dua

872 140 15
                                    


Pagi ini Anin jadi merasa tak bersemangat untuk bekerja,sejak pertemuan nya dengan mantan kekasihnya pada tiga hari yang lalu membuat nya sedikit malas.karena ternyata bukan hari itu saja ia bertemu dengannya.ternyata ia akan bertemu dengan laki laki itu setiap hari.dan lebih mengejutkannya lagi adalah ternyata laki laki itu telah membeli kafe bosnya beserta para pegawainya.

Anin merasa marah entah pada siapa.mungkin pada bosnya karena tak membicaraknnya dulu pada para pegawainya tentang kepemilikan kafe nya yang baru.walau pada akhirnya mereka di beritahu juga kemarin siang.

"Kenapa pak Arkan menjual kafe ini ya.padahal kan kafenya rame banget.sampe kita juga kewalahan.."ucap Beni sambil memakai topinya.

"Kata pak Dika sih pak Arkan mau menetap di Jakarta tempat asal Bu Nabila istrinya."

"Terus kenapa mesti di jual kafenya. padahal kan usaha nya masih bisa tetap berjalan walau di luar kota."

"Aku ga tau sih alasan tepat nya.cuma gitu aja kata pak Dika.tapi gapapa sih aku mah ganti bos juga.malahan lebih suka yang sekarang.soalnya kan bos baru kita ganteng bangeettt..."ujar Tika dengan senyum senyum menggelikan.

"Ish...kamu tuh.." Beni merasa kesal dengan menyentil kening Tika.

"Apaan sih.."Tika pun manyun karena keningnya terasa sakit.

Dari pintu masuk Anin mendengar semua percakapan kedua sahabatnya itu.ia tersenyum kecil saat melihat interaksi kedua orang yang sebenarnya saling menyukai itu.

"Kalian romantis banget sih.."ucap Anin sambil menaruh tas Selempang nya.

"Ihh apanya yang romantis.."

Anin semakin tersenyum lebar saat melihat wajah Tika semakin memerah karena ia berhasil menggoda nya.

"Ayo kita kerja.."sejenak Anin ingin melupakan siapa bosnya sekarang.ia menyemangati kedua sahabatnya untuk bekerja.

"Ayo ah.."

"Eh nin tunggu.."saat mereka  baru berjalan dua langkah tiba tiba Beni memanggil nya.

"Ada apa..?"

"Aku hampir lupa..kemarin kata pak fahmi kamu di suruh keruangannya katanya sebelum kerja.."

"Keruangannya.mau apa?"

"Mana aku tau.."

Anin jadi merasa tak enak dan gelisah.apa laki laki itu akan memecatnya karena telah mengabaikan nya beberapa hari yang lalu..walau sebenarnya Anin tak suka saat dirinya menjadi bos barunya.tapi Anin juga membutuhkan pekerjaan untuk kelangsungan hidupnya.

"Baiklah.."


***

Walau gugup dan gemetar Anin harus tetap menghadap bosnya.

Untuk sementara aku harus mengesampingkan perasaanku dulu..

Kini Anin sudah ada di depan pintu ruangan Fahmi. sudah lima menit sebenarnya ia berdiri di depan pintu kayu itu.ia ragu apakah Anin harus benar benar masuk atau tidak. Saat pikirannya memutuskan akan pergi saja dari depan itu, tiba tiba pintu terbuka.

"Anin...dari tadi aku menunggu mu.."

Anin memandang pemilik suara bas itu. laki laki yang kini menjadi bosnya.mantan kekasihnya yang telah mengkhianati nya.

"Ada apa pak..?"sekuat mungkin Anin tak ingin terlihat rasa sakitnya.

"Masuklah..kita bicara di dalam."

"Baiklah.."akhirnya anin menuruti saja keinginan bosnya. ia masuk kedalam ruangan bos nya dengan sedikit gugup.fahmi pun menutup pintu setelah Anin masuk. fahmi tersenyum kecil melihat tubuh wanita pujaan hatinya kini berada di dekatnya.

"Duduklah.."

Tak ingin banyak bicara anin menuruti saja keinginan bosnya. dan sekarang mereka tengah duduk berhadapan di sofa. bila Anin menundukan wajahnya, fahmi justru terang terangan memandang wajah Anin sambil terus tersenyum.

Sebenarnya Anin tau bahwa laki laki itu malah memandang nya.anin pun merasa jengah dengan cepat, anin berdiri untuk pergi saja.tapi Fahmi langsung menyadari hal itu.

"Maaf..aku membuatmu tidak nyaman.."

"Sebenarnya ada apa bapak memanggil saya..?"

"Duduk lah dulu..kita bicarakan sekarang.."

"Maaf pak..saya banyak pekerjaan.."Anin merasa di permainkan.tanpa menunggu lama Anin segera melangkahkan kakinya menuju pintu.tapi Anin kalah cepat karena Fahmi sudah mencekal tangannya.

"Tunggu..."

Kini mereka saling berhadapan dengan saling memandang.fahmi masih mencekal pergelangan tangan Anin.

"Maaf..aku menyuruhmu kesini untuk mengatakan sesuatu.."

"Cepat katakan lah.."

"Mulai sekarang kamu tidak bekerja lagi sebagai pelayan. tapi kamu akan bekerja disini dengan ku.menjadi asisten ku."

"Apa..apa maksud anda..menjadi asisten mu.. asisten apa..aku tidak mau.."

"Dengar Anindira..aku belum tahu makanan apa saja yang di jual di kafe ini.aku juga tidak tau berapa harganya.dan aku mungkin ingin menambah kan menu baru di kafe kita..dan aku membutuhkan bantuan mu.."

Anin tercengang dengan apa yang ia dengar.apa apaan ini.jadi dia disuruh keruangan nya hanya untuk membahas hal ini..?

"Maaf pak.. seharusnya bapak membicarakan hal itu dengan chef Deri bukan denganku..aku tidak tau apa apa .aku Disini Bekerja hanya sebagai pelayan bukan yang mengatur atau menyiapkan makanan."

"Tidak..aku ingin membicarakan nya dengan mu.."

Anin tak percaya dengan ini..ia menghembuskan nafasnya kesal. bila tau begini lebih baik ia tak datang keruangan ini. Tapi Anin pun tak ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan laki laki ini lebih baik ia pergi delivery order.dari pada harus berhadapan dengannya. dengan cepat anin berlari dari hadapan Fahmi.. tapi langkahnya harus terhenti kala Fahmi mengatakan kata kata yang membuatnya membeku.

"Berhenti di sana Anin.. aku akan menciummu bila kamu keluar dari ruangan ku.."

****

"Si Anin lagi ngapain ya lama bener di ruangan si bos.."

"Iya..kerjaan dia jadi kita kan yang ngerjain.."

"Udah 3 jam dia didalam sana.."Beni dan Tika memandang pintu ruangan bosnya dengan kening mengkerut.

"Menurutmu mereka lagi apa Tik..?"

"Apa jangan jangan...?" Tika merasa gelisah karena ia membayangkan yang tidak tidak.

"Jangan jangan apa..?"

"Jangan jangan pak fahmi ngapa ngapain Anin lagi...duhh gimana nih.."

"Hah.. maksudnya gimana Tik..pak fahmi suka gitu ama Anin..?"

"Hey..jangan mengobrol saja..cepat kerja..pelanggan semakin banyak.."Beni dan Tika pun kena semprot dari chef yang dari tadi memperhatikan mereka.chef Deri pun mendengar semua celotehan kedua insan itu.

"Tapi Anin ko ga keluar keluar sih chef..kerjaan dia kan jadi kita yang gantiin.. sebenarnya Anin lagi apa sih.."

"Udah jangan banyak tanya..nanti juga tau jawabannya..ayo cepet anterin makanan ini ke meja 20.."

"Iya iya chef.."dengan cemberut Tika mengambil nampan berisi makanan itu dan pergi.

Sedangkan chef Deri hanya bisa menghembuskan nafasnya dengan menggeleng gelengkan kepalanya sambil melihat pintu ruangan sahabatnya yang masih tertutup itu.

"Fahmi Fahmi...caramu ekstrim juga dengan mengunci calon istrimu di ruangan mu..aku harap Anin tak akan syok setelah keluar dari ruangan itu.."

*****




Walaaa.. lanjut yu lanjut yu...

MerindukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang