Empat

24 3 9
                                    

Jarang sekali seluruh keluarga Kim bisa berkumpul bersama dalam waktu yang lama. Biasanya mereka hanya bisa kumpul sebentar di pagi hari, itu pun ketika mereka sarapan. Setelah itu mereka pergi ke tempat tujuan mereka masing-masing dan memulai hari mereka masing-masing. Namun kali ini ada yang berbeda. Seokjin meminta mereka semua mengambil cuti sehari untuk beristirahat di rumah sekaligus demi menyenangkan hati si kakak tertua. Ya, Kim Sunggyu selalu merengek karena dia selalu ditinggal pergi oleh adik-adiknya hampir seharian penuh setiap harinya. Si sulung itu bahkan sampai duduk di lantai sembari menendang-nendang kedua kakinya sebagai bentuk protes, tak lupa air mata yang terus mengalir dari kedua mata sipitnya lengkap dengan ingus yang keluar dari lubang hidungnya.

Seokjin baru saja tiba di rumah menjelang subuh, segera menghempaskan tubuhnya yang terasa sangat kaku ke sofa empuk ruang tamu keluarga mereka. Beberapa minggu ini dia disibukkan dengan persiapan pembukaan cabang baru klinik kecantikan miliknya. Pelanggannya kian hari kian bertambah dan beberapa tahun ke belakang ini, tren kecantikan memang sedang digandrungi oleh semua orang. Baik itu pria, maupun wanita. Yang tua, maupun yang muda. Apa lagi setelah semua konsumen yang datang ke kliniknya melihat langsung siapa dokter yang akan membantu menyelesaikan segala macam permasalahan mereka memiliki wajah yang ketampanannya di luar nalar, mereka semakin percaya akan hasil yang akan mereka terima nanti pasti akan memuaskan jika yang membantu menangani semua masalah penampilan mereka adalah dokter muda bermarga Kim yang bertangan dingin tersebut.

Sedari kecil Seokjin sudah memiliki ketertarikan dalam dunia kecantikan dan perawatan kulit. Entahlah, sepertinya itu karena dia sering melihat ibunya yang selalu merawat kecantikannya dengan begitu detil. Menjelang pubertas dimana jerawat-jerawat menyebalkan mulai bermunculan, Seokjin mulai melakukan hal yang sama seperti yang ibunya lakukan yaitu merawat kulit. Ketika dia merasakan khasiat dan manfaatnya, dari situ dia makin ketagihan. Untuk memperdalam ilmunya, dia bahkan rela mengumpulkan sedikit demi sedikit uang jajannya untuk membeli buku-buku yang berkaitan dengan ilmu kecantikan dan perawatan tubuh.  Dirasa ilmunya kian bertambah, Seokjin mulai melakukan sedikit eksperimen dengan menjadikan semua saudaranya menjadi "kelinci percobaan". Mereka semua dipaksa untuk memakai produk perawatan kulit racikannya sendiri. Tapi tenang saja, Seokjin itu anak yang pintar dan dia tidak akan sembarangan meminta saudaranya dan mengesampingkan keamanannya ketika memakai produknya karena semua produk kecantikan yang dia buat berasal dari bahan alami. Menyadari bakat terpendam yang dimiliki puteranya, akhirnya ibu Kim menguliahkan anaknya di fakultas yang anaknya kehendaki dan lulus sebagai lulusan terbaik di universitasnya.

......

Di saat kesadarannya semakin menghilang karena rasa kantuk yang luar biasa, Seokjin memutuskan segera bangkit dari sofa yang memanjakan punggungnya sedari tadi dan mulai melakukan peregangan karena ototnya terasa kaku. Bukan, Seokjin bukan mengalami penuaan dini. Dia hanya terlalu lelah karena dia yang mengurus segala sesuatunya sendiri menyangkut cabang baru kliniknya tersebut. Pria tampan berbibir tebal itu bukannya tidak percaya ke pada teman-temannya yang sudah dengan senang hati menawarkan bantuan tenaga ke padanya, namun karena memang Seokjin ingin melakukannya sendiri. Dia menyukai menyibukkan dirinya sendiri dan mengerjakan segala hal hingga ke hal-hal yang mendetil. Seokjin hanya meminta tolong melakukan suatu hal yang sangat mudah, meminta mereka membantu menanam modal untuk klinik itu.

"Kim Seokjin, kamu tidak boleh tidur dulu. Kamu harus siapkan sarapan untuk Ibu dan semua saudaramu", Seokjin bermonolog sambil sesekali menepuk ke dua pipinya agar dia tetap terjaga.

"Lebih baik aku ganjal perutku dulu, lalu setelah itu membuat secangkir kopi. Ya, itu lebih baik..."

Seokjin berjalan menyusuri ruang tamu yang remang-remang. Beberapa lampu-lampu kecilmemancarkan sinar berwarna kuning dengan betuk yang cantik tertempel dengan apik di sepanjang dinding ruangan tamu, menambah kesan hangat rumah mewah mereka. Keadaan rumah tersebut masih sepi karena sudah dipastikan semua penghuni rumah tersebut masih berkutat dengan bunga tidur mereka masing-masing. Ada beberapa foto yang di pajang di meja dekat ruang keluarga. Foto-foto anak-anak keluarga keluarga Kim ketika mereka masih kecil dan ketika mereka tumbuh dewasa. Meskipun ayah mereka pergi meninggalkan mereka untuk selamanya ketika mereka masih kecil, bukan berarti mereka kekurangan kasih sayang karena ibu mereka sangat amat mencintai anak-anaknya. Itu pula yang diajarkan sang ibu ke pada semua buah hatinya untuk saling menyayangi dan saling menjaga satu sama lain apa pun yang terjadi.

Sesampainya di dapur, Seokjin dikagetlan dengan sesosok tubuh yang berukuran lumayan besar yang sedang berdiri di depan lemari es.

"Astaga, siapa di sana?", Tanya Seokjin was-was.

"Oh, Tuan Muda sudah pulang?" Sang lawan bicara membalikkan tubuhnya dan ternyata seseorang yang Seokjin kenal.

"Ya ampun Bibi Han, kau mengagetkan ku. Aku kira tadi ada pencuri yang sedang menguras seluruh isi lemari es."

Krik krik

"Maafkan saya jika telah membuat anda kaget, Tuan Muda. Saya hanya terbangun lebih awal dan saya putuskan untuk mulai menyiapkan sarapan untuk Ibu dan saudara-saudara Anda".

Bibi Han sudah lama bekerja di rumah keluarga Kim, dan sudah dianggap seperti keluarga sendiri. Bibi Han bekerja di rumah tersebut ketika Tuan Kim masih hidup. Setelah selesai dengan seluruh pekerjaannya, Bibi Han selalu terburu-buru pergi meninggalkan rumah karena takut tertinggal bus yang menuju rumahnya. Hingga akhirnya suami dari Nyonya Kim memintanya untuk tinggal bersama di rumah besar tersebut agar Bibi Han tidak perlu lagi malam-malam berdiri lama di halte bis. Sungguh mulia hati pria beranak lima tersebut.

"Aku akan membantumu setelah aku mengganjal perutku yang sedari tadi berdemo memintaku untuk segera memberi mereka makan".

"Baik, Tuan..."

.......

Matahari mulai merangkak naik dan satu persatu anak-anak keluarga Kim bangun dari tidurnya. Namjoon datang menghampiri kakaknya dan berinisiatif ingin membantu kakaknya dan Bibi Han yang terlihat sibuk, namun segera ditolak mentah-mentah oleh Seokjin. Masih ingat dalam ingatan ketika adiknya itu berusaha membantunya membuat sarapan, namun berakhir dengan setengah dapur yang terbakar karena Namjoon lupa mematikan kompor setelah dia memasak telur. Jadi, lebih baik jauhkan adiknya itu dari dapur atau mungkin dari hal-hal lainnya juga karena biasanya adiknya yang jenius itu kerap kali menghancurkan apa saja yang dipegang oleh tangannya.

"Kamu lebih baik tolong bangunin Taehyung. Biar aku dan Bibi Han yang menyiapkan sarapan, ok?". Seokjin menepuk pelan bahu adiknya dan melanjutkan membuat wafle.

"Baiklah, Hyung..." Jawab Namjoon singkat.

"Good moring, everybody... Wah, tumben hyung menonton bola?" Taehyung yang baru datang, segera menarik salah satu kursi di dapur tersebut dan merebut jus jeruk yang baru saja akan diminum oleh Namjoon dan langsung dihabiskan dalam beberapa teguk.

"Ah itu, hyung  tidak terlalu memperhatikan karena sedari tadi fokusku hanya tertuju ke pada ini", Seokjin msnunjukkan beberapa wafle yang telah jadi dan sekarang sedang dia guyur sedikit dengan sirup karamel.

"Oia, Tae... Kamu tau ga ternyata ada lho atlit sepak bola yang berasal dari Indonesia yang berat badannya hanya seberat 3kg!" Seokjin terlihat sangat serius ketika menyampaikan informasi itu ke pada Taehyung. Namjoon yang sedang mengangkat gagang cangkir yang akan diminumnya berhenti sejenak, sedangkan Bibi Han yang diam saja sebenarnya sedang menajamkan pendengarannya menunggu jawaban yang akan dilontarkan oleh si Tuan Muda. Bibi Han sedari tadi berada di samping Seokjin, namun wanita paruh baya itu tidak mendengar apa pun mengenai berita tentang atlit sepak bola dari Indonesia. Maka dari itu dia menajamkan pendengarannya, karena informasi ini dirasa menarik olehnya.

"Ah yang benar, hyung?  Gila, kok bisa berat badannya ringan seperti bayi baru lahir?"

'Demi celana bunga-bunga yang selalu dipakai oleh Patrick, sahabat Spongebob Squarepants, kenapa kamu polos sekali sih Tae?'

"Serius, benar-benar ada! Nama atlitnya adalah BAMBANG TABUNG GAS. Hahahahahha..."

Krik krik

'Bisajah kita tenggelamkan dia di sungai Amazon? Biar dia dimakan oleh piranha. Gurauan dia garing, sepertinya tulang-tulangnya juga tidak kalah garingnya' -Namjoon, Taehyung dan Bibi Han'.

Bersambung....

Ok, aku tau ini garing bgt atau emang selalu garing? Hahaha... Aku sengaja post hari ini karena hari ini adalah hari ulang tahunnya our worldwide shoulders, i mean our worldwide handsome Sim Keokjin!!! Lalalala yeyeye lalala yeyeye.. Semoga menjadi umur yang berkah, karirnya makin cemerlang dan makin jaya di udara ya bwang... #happyseokjinday ~♥~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Kims (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang