Jangan tanya, kenapa yang harus kujaga itu kamu. Ini dorongan hati. Perintah hati. Jadi jangan kamu ragukan. Karena jika memungkinkan, perintah itu akan terus kulaksanakan, meski ragu mu selalu menghalangi.
"Happy reading"
***
Jika bukan rasa takut yang menguasainya, putus asa mungkin sudah menghampiri. Sebelum terjadi apa apa, dan mungkin hal yang tidak ia inginkan, tasya dengan sisa tenaganya berusaha sebisa mungkin untuk bangkit dan beranjak mencari jalan keluar.
Pohon pohon yang menjulang tinggi seakan memperingati jika ini bukan tempat yang aman untuknya. Angin malam di hutan ini seakan berbisik mengancamnya, membuat ia yang takut untuk bersuara hanya menangis tanpa suara.
Tangannya berpegang kuat pada pohon berusaha menyangga tubuhnya agar tidak terjatuh. Percobaan pertama gagal. Tasya tidak menyerah. Kembali memegang pohon dengan kuat seakan yakin untuk kali ini ia bisa.
Meringis sembari memegang lehernya yang masih mengeluarkan darah, akhirnya usahanya kali ini benar berhasil, berdiri dengan tangan yang berpegang kuat pada pohon.
Tasya merongoh saku celana. Ia baru ingat ponselnya. Dengan jari gemetar, tasya menyalakan senter ponselnya, melihat ke sisi hutan sembari menelan ludah takut.
Memutuskan untuk mencoba berjalan, langkahnya tertatih. Satu tangannya memegang kaki yang sakit. Tasya berjalan pelan, berusaha mengingat kembali seberapa jauh preman tadi membawanya masuk kedalam hutan ini.
Napasnya tersendat, seperti tertahan, keringat dingin bercucuran, bahkan wajah dan bibirnya semakin pucat. Pening mulai menghampirinya. Tasya hanya bisa berdoa dalam hati, agar ia bisa cepat keluar dari sini.
Langkahnya sudah cukup jauh. Ingin sekali ia menyerah. Rasa pening menguasainya, membuat ia yang sudah begitu lemas jatuh terduduk sembari meringis. Tasya melirik ponselnya, mencari nomor mamanya untuk ia hubungi.
Tasya mengutuk tempat ini. Tidak ada jaringan barang segaris pun. Ingin sekali ia meraung dan berteriak di tempat ini. Namun bayangan harimau atau anjing yang akan menghampirinya, lalu memakannya secara buas membuat ia menelan suaranya berat.
Tidak ingin berlama lama ditempat meyeramkam ini, tasya kembali berdiri. Berjalan tertatih hingga ia melihat sebuah jalanan yang terlihat sepi. Jalanan yang hanya diterangi lampu yang terlihat remang. Langkahnya berhenti ditepi jalan. Berharap seseorang menolongnya dan membawa ia pulang.
Hari semakin gelap. Dinginnya malam seakan memaksa untuk menutup kedua matanya. Kepalanya semakin berdenyut sakit. Tasya mengulurkan tangannya ketika dari kejauhan melihat sebuah mobil yang melaju cepat.
Mobil itu berhenti. Seseorang keluar dengan wajah terkejut melihat siapa yang berdiri disana. Orang itu berlari menghampiri tasya dengan raut cemas yang sangat jelas diwajahnya.
"Tasya?!"
Syila menutup mulutnya menatap tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Ada banyak luka dileher gadis itu. Bahkan darahnya terlihat sudah mengering. Syila dengan cepat memapah tasya menuju mobilnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHAKA
Novela JuvenilGanti judul. Flusso D'amor ➡ shaka Munafik jika tasya mengatakan tidak ada perasaan pada cowok itu. Nyatanya, setiap berada didekat cowok itu, tasya selalu berdebar. Menahan sesak ketika berhadapan langsung dengannya. Tasya tidak akan berbohong tent...