Satu jam setelah Seungmin mendapatkan surat atau lebih seperti sampah tidak berarti, Changbin masih belum kembali. Pria itu berulang kali mengecek arlojinya, melongok pada interkom, namun bocah yang ia tunggu sejak tadi tak kunjung muncul."Where the fuck he's?!" Seungmin mengigit bibirnya, jangan-jangan memang benar bahwa anak itu tersesat di supermarket, sebab tempat itu super luas, dan Changbin mungkin tenggelam diantara banyaknya orang yang berlalu lalang disana.
Ayolah Kim Seungmin, dia bukan bocah berumur enam tahun. Dia berusia dua puluh tahun lebih, tidak mungkin tersesat di tempat itu, meskipun itu tempat yang asing bagi Changbin. Seungmin hanya berpikir dangkal, ia tidak suka memikirkan hal yang tidak baik, hanya akan berakhir membuatnya kalang kabut dan kemudian, ternyata tidak terjadi apa-apa.
Tiiinnnnn
Seungmin hampir terlonjak kaget ketika mendengar suara bel yang begitu kencang dari luar rumahnya, dan mungkin itu Changbin. Seungmin segera berlari karenanya.
Ia membuka pintu dengan kecepatan tinggi, sudah sangat siap untuk memarahi bocah yang cukup membuatnya khawatir hari ini. Sampai untuk mengecek interkom saja, Seungmin lupa."Kau anak nakal--"
"Shit, wajahmu kenapa?!" Sontak Seungmin panik ketika melihat wajah sang bocah, Changbin dengan wajah yang terdapat luka pada bagian mata, sudut bibir, dan pelipisnya.
Changbin terkekeh, melihat wajah panik sang tuan yang kini tengah melihat luka-luka yang ada diwajahnya itu membuat tawa nya mengudara, Seungmin sangat lucu dengan wajah seperti itu.
"Kau tau mate, anak ini hadis ditabrak oleh pengendara motor. Dan beginilah jadinya." Seseorang yang sedari tadi bersama Changbin, berbicara, membuat Seungmin langsung menoleh. Memperlihatkan wajah marahnya pada sosok tersebut, Hwang Hyunjin.
"KAU KAN YANG MENABRAKNYA KUNYUK?!!" Hyunjin segera bersembunyi di balik tubuh pendek Changbin, lagi-lagi membuahkan tawa untuk bocah itu.
"Tidak tuan, dia yang menolongku. Orang yang menabrak ku langsung pergi begitu saja tadi, tapi aku sungguh tidak apa-apa. Hanya luka kecil saja." Hyunjin mengangguk-anggukkan kepalanya membenarkan perkataan Changbin, Seungmin mau tak mau urung untuk mencekik Hyunjin. Ia kembali pada sang bocah.
"Kau banyak terluka? Siapa brengsek yang berani menabrak mu? Apa dia laki-laki sialan? Motornya apa? Kau ingat nomer platnya? Ingat pakaian si brengsek itu? Bagian mana yang sakit? Mau kuantar--"
Cup
"Kau ini cerewet sekali tuan." Seungmin terpaku kala Changbin menghentikan ucapannya dengan mengecup bibir miliknya. Pria itu mengerjap, sedikit merasa blank sesaat. Changbin mengulum senyum.
"Ayo masuk, aku sudah belanja banyak bahan makanan. Aku lapar." Changbin segera pergi dari hadapan Seungmin, meninggalkan pria yang masih membeku itu bersama dengan Hyunjin, yang memandangnya jengah.
"Dia menggemaskan." Seungmin tersenyum tipis, memegangi bibirnya dengan telinga yang memerah, Hyunjin makin merasa gerah.
"Tolol!" Pria Hwang itu lantas memukul kepala Seungmin sebelum ia berlari masuk ke dalam rumah sang atasan menyusul Changbin, well diluar kantor, mereka benar-benar sepasang teman, bukan sekedar partner kerja "Bangsat!"
Changbin tak mampu menahan tawanya mendengar Seungmin meneriakkan nama Hyunjin, sembari mengeluarkan semua barang-barang yang tadi ia beli, Changbin tergelak melihat sekarang Hyunjin dan Seungmin saling mengejar satu sama lain, mereka lebih tua darinya, tapi kenapa Changbin merasa seperti orang paling waras disana. Ia dengan sabar mulai menata setiap bahan makanan ke dalam kulkas, setelah ini tidak akan ada lagi kulkas kosong milik vampir Kim Seungmin.
"Nak, luka mu benar-benar tidak apa-apa?" Changbin menoleh, mendapati Seungmin dengan nafas terengah menghampirinya.
"Tuan Hwang sudah membawaku ke rumah sakit, dan aku sudah diobati dengan baik. Luka memar ini akan sembuh dengan cepat, kau tidak perlu khawatir." Changbin kembali memasukkan sayur ke dalam freezer, sama sekali tidak curiga ketika tak ia dengar respon dari Seungmin. Benar-benar tidak sampai ia merasa pergelangan tangannya di genggam, Changbin menoleh, tak begitu terkejut mendapati Seungmin kini berdiri tepat di hadapannya.
"Aku tidak khawatir, sama sekali tidak." Ujar pria itu datar, seperti biasa. Sejurus kemudian Changbin merasa sesuatu menarik tangannya, ah Seungmin ternyata memeluknya. Sangat erat. Senyum tipis kembali hadir. Seperti lengkungan pelangi.
"Dengar nak, aku tidak akan peduli mau seberapa banyak wajahmu terluka, atau seberapa parah kau merasakan sakit. Aku tidak akan pernah mau tau, jadi berhenti membuatku seperti ini. Aku tidak bisa kehilangan mu." Changbin meremat kedua tangannya yang tertimbun lengan sweater yang ia pakai, mengigit bibirnya.
"Itu terdengar manis." Peluk pada tubuhnya makin mengerat, namun Changbin masih tak membalas. Ia tidak bisa. Sungguh.
"Aku benci ketika seseorang membuat diriku seperti orang gila begini. Aku benci bocah nakal seperti mu, Seo."
"Aku juga mencintaimu, tuan Kim."
🔞
Changbin melepas semua pakaian yang melekat pada tubuhnya, dengan hati-hati. Ia menyalakan keran shower dengan kencang, guna meredam suara yang sewaktu-waktu akan keluar dari bibirnya.
Benar saja, bibirnya meringis pedih ketika hangatnya air yang mengucur deras itu seolah menusuk tubuhnya, mengenai lebam lain yang ada di sekujur tubuh, yang bahkan lebih tampak mengerikan dari wajahnya. Ayahnya benar-benar tak pernah main-main.
Changbin duduk di bathtub, membiarkan seluruh tubuhnya di hantam air, ia menekuk lutut. Tidak, ia tidak menangis. Setelah menghabiskan seluruh air matanya pada Seungmin tempo hari, Changbin berjanji pada diri sendiri untuk tidak lagi menangis. Meskipun hatinya ingin, ia tidak akan menangis.
Ia sudah berjanji pada Seungmin, untuk tidak terlihat lemah. Ia tidak mau mengecewakan Seungmin, sebab sang tuan sangat berarti untuk hidupnya.
Dan saat ini Changbin benar-benar merasa bersalah. Sebab, ternyata ia sedang mencoba mengecewakan Seungmin. Dengan menyembunyikan segalanya pada pria itu. Changbin makin merasa tak pantas, bukan hanya untuk Seungmin, tapi untuk dirinya sendiri.
🔞
"Aku tahu itu bukan kecelakaan biasa. Apa yang kau sembunyikan Hwang?" Hyunjin yang tengah memandang kosong ke arah televisi menoleh terkejut ke arah Seungmin, seseorang yang baru saja mengatakan sesuatu yang sejak tadi menghantui kepalanya."B-bukan apa-apa. Itu benar-benar murni kecelakaan mate. Jangan berlebihan." Hyunjin itu tak pandai bohong, bahkan untuk menjaga agar suaranya yang terdengar pecah saja Hyunjin tak bisa, apalagi ketika Seungmin tak memberikan respon yang berarti, bersikap datar seperti biasa.
"Siapa? Siapa orang yang berani mengambil milikku?
-tbc-
He's so soft, i'm crying in the corner
.
KAMU SEDANG MEMBACA
[15]Mr Kim [Kim Seungmin & Seo Changbin] Short Story | 18+✔
Fanfiction[COMPLETE] Seungmin kira sikap heroiknya berujung sia-sia. Namun kalau dipikir-pikir, boleh juga. . Warning ⚠ BXB berisi mature content Changbin bottom!! Seungmin top! crack pair! 🔞 percayalah! Age exchanged