Awal Mula

8 0 0
                                    

Kala itu hujan tiba-tiba saja turun tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Padahal dalam ramalan cuaca yang aku tonton tadi pagi ini bisa dipastikan cuaca hanyalah berawan. Dasar manusia tempatnya salah, tak habis pikir aku. Tetes demi tetes hujan membasahi kemeja putih yang sedang aku kenakan sekarang.

Sekuat tenaga aku berlari sekencang-kencangnya seperti tsubasa ozora. Lo tau kan tsubasa ozora, itu loh tokoh utama anime sepak bola yang kalo nendang ngabisin satu episode belum lagi flash back nya. Emang itu anime gak realistis, kesel gua nungguin tendangannya, belum lagi.. oke oke tunggu, berhenti ngebahas si tsubasa. Oke balik lagi ke gua, eh maksudnya aku.

Aku lari menuju halte bus yang tak jauh dari hadapanku. Asal kalian tau saja, padahal tinggal beberapa langkah lagi aku sampai di halte itu. Namun, tiba-tiba saja suara petir dan kilatannya membuatku kaget dan terjatuh, tersungkurlah aku dipaving blok trotoar yang basah. Padahal tinggal sedikit  lagi, tinggal sedikit lagi aku sampai dan bisa duduk nyaman. Tapi bukan itu bagian terparahnya, bagian terparahnya adalah aku jatuh disamping perempuan yang sedang duduk di halte itu. Sakit dari jatuh ini tak seberapa, tapi malu.

" Pffftt.. ", (menahan tawa)

Tunggu, aku mendengar suara pffftt. Aku yakin itu suara perempuan yang sedang duduk manis didekatku. Tapi tidak, aku berusaha untuk berpikir positif. Jangan biarkan pikiran negatifmu mengendalikan mu nak. Yaa.. mungkin tadi suara cicak yang sedang bertengkar, terus saling cekik dan kerongkongan mereka mengeluarkan suara pffftt, ya pasti begitu. Tapi tunggu, memang cicak sekuat itu menempel di dinding cuma menggunakan dua kakinya sementara dua tangannya dipakai untuk saling cekik. Tunggu tunggu, emang dua tangan cicak yang lagi nyekik bisa disebut tangan? Bukannya kaki semua. Ya tuhan.. kenapa engkau membuatku jatuh se rumit ini.

" Maaf mas barusan saya ketawa, masnya gak papa? " 

Perempuan itu mengulurkan tangannya padaku. Seketika aku merasa seperti mendengar soundtrack kedatangan malaikat di kepalaku. Cantik sekali kupikir.

"Iya mba saya gk papa, Cuma lecet dikit kok." Perempuan itu lantas tersenyum padaku,

" Lain kali hati-hati yah mas."

" Hehe, iya mba makasih." Dengan wajah malu aku merangkul tangannya.
Aku pun duduk dihalte itu untuk berteduh dan bersikap seakan-akan tak terjadi apapun.

Perlahan suasana menjadi sedikit agak hening dan canggung. Soalnya di halte itu Cuma ada dua orang saja, aku dan si mba itu. Beberapa menit tanpa obrolan sedikitpun, sebenarnya tak masalah sih toh aku pun tak kenal orang yang disebelahku ini. Aku pun membaca novel, untuk membunuh rasa bosan ini.

Judul novel ini adalah Seandainya dan baru terbit dua minggu yang lalu. Sebenarnya novel ini adalah karyaku sendiri hehe, aku membelinya untuk hadiah seseorang. Asal kalian tahu saja, disamping kerjaan utamaku, aku adalah seorang novelis dengan pen name Yana. Yah meskipun aku sudah tahu alur cerita nya seperti apa, siapa tau ada kesalahan pengetikan setelah penerbitan. Beberapa menitpun berlalu.

"Mas itu novel Seandainya yah?" sambil menunjuk ke arah novel yang sedang kubaca

"Iya mba, mba baca juga?"

"Iya mas, saya juga baca. Yang penulis nya itu namanya Yana yah? Mas udh baca sampai mana?"

"Oh saya baru baca mba, baru beli. Menurut mba gimana novelnya? Udh sampai mana bacanya?" Oke aku sedikit menyembunyikan fakta, aku gak mau aja identitasku sebagai novelis terbongkar. Entah kenapa jadi sosok misterius itu menarik menurutku.

"Saya baru baca sepertiganya gitu. Mas sumpah saya jamin mas gk akan nyesel baca ini novel. Ya karena menurut saya novel ini bagus, dari segi alurnya bagus, romansanya dapet, humornya dapet. Saya langsung suka ini novel."

"Oh gitu mba, saya jadi gk sabar mau baca." Yes! Respon pembaca cukup bagus, seneng dengernya.

Perempuan tadi langsung semangat ngebahas novel ini. Tak terasa waktu berlalu dengan cepat. Tak henti-hentinya perempuan itu membahas ketertarikannya pada novel.

"Oh iya daritadi kita ngobrol tapi saya gk tau nama mas. Nama mas siapa yah?"

"Oh, saya Aditya Permana."

"Oke, aku Nur Hasanah. Salam kenal yah mas Adit."

Dan begitulah awal mula aku bertemu seorang perempuan cantik penggemar berat novel, Nur Hasanah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Andai SajaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang