia mengingatku kembali. Walaupun aku harus mengahadapi mulut sarkasnya, aku pasti bisa melakukan ini! Aku akan terus mengganggunya dan mencari kesamaan yang dia miliki dengan Erel, dan jika aku menemukan bukti yang pasti, dia pasti tidak akan bisa mengelak dan mengakui kalau selama ini dia salah. HAHAHAHA. Aku tertawa sendiri memikirkan ekspresi kesal dan terganggunya Darrel karena ku. Lamunanku terputus karena Emma menyadarkanku.
"Vel.. Vel.. sadar woy. Kamu kenapa sih? Pagi-pagi ketawa tiba-tiba kayak orang gila"
Aku menggeleng dan memberinya tatapan berarti. "Emma, aku harus melakukan sesuatu, tapi sepertinya aku perlu bantuanmu"
"bantuan apa?" Tanya emma penasaran
"carikan aku informasi tentang si anak baru yang bernama Darrel Volodymyr" bisikku.
"hah?" seru Emma kaget. "gimana, gimana? Siapa tadi? Anak baru? Kok kamu bisa tahu anak baru padahal aku gak tau sama sekali?" tambahnya heboh.
Aku hanya menepuk dahi, menyesal memberi tahunya tentang Darrel. Emma memang paling tidak suka jika dia ketinggalan informasi, dan biasanya memang dialah orang yang paling pertama tahu tentang siapa yang pacaran dengan siapa, siapa yang putus dengan siapa, siapa yang tidak masuk sekolah karena apa, sampai siapa yang pindah dan datang menjadi murid baru di sekolah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Precious Moment
Teen FictionVellya, Tuan Putri yang ceroboh bertemu kembali dengan teman kecilnya, Darrel. Tapi yg bersangkutan tidak mengingatnya! Memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut, tanpa sadar bahaya mengancam.