Desember, 2010.
"Tata jangan tinggalin Iyan ya, Tata harus janji?"
Anak kecil itu mengacungkan jari kelingking nya seperti tanda ikatan janji. Sedangkan dua gadis berbadan tinggi lesuh di hadapan mereka hanya tersenyum melihat tingkah yang di lakukannya.
"Tata gak akan pernah tinggalan Iyan kok, Tata janji" anak kecil di hadapannya ikut mengacungkan jari kelingkingnya. Dan mereka mengikat sebuah tanda janji.
Kemudian sorak sorai memenuhi satu halaman rumah di bawah pohon jambu tegap yang meneduhkan mereka semua.
. . .
Binta menghapus air matanya yang sedari tadi turun dengan deras membajiri pipi padat nya.
"Iyan kemana?"
"Sekarang kamu dimana?"
"Masih inget aku apa enggak?"
"Kenapa gak pernah muncul sekali aja?"
"Kenapa Tata gak pernah ngerasain apapun tentang keberadaan Iyan?"
"Iyan dimana?"
Binta Geovani. Tata kesayangannya Iyan yang sudah hilang jejak sejak 8 tahun yang lalu.
* * *
Januari, 2018.
Binta berjalan dengan sedikit gelisah, totebag miliknya sudah tidak lagi dalam posisi benar.
"Aduh"
Benar, ini lah dugaan Binta. Dia pasti akan tertabrak karena tingkahnya pagi ini.
"Maaf ya, saya bener-bener gak sengaja" cowok itu mencoba membantu mengumpulkan semua buku-buku Binta yang berantakan dan memberikan kepada Binta. Wajahnya sangat berseri memancarkan senyuman yang amat manis, "anak fakultas apa?"
"Binta di ekonomi, kalau kamu?"
"Nama situ Binta? Sama, cuma saya ada di kelas A"
"Kamu di kelas A? Wah hebat, Binta masih di kelas C loh, masih dibilang rata-rata bawah gitu deh, belum pro ekonomi nya kayak kamu, yauda Binta duluan ya?" Binta tersenyum, namun kaki nya tertahan karena pergelangan tangannya di cengkram"Saya bantuin aja ya? Kayaknya situ kesusahan banget, nama saya Andrian, panggil aja saya Rian" Binta mendengar nama yang sama ketika di masa 8 tahun yang lalu, "hey? Kita jadi ke kelas?"
"Eh maaf maaf, ayo, omong-omong makasih ya, Binta jadi repotin Rian gini" Rian tertawa renyah, cukup membuat kekhawatiran Binta yang tadi hilang dalam sekejapTak lama kemudian mereka sampai di depan kelas C. Kelas tempat Binta. "Ini saya taruh disini aja ya?"
"Yan, makasih banyak"
"Panggil saya Rian ya? Jangan di singkat singkat, soalnya saya gak suka. Inget masa lalu jadi takut saya" ujar Rian dengan panjang lebar, apa maksud Rian tadi?"Kamu curhat?" Rian diam sejenak, kemudian dia tertawa, "kamu kenapa deh?"
"Saya cuma bercanda, oh pasti gak lucu ya? Yaudah deh mungkin lain hari aja saya bakal ngelucu lagi sampai buat situ ketawa, saya balik dulu ke kelas ya, kalau ada apa-apa tinggal ke kelas saya aja"Binta mengangguk.
Dua langkah Rian pergi, kaki nya terhenti dan kemudian berbalik badan, "saya boleh minta nomor telfon gak?"
"Nomor Binta?" Rian mengangguk, "boleh kok boleh"
"Sebentar, saya ambil handphone dulu" Rian mencari cari ponsel nya dan kemudian memberikannya kepada Binta, "nih silahkan"Sembari Binta menulis nomor nya, Rian memperhatikan tiap inci wajah Binta. Kemudian dia tersenyum. "Anda mirip seseorang yang saya sayang dulu, Ta"
"Eh maksudnya, siapa?"
"Enggak deh, udah lupain ya?" Binta memberi ponsel nya kemudian Rian menundukkan kepala nya, sangat sopan, "saya pergi, dan ini" ujar nya memperlihatkan ponselnya, "terimakasih"
"Iya, sama-sama"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You
Teen FictionDesember, 2010. "Tata jangan tinggalin Iyan ya, Tata harus janji?" Anak kecil itu mengacungkan jari kelingking nya seperti tanda ikatan janji. Sedangkan dua gadis berbadan tinggi lesuh di hadapan mereka hanya tersenyum melihat tingkah yang di lakuka...