Delapan

392 132 32
                                    

Jangan lupa vote terlebih dahulu ya! Dan jangan lupa komen juga hehe :) 

🎀🎀🎀

Siang itu sekitar pukul setengah dua siang ketika, suasana sekolah telah sepi. Di mana anak SMA Valletta Nusantara sudah diharuskan segera pulang oleh Mahera. Siswa-siswa yang berkontribusi dalam tawuran tengah berkumpul disebuah jalanan menuju SMA Valletta Nusantara. Mereka telah merencanakan strategi agar mereka dapat menang melawan SMA Bintang. Sekitar dua puluh siswa, tengah mendengarkan Mahera yang sedang berbicara dihadapan mereka.

Sementara itu, Dearni tidak mengetahui info tentang adanya tawuran yang akan dilaksanakan SMA Valletta Nusantara dengan SMA Bintang. Saat selesai remedial Dearni langsung menuju toilet sekolah, kemudian menuju perpustakaan sekolah mengembalikan buku yang ia pinjam. Selain itu, ponsel Dearni yang batreinya tinggal sedikit membuatnya mematikan data diponselnya.

Dearni melihat jam dipergelangan tangan kirinya yang melingkar manis. Jam menunjukkan pukul setengah dua siang,  merasa sudah cukup mengunjungi perpustakaan. Dearni pun memutuskan untuk pulang ke rumah. Dearni menuju rak sepatu dan mengenakan sepatunya. 

Siang ini jalanan terasa sepi. Tidak ada angkutan umum ataupun kendaraan lain yang lewat. Dearni masih menuju halte sekolah yang letaknya lumayan jauh.  Suasana jalanan sudah sepi, rasanya semua anak sudah pulang.  Ia menjadi menyesal sedikit telat untuk pulang ke rumah, karena harus mampir terlebih dahulu ke  perpustakaan untuk mengembalikan buku.

Dearni mengecek ponsel, tetapi ternyata batrei ponselnya habis. Ia pun meletakkan kembali ponsel di tas ranselnya. Dearni meneloh ke kanan dan  ke kiri memastikan apa ada angkutan umum yang lewat atau tidak. Ia pun memutuskan untuk berjalan ke arah kiri,  siapa tahu saja ada angkutan umum.  Namun merasa ada sesuatu yang berbeda, ia menoleh ke belakang tetapi tidak ada apa-apa. Satu detik kemudian, muncul dari arah depan segerombolan anak laki-laki membawa senjata tajam.  Mereka berlari tidak tentu arah, sebagian dari mereka menabrak tubuh Dearni. Ia ketakutan tidak tahu harus bagaimana. Anak-anak itu jelas lah bukan dari sekolah SMA Valletta Nusantara. Tidak lama mereka pun berteriak.

"SERANG!"

Ketika seorang dari mereka mengatakan itu, sekarang muncul lah segerombolan anak laki-laki yang seragamnya sama dengan Dearni membawa senjata tajam juga. Dearni panik dan kebingungan. Ia hanya bisa duduk jongkok sambil memegang erat tas ransel berwarna peachnya, lalu menetaskan air mata. Kaki Dearni terasa kaku untuk berjalan. Ia tidak bisa mencari tempat untuk bersembunyi dan badannya pun terasa lemas. Detik itu juga mungkin ia akan mati.

'Mama ... De takut.' lirihnya dalam hati.

Tiba-tiba saja ada seseorang yang berdiri tepat di depannya. Dearni melihat sepatu converse berwarna abu-abu itu, berdiri di depannya. Mata Dearni menyisir setiap jenjang tubuh orang yang saat ini berada di hadapannya. Dan saat menatap ke arah pergelangan tangan ia melihat sebuah gelang yang tidak asing, gelang yang pernah ia lihat dipakai oleh seseorang. Sontak kepala Dearni langsung menatap ke atas untuk memastikan apakah benar orang yang ia duga tersebut.

Cowok jangkung,  mata bulat,  alis tebal,  wajah oval,  rambut keren,  kulit putih dan hidung mancung, rambut yang berantakan dengan ujung baju yang sengaja di keluarkan dan dasi yang di longarkan. 

Dia? 

"Lo ya bukannya menyingkir dari tempat berbahaya ini malah diam bae di sini, dasar bego!" ucapnya jengkel. Dearni hanya bisa menatap cowok itu tanpa kata.

"Berdiri cepet!" Dearni pun menuruti perkataannya sambil sesekali menyeka air mata.

"Bukannya pergi dari tempat ini malah nagis!" ucapnya dengan ketus dan penuh rasa kesal.

Lukisan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang