chapter 1 (part-4)

237 7 0
                                    

        "ali... tunggu!!!" teriak prilly saat melihat ali berjalan kelaur gerbang kampus. prilly berlari kecil menghampiri ali. matanya mengerjap sinar matahari begitu terik. prilly mengusap tangannya yang terasa panas terkena sinar matahari.

        menyadari prilly tidak nyaman dengan cuaca yang terik, dengan cepat ali menggandeng tangan prilly berlari menuju pohon trembesi yang cukup besar dan rindang di tengah parkiran kampus mereka. 

        dari kejauhan galang melihat prilly dan ali bergandengan tangan berlarian. laki-laki berwajah manis dan pemilik sifat humoris ini mendadak merasakan panas disekujur tubuhnya, aliran darahnya terasa dimpompa dengan kencang. "aaaaaaaaa..." teriak galang yang membuat itte yang berdiri disampingnya kaget.

        "ngapain lo," serang iite sambil menepuk bahu galang. mata galang masih tertuju kearah ali dan prilly. "ooowww... prilly," cibir itte. " kalau cemburu ngomong aja gak usah dipendam," ucap itte meledek.

         ite gadis tomboy yang berwajah manis dan bertubuh mungil ini memang bersahabat dengan prilly semenjak SMA, dan itte juga sepupu galang jadi wajar kalau mereka bertiga sering terlihat bersama. terlebih saat mereka memilik satu project dalam drama teater kampus. 

        "apaan sih lo," celetuk galang. itte menyipitkan matanya sembari nyengir aneh melihat galang. "yaudah sih," itte berlalu pergi meninggalkan galang.namun dengan cepat galang menarik kemeja itte. "ehh..eehh, mau kemana, pulang bareng gue." galang menarik tangan itte berjalan menuju mobilnya.

        ini sikap galang kalau mendapati prilly bersama laki-laki lain selain dia. ada rasa cemburu bergejolak didalam dadanya. namun itu tidak berlaku dalam kamus prilly, gadis cantik ini nyaman menjadi sahabat galang. hanya sahabat.

        prilly menatap lekat pemuda yang beberapa detik yang lalu menarik tangannya dari teriknya matahari yang menyegat kulitnya. pemuda ini, tepat didepannya, sorot matanya membuat jantungnya berdegup kencang, rasanya ingin menghentikan waktu dan terus menatapnya seperti ini, pemuda ini tidak sedingin yang dipikirannya, dengan menatapnya saja bisa membuatnya merasa nyaman. tidak prilly stop menatapnya, kau belum mengenalnya.

        " sorry lo ga suka panas ya," ali mencairkan kebekuan yang prilly ciptakan dari caranya menatap ali. prilly tersenyum. "iya gue ga suka cuaca panas, gerah," pekiknya pelan. ali tersenyum tipis. "ada apa lo pangil gue," tanya ali. prilly menelan ludahnya dengan sedikit memaksa, berusaha mengingat kenapa dia memanggil ali. ayolah prilly kenapa kau melupakan sesuatu.

        "aa...ohiya, ini nomor gue kasih kak alya ya, tadi pagi kan dia minta nomor gue dan disuruh nitip ke lo," ucap prilly seraya sibuk mengambil ponselnya. lalu dengan cepat prilly mengarahkan ponselnya ke ali. ali dengan cepat mencatat nomor prilly di handphonenya.

        "ya udah gue pulang ya," pamit prilly setelah ali mencatat nomornya. 

        pemuda ini tiba-tiba melihat prilly dengan tenang, terbesit dalam benaknya "kenapa dia tidak mengharapkannya meberikan nomor handphonenya," ali tersenyum. "oke, hati-hati ya," tegas ali.

        "eh, bukanya lo tadi pagi bareng kak alya, lo ga bawa motor kan?" tanya prilly. ali mengangguk pelan. "ya udah bareng aja yuk!!! " ajak prilly.

        "gak usah gue naik taxi aja, sekalian mampir bengkel ambil motor," tapi sepertinya paksaan prilly membuat ali tidak bisa bergerak akhirnya mereka pulang mengendarai mobil prilly. 

        dalam perjalanan tak hentinya mereka tertawa, menyadari dunia yang begitu sempit untuk perkenalanya sebagai teman dikampus, lalu orang tua keduanya yang ternyata bersahabat baik.

        "eh, galang gak marah lo ngajak gue bareng," ucapan ali membuat prilly berhenti tertawa lalu dalam beberapa detik prilly tertawa lagi dengan kencang.

        "kok ketawa sih," ali merasa aneh.

        "iya lah gue ketawa, galang itu siapa, dia cuma kakak kelas kita, terus lawan main gue teater," prilly meringis. 

        ada yang berubah diwajah ali, sepertinya dia senang mendengar penjelasan prilly. jantungnya berdetak normal biasa saja.

        " terus tadi pagi," ali berhenti berbicara, dia merasa takut kalau gadis cantik disebelahnya akan berfikir kalau dirinya seperti mengintrogasi.

        "itu latihan drama teater kita, ohya... lo udah siapin ilustrasi musiknya seperti apa,?" prilly balik bertanya.

        dan lagi-lagi ali merasa puas dengan jawaban prilly, sepertinya ali merasa ingin tau banyak tentang gadis disampingnya ini. pelan dan pasti ali mengarahkan tatapanya ke arah prilly yang sibuk fokus dengan jalanan. ali memperhatikan dengan seksama wajah gadis yang teduh ini, senyum tergambar jelas disudut bibirnya seolah merasa puas memperhatikan gambar gadis cantik berkulit putih mulus ini. "nyaris sempurna," gumam ali pelan.

        "apa," tanya prilly dan memalingkan wajhanya sekilas kearah ali yang terus menatapnya. "lo bilang apa li," tanya prilly sekali lagi.

        "enggak kok, gak apa-apa," jawab ali seraya melebarkan senyumnya. 

***

prilly menyandarkan tubuhnya disofa ruang tamu rumahnya. adik semata wayangnya menghampiri.

        "kak, aku mau main ya sama kak galang," pamitnya menghampiri kakanya yang sedang memejamkan mata.

        "mau keman si ja,?" tanya prilly tanpa membuka mata.

        " main fingerboard dirumah kak galang," jawabnya dan berlalu meninggalkan kakaknya sendiri. raja memang aneh, masih SMP tapi senengnya main sama anak kuliahan. galang memang rumahnya tidak jauh masih satu komplek beda blok, raja pasti mengayuh sepedanya kerumah galang, memang mereka berdua memiliki hobby yang sama koleksi dan suka main fingerboard itulah kenapa mereka bisa seakrab ini.

        prilly membuka matanya pelan, angannya melayang memikirkan sosok pemuda yang baru dikenalnya yang sempat dikiranya dingin ternyata asyik juga diajak ngobrol. gadis ini tersenyum tipis.

***

        "kak ini no prilly," ali meletakkan secarik kertas dimeja kerja alya. kakaknya ini sedang sibuk medesign baju jari jemarinya sibuk berkutat dengan pensil matanya fokus mengarahkan setiap goresan pensil ke selembar kertas putih. tidak berniat mengganggu konsentrasi kakanya alipun beranjak meninggalkan kakanya diruangan kerjanya.

        " kamu udah save nomornya," tiba-tiba alya yang masih fokus dengan pensil dan kertas itu menyuarakan kalimat. ali tersenyum berbalik melihat kakaknya. alya menghentikan gerak jari jemarinya dan membalas senyum manis adiknya ini.  dan ali baru menyadari alasan kakaknya meminta nomor handphone prilly. itu hanya alibi alya karena sebenarnya nomor prilly tidak berarti apa-apa untuknya tapi untuk adiknya ini. 

        alya hanya menginginkan adiknya bisa dekat dan mengenal baik seperti apa berteman dengan perempuan. sejauh alya hidup bersama dan mengenal adiknya, ali memang pemuda yang dingin dia tidak bisa nyaman bersama beberapa teman perempuannya. itulah kenapa ali tidak pernah punya pacar selama SMA.

        

KOTAK SEJUTA MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang