Pukul satu tengah hari, setelah sebelumnya berkunjung kekediaman Alaric dan melihat potret lukisan sosok Gabriella. Gia kembali ke kastil dimana Sarah dahulu tinggal. Gadis ini masih tertawa geli ketika mengingat wajah kesal Jey sebelumnya. Akibat waktu intim mereka kembali terganggu, prianya jadi kesal. Bahkan kekesalanya berlanjut hingga mengancam akan membakar semua celana jeans milik Gia. Alasanya sangat menggelikan, karena Jey kesulitan menanggalkan jeans yang sebelumnya Gia kenakan dan kebetulan cukup ketat. Sebenarnya jika pria ini tidak sedang kesal karena dering mengganggu dari ponselnya, mungkin akan lebih mudah untuk menelanjangi Gia.Gia selesai dengan roknya. Ia terpaksa harus mengganti jeans yang ia kenakan sebelum benar-benar dibakar oleh prianya.
"Setelah aku kembali, aku tidak mau melihatmu memakai jeans sialan itu lagi!"
Begitu ancam Jey sebelum ia pergi meninggalkan Gia dikamarnya.Gadis ini masih tersenyum geli ketika rambutnya tiba-tiba ditarik dengan keras. Gia merintih kesakitan dan mendapati sosok Sarah sedang menjambak rambutnya kuat-kuat.
"Nona Sarah... aww auch..! Kulitmu terbakar.."
"Persetan dengan kulitku! Apa maumu sebenarnya?!" Sarah meraung dengan kulit wajah yang terbakar. Benar-benar terbakar hingga muncul asap dari setiap jengkal kulitnya.
Gia menarik pelan tubuh Sarah menuju kamar mandi, setidaknya sinar matahari didalam sana jauh lebih sedikit dari pada dikamar.
"Jangan sok perduli!! Kau sengaja membiarkanku hidup karena ingin pamer kemesraan dengan mereka padaku, bukan!!"
"Mereka??" Gia semakin bingung.
"Tidak kah Tobi sudah cukup untukmu sehingga kau masih terus secara diam-diam berhubungan dengan Asmodeus!!"
"As—..??" Gia menjeda ucapanya telah mengingat sosoknya, "Oh.. Nick.. Dia sahabatku jadi—"
*PLAK!*
Sebuah tamparan mendarat mulus dipipi Gia. Gadis ini memang masih terus berhubungan dengan Nick melalui ponsel, entah itu berupa pesan singkat ataupun voice call. Nick tidak marah, Gia pun demikian, hanya saja terkadang Nick terdengar sedang bergidik, atau lebih tepatnya mungkin merasa jijik tanpa alasan kepada Gia.
Luka melepuh pada kulit Sarah perlahan mulai menutup sedikit demi sedikit hingga benar-benar menghilang. Gia tidak heran akan hal tersebut. Justru yang membuatnya heran adalah kemarahan Sarah yang tidak ia mengerti.
"Berbahagialah dengan Tobi, dia lebih memilihmu dari pada aku!! Dan berhentilah menjadi jalang!!"
"Nona Sarah, aku tidak mengerti. Kau marah padaku karena apa? Apa karena suamimu kurebut, atau kekasihmu yang masih berhubungan baik denganku??"
Penekanan dari kata suami dan kekasih yang Gia ucapkan dipahami betul oleh Sarah. Wanita itu terdiam, nampaknya dia juga bingung dengan kemarahanya sendiri. Sarah menunduk kebingungan akan sikapnya sendiri.
"Biar aku jelaskan satu per satu..."
Gia memegang pundak Sarah untuk membawa tatapan wanita ini agar sejajar denganya.
"Pertama, kau tau aku sebenarnya tidak berniat untuk bangun, tapi wanita mana yang tega melihat prianya menangis..."
"Kedua, siapapun dan bagaimanapun Nick dimata kalian, dia tetaplah sahabatku, orang yang selalu ada untukku bahkan sebelum aku mengetahui jati dirinya..."
"Ketiga, aku membagi jiwaku untukmu karena aku ingin memberikan kesempatan lain padamu dan Nick untuk memperbaiki segalanya. Sama seperti Tobiasmu itu, Nick juga sama menderitanya selama ini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Devil Obsession [ COMPLETE ✔️ ]
Fanfiction[21+] [Mature Content] Pernahkah kalian menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga? Itulah yang terjadi pada Gianna-Han tidak pernah menyangka akan dipertemukan dengan seseorang yang tidak terduga. Jey adalah seorang laki-laki k...