Berjam-jam kemudian, rakitku terdampar di Perkemahan Blasteran. Bagaimana aku sampai di sana, aku tak punya gambaran. Di satu titik air danau berubah begitu saja menjadi air asin. Garis pantai Long Island yang familier muncul di depan, dan sepasang hiu putih besar yang ramah muncul dan mengarahkanku ke pantai.
Saat aku mendarat, perkemahan tampak sepi. Saat itu masih sore, tapi arena panahan kosong. Dinding panjat menuangkan lava dan meggemuruh sendirian. Paviliun: tak ada siapa-siapa. Pondok: semuanya kosong. Kemudian kulihat asap membumbung dari amfiteater. Masih terlalu awal untuk api unggun, dan kupikir mereka tidak mungkin sedang memanggang marshmallow. Aku lari ke arah datangnya asap.
Sebelum aku sampai di sana aku mendengar Chiron membuat pengumuman. Waktu kusadari apa yang dia katakan, aku berhenti berjalan.
"—asumsikan dia sudah mati," kata Chiron. "Setelah lama hening, sangat tidak mungkin doa kita akan dijawab. Aku sudah minta yang terbaik di antara temannya yang selamat untuk melaksanakan penghormatan terakhir."
Aku muncul lewat belakang amfiteater. Tidak ada yang melihatku. Mereka semua memandang ke depan, menyaksikan saat Seulgi mengambil kain penguburan dari sutra hijau panjang, bersulamkan trisula, dan menyulutnya hingga terbakar. Mereka sedang membakar kain kafanku.
Seulgi berbalik untuk menghadapi para hadirin. Dia kelihatan parah. Matanya bengkak karna menangis, tapi dia berhasil mengatakan, "Dia mungkin teman paling berani yang pernah kumiliki. Dia ...." Kemudian dia melihatku. Wajahnya berubah menjadi merah padam. "Dia ada di sana!" Kepala-kepala berpaling. Orang-orang terkesiap.
"Jimin!" Boby nyengir. Sejumlah anak lain mengeruminiku dan menepuk-nepuk punggungku. Kudengar beberapa sumpah serapah dari pondok Ares, tapi Krystal cuma menutar bola matanya, seakan tak bisa percaya aku bisa-bisanya punya nyali untuk selamat. Chiron berderap menghampiriku dan semua orang menepi untuk memberinya jalan.
"Yah." Dia mendesah, jelas-jelas lega. "Aku tidak percaya aku pernah sesenang ini melihat seorang pekemah kembali. Tapi kau harus memberitahuku—"
"KE MANA SAJA KAU?" Seulgi menginterupsi, menyikut para pekemah lain supaya minggir. Kupikir dia bakal meninjuku, tapi dia justru memelukku erat sekali sampai-sampai dia hampir meretakkan tulang igaku. Para pekemah lain terdiam. Seulgi tampaknya sadar dia menjadi tontonan dan mendorongku menjauh. "Aku—kami pikir kau mati, Otak Ganggang!"
"Sori," kataku. "Aku kesasar."
"KESASAR?" teriaknya. "Dua minggu, Jimin? Ngapain aja—"
"Seulgi," Chiron menginterupsi. "Mungkin kita sebaiknya mendiskusikan ini di tempat yang lebih pribadi, ya? Yang lain, kembali ke kegiatan normal kalian!"
Tanpa menunggu kami untuk protes, dia mengangkat Seulgi dan aku dengan mudah seolah-olah kami ini anak kucing, meletakkan kami berdua di punggungnya, dan mencongklang menjuju Rumah Besar.
***
Aku tidak memberi tahu mereka cerita selengkapnya. Aku semata tak bisa memaksa diri untuk membicarakan Calypso. Aku menjelaskan bagaimana aku menyebabkan letusan di Gunung St. Helens dan dilemparkan keluar dari gunung berapi. Kuberi tahu mereka aku terdampar di sebuah pulau. Kemudian Hephaestus menemukanku dan memberitahuku aku boleh pergi. Sebuah rakit ajaib membawaku kembali ke perkemahan. Semua itu benar, tapi saat aku mengatakannya telapak tanganku berkeringat.
"Kau sudah hilang dua minggu." Suara Seulgi lebih mantap sekarang, tapi dia masih kelihatan agak terguncang. "Waktu aku mendengar letusan, kupikir—"
"Aku tahu," kataku. "Maafkan aku. Tapi sekarang aku tahu bagaimana caranya menjelajahi Labirin. Aku bicara dengan Hephaestus."
"Dia memberitahumu jawabannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Adventures of Demigod #4 (k-idol)
AdventureJimin pindah sekolah (lagi!)... tapi kali ini lebih parah, ketika orientasi murid baru, Jimin sudah bikin kekacauan. Belum-belum Jimin sudah berhadapan dengan monster yang menyamar jadi cheerleader. Dan Jimin pun sebenarnya sudah kehabisan waktu, p...