Cinta dan kebersamaan konon sangat jarang sejalan. Terkadang ada insan yang saling mencintai, tapi tak bisa bersama. Sebaliknya, ada dua orang yang selalu bersama, tapi sudah tidak ada lagi rasa cinta di antara mereka. Shalu dan Brahma mungkin termasuk golongan yang pertama. Saling mencinta, namun tak bisa bersama.
Saling mencinta? Memang butuh waktu lama bagi Shalu untuk menyadari hal itu. Setelah Mama mempersilakan Tante Mira dan Evans pulang dengan kekecewaan mendalam, Shalu menangis terisak-isak. Dia bahagia karena pernikahan tersebut akhirnya dibatalkan, sekaligus terguncang mendengar kabar bahwa Brahma telah pergi.
Apa yang terjadi pada dirinya sendiri, Shalu bahkan tidak pernah mengerti. Selama ini dia mati-matian menyangkal bahwa apa yang dirasakannya pada Brahma bukanlah cinta. Dia tidak mau mengakui betapa terbakar hatinya saat Brahma bersama Niken, menepis debar-debar kecil setiap kali dia mengingat senyum chef itu, juga menghalau rasa rindu yang kerap kali menyusup ke dalam hati tanpa permisi.
Namun, kejadian semalam seolah membuka relung hati sang dokter hewan. Saat Evans mengatakan; segini doang pembuktian cinta lo buat Shalu? dia tersentak seolah ada yang merobohkan dinding-dinding kokoh yang bernama penyangkalan. Shalu baru benar-benar menyadari, apa yang Brahma lakukan selama ini padanya bukanlah suatu hal yang tanpa landasan. Brahma cinta sama lo, Shalu! Nuraninya berteriak lantang.
"A-aku salah, Ma. Dari awal aku salah," ucapnya di sela isak tangis. Mama memeluk putri tunggalnya itu sembari mengelus punggung Shalu. "Aku nggak pernah benar-benar cinta sama Evans. A-aku ... aku---"
"Kamu cinta sama Brahma, Dek." Mama menyela perkataan putrinya. "Dan dia juga. Mama nggak bisa bohongin kamu lagi demi ambisi. Sorot mata Brahma pas dulu dia jemput kamu ke sini nggak bisa Mama pungkiri. Mama tahu dia adalah cowok yang tepat buat kamu. Mama tahu dia tipikal cowok yang bakal terus jagain kamu. Tapi waktu itu Mama dibutakan keegoisan. Mama minta maaf, Dek ...."
Wanita yang melahirkan Shalu tersebut turut menangis, sementara pelukannya semakin erat. "Hubungi dia segera. Cegah dia pergi dan pernikahanmu bisa berlangsung sesuai rencana. Hanya saja ..." Mama menghela napas seraya melepas pelukannya dari Shalu. Sorot matanya teduh, menatap Shalu penuh kasih sayang. "Hanya saja pengantin prianya yang beda. Ajak dia menjadi temanmu di pelaminan. Brahma."
Kalimat terakhir mamanya membuat tangis Shalu semakin berderai. Dia lantas memeluk Mama sekali lagi---begitu erat---dan segera beranjak ke kamar. Disambarnya ponsel yang dari semalam sengaja dia matikan. Shalu menghidupkan ponsel buru-buru, lalu bergegas mencari riwayat chatting-nya dengan Brahma di Whatsapp begitu ponsel menyala.
Shalu is typing ...
Brahma!
Gadis itu gelisah karena hanya centang satu yang muncul di samping pesannya. Dia mengetik lagi.
Brahma
Masih sama.
Brahma
Brahma
Brahma!
Tetap centang satu.
Brahma gue cinta sma lo!
Nihil. Shalu mencoba memanggilnya, tapi tetap tidak tersambung. Sekali. Dua kali. Lima belas kali. Dokter hewan itu membanting ponsel dengan frustasi.
*
Kabar batalnya pernikahan Shalu dan Evans sudah tentu membuat geger banyak pihak. Keluarga besar Mama yang tidak percaya sekaligus tidak terima, meminta supaya Mama mengadukan tindakan Evans ke pihak berwenang.
Namun, Mama tahu hal tersebut tidak akan membuat Evans jera. Tante Mira punya uang yang lebih dari cukup untuk membuat putranya bebas hukuman. Keadilan di negeri ini bisa dibeli, sudah bukan rahasia umum lagi, kan? Karena itu, Mama memilih jalan yang seumur hidup mungkin saja tidak akan dilupakan Tante Mira.
Tepat di hari yang seharusnya menjadikan Shalu berstatus sah sebagai istri Evans, media daring dan cetak memuat headline yang sama.
Gagal Nikah, Calon Besan Mira Hadiraja: Anaknya Asusila!
Sebagai pengusaha properti yang sukses sekaligus kritikus restoran---terlebih karena dirinya seorang wanita---nama Tante Mira memang kerap kali muncul di majalah-majalah bisnis sebagai sosok inspiratif. Tante Mira sendiri sudah mengundang beberapa wartawan media untuk meliput jalannya sesi pernikahan putra semata wayangnya dan Shalu. Nahas, rencana tersebut justru menjadi bumerang yang membuat Tante Mira malu setengah mati.
Berita tersebut sempat menjadi bulan-bulanan yang baru reda satu minggu kemudian. Tante Mira memilih menghindar ke luar negeri, sedangkan nama Evans didengungkan sebagai seorang kriminal yang dibebaskan berkeliaran. Pelajaran tersebut menurut Mama lebih setimpal untuk Evans. Biar wajah mereka tercoreng arang! Begitu dalih Mama. Meski, tentu saja hal itu juga berpengaruh besar pada hubungannya dengan Tante Mira. Sudah tidak ada lagi istilah sahabat. Hubungan baik tersebut retak tak terselamatkan karena ulah Evans.
*
Di belahan lain bumi Nusantara, seorang cowok sedang termenung di kamar kostnya. Dia tentu butuh waktu untuk menyesuaikan diri sejak pindah dari apartemen mewah ke sepetak kamar kostan sederhana. Sadar bahwa tabungannya tak akan cukup untuk terus-terusan makan-tidur-makan-tidur begini, dia memeras otak untuk memulai bisnis sendiri. Nama besarnya sebagai chef bintang dua mungkin akan dengan mudah membawanya bekerja di salah satu restoran mewah.
Namun, dia sudah tak mau lagi. Cukup sudah bekerja dengan orang lain, luka hatinya atas peristiwa beberapa malam silam belum sembuh benar. Dia tidak ingin mengambil risiko yang sama; bekerja pada orang dan dipecat secara tidak hormat. Mending usaha sendiri meski hasilnya mungkin lebih kecil, tapi dia tidak harus terbebani dengan risiko dipecat lagi. Masih jelas terngiang di telinganya ucapan Tante Mira melalui teleponnya malam itu.
"Jangan pernah lagi ke Merlion, Brahma. Malam ini Tante resmi mencopot jabatan executive chef kamu. Dan karena kamu sudah bukan executive chef, kamu nggak berhak atas fasilitas apartemen. Tante mau besok pagi kamu sudah kosongkan apartemennya. Kamu boleh pergi."
Si cowok jangkung memejamkan mata sejenak sembari menyesap puntung rokok yang tinggal separuh. Diembuskannya asap rokok yang keabuan dengan putus asa, dengan kesedihan yang masih menggelayut di hatinya. Sekarang dia bukan lagi siapa-siapa tanpa pekerjaan yang sangat dia cintai. Tidak ada lagi embel-embel executive chef yang selalu dibanggakan. Bahkan, dia bukan lagi chef tanpa spatula dan bahan-bahan masakan, juga para pelanggan yang setia menanti menu barunya. Dia bukan lagi siapa-siapa. Hanya seorang Brahma.
===&===
😭😭
Kalian pengin mereka gimana, nih? Tinggal tiga part doang padahal tapi Brahmanya malah pergiiii 😔
Eh, happy 8K readers btw! ❤💙
Makasih yang masih setia kasih voment, ya. Kalian semua keren! 😍Salam Spatula,
Ayu 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
The Last Recipe (Tamat)
ChickLit[SUDAH TERBIT] Shalu Yoris Bijani, seorang dokter hewan yang gak suka masak terpaksa harus mempraktikkan 25 resep masakan favorit calon suaminya, Evans. Gara-gara kewajiban yang bikin stres itu, Shalu bertemu dengan Brahma, seorang Executive Chef di...