Pesta Hari Ulang Tahunku

89 62 5
                                    

Tepat hari ini Aksa menginjak usia 17 tahun, ternyata menjalani hidup menjadi remaja yang beranjak dewasa tidaklah mudah. banyak lika-liku kehidupan yang tak pernah Aksa bayangkan sebelumnya. Biasanya yang dilakukan anak seumuran Aksa  adalah bermain, hangout bersama teman-teman, dan melakukan hal bahagia lainnya tapi tidak untuk Aksa.  Semua ini berawal dari perpisahan kedua orang tuanya, hal  itu menjadi peristiwa yang membawa luka dalam di hidupnya dan mengubah segalanya. Mengubah Aksa menjadi manusia yang lebih memilih memendam perasaan daripada mengutarakan sesuatu yang nantinya akan memperburuk keadaan. Saat ini Aksa tinggal bersama mama nya, mama nya sangat jarang ada dirumah karena pekerjaannya yang menyebabkan ia sangat sibuk sampai tidak pernah memperhatikan anaknya itu, namun mama nya selalu memenuhi semua kebutuhan Aksa dari mulai kebutuhan sehari-hari sampai dengan kebutuhan sekolah. Namun yang diinginkan Aksa bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari, Aksa ingin mamanya selalu berada di sisinya, mendengarkan keluh kesah, dan Aksa berharap mamanya ada disaat usianya bertambah.
Besok adalah pesta ulang tahunnya Aksa. Dia mengadakan pesta sehari setelah hari ulang tahunnya hanya berharap agar mamanya bisa meluangkan waktu untuk dirinya. "tok..tok..tok.." suara ketukan itu membuyarkan lamunannya, Aksa segera beranjak dari kasur dan membuka pintu kamarnya, ternyata itu Fasya. Fasya adalah seorang gadis lucu, ia selalu menebarkan energi positif dihidup Aksa, Fasya juga orang yang ceria dan selalu memberikan Aksa semangat.
"Selamat ulang tahun manusia menyebalkan, cieeee udah tuaaa" celetuk Fasya dengan memasang muka gemas.
"Kalo ngucapin ulang tahun tuh yang bagus dikit kenapa sih" jawab Aksa dengan nada ketus.
Fasya menyelonong masuk ke kamarnya Aksa, lalu duduk diatas kasur.
"Sa,, lo gamau keluar gitu. jangan mikir mulu didalem kamar. apa sih yang lo pikirin?" tanya Fasya
"Gak ah sya, gue cuma lg  bingung aja kenapa mama gapernah punya waktu buat gue. apa sesibuk itu ya sya?" Jawab Aksa
"Mungkin mama punya alasan sa, mungkin juga emang lagi banyak banget kerjaan jadi gabisa punya waktu banyak buat lo. tapi mungkin mama lakuin semua itu buat lo bahagia, sa. lo gaboleh gini terus. mending kita dekor buat besok yukkkk" kata Fasya sambil menarik tanganku
"Males ah sya, ga mood gue," jawab Aksa
"Gaboleh males ayo cepetan Aksa!" perintah Fasya
Dengan nada malas Aksa mengikuti kemauan Fasya, mereka berdua mendekor sampai lupa waktu. Setelah semua selesai Aksa mengantar Fasya kembali kerumahnya karena hari sudah mulai malam.
"makasih ya sa, gue masuk dulu" Fasya lalu meninggalkan Aksa yang masih menunggu di depan rumahnya, Aksa hanya memastikan bahwa Fasya benar-benar masuk kedalam. Setelah itu Aksa pulang kembali kerumah.
Sesampainya dirumah, Aksa memakirkan motor digarasi. Tidak ada tanda-tanda bahwa mamanya sudah pulang. Aksa membuka pintu rumah dan langsung masuk ke kamarnya karena sangat kelelahan. Ia merebahkan tubuhnya diatas kasur empuk kesayangannya sambil memainkan game di ponsel dan tak lama kemudian tertidur.
Keesokan harinya, Aksa yang masih tertidur diatas kasur kesayangannya itu harus terbangun karena suara ketukan pintu yang cukup keras.
"tok...tokk..tokkk"
"YAELAH WOI SIAPA SIH MASIH PAGI BELUM MULAI PESTANYA JUGA!" kata Aksa dengan nada kesal lalu membuka pintu dan ternyata itu Fasya. Aksa memang jarang bangun pagi apalagi di hari libur, karena mamanya sudah berangkat ke kantor dipagi hari dan harus bekerja seperti biasanya.
**
“Yaampun, gimana sih bukannya mandi pesta ulang tahun lo kan hari ini Aksa!" teriak Fasya
"Sya masih pagi kali gabisa apa siangan dikit? gue masih ngantuk cape banget,"
"helloo!!!!! lo liat dong jam berapa ini?"
Jarum jam menunjukan pukul 14.00 WIB dan pesta akan dimulai pukul 15.00 WIB,Aksa hanya mempunyai waktu satu jam untuk bersiap-siap. Fasya menarik tangan Aksa lalu mendorongnya ke arah kamar mandi.
"Gausah di dorong juga kali gue bisa sendiri," dengan mata setengah mengantuk Aksa memasuki kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan siap-siap, Aksa bergegas keluar kamar dan ternyata diluar sudah ramai oleh teman-temannya. Mereka memberikan ucapan selamat dan memberikan beberapa kado. Aksa sangat senang karena teman-temannya dapat hadir di pesta ulang tahunnya, namun tetap saja semua ini terasa kurang jika tak ada mamanya. Aksa memberikan sambutan, ucapan terimakasih dan membagikan kue yang sudah ia potong diatas piring kertas kepada tamu yang datang,. Aksa duduk bersama Fasya dan teman-temannya di ruang tamu sambil menunggu kedatangan mamanya. Tiba-tiba Fasya bertanya
"Lo pasti mikirin mama ya?" tanya Fasya dengan nada sendu
"Gue ngerasa ada yang kurang, harusnya mama bisa bagi waktu buat gue." Aksa pun tak dapat lagi membendung air matanya,Fasya lalu menghampiri dan memeluk Aksa.Aksa menangis di pelukan Fasya, bukan karena cengeng tapi karena Aksa sudah tidak kuat menahan air mata lagi.
“Harusnya yang meluk gue hari ini bukan elu sya, tapi Mama”.
"Udah ya, lo gaboleh nangis. Malu sama temen-temen lo. Pokoknya hari ini lo harus bahagia bagaimanapun caranya. Lo liat temen-temen lo jg banyak yang peduli sama lo, buat apa mereka dateng kalo mereka ga peduli sama lo? dari situ aja harusnya lo udah bahagia sa," Fasya melepas pelukannya dan menghapus air mata Aksa.
"Sa, makasih ya. Sekarang gue cuma butuh lo. Karena gue gapunya siapa-siapa lagi selain Mama,"
"Kapanpun lo butuh gue pasti ada buat lo. Gausah khawatir ya Sa," Kata Fasya dengan nada sangat tenang.
Mendengar itu rasanya sedikit melegakan hati, setidaknya Aksa masih punya Fasya yang akan terus menemaninya.Semua runtutan acara sudah dilaksanakan, tapi mamanya Aksa belum juga datang. Waktu demi waktu para tamu sudah mulai sepi Fasya pun sudah pulang kerumahnya, bahkan sampai acara selesaipun mamanya Aksa tak terlihat. Aksa hanya bisa duduk terdiam di bawah tangga, entah apa yang mamanya pikirkan hingga lebih memilih pekerjaan daripada anaknya sendiri. Aksa duduk di meja makan menunggu kepulangan mamanya dengan sepotong kue spesial diatas piring kertas yang sedari tadi sudah dipandangnya sampai akhirnya Aksa tertidur.
Tiba-tiba ponsel berbunyi "Kringggggggg...." Aksa melihat layar ponselnya, telfon itu dari Fasya. Iamenengok jam, waktu sudah menandakan pukul 21.00 WIB. Tidak biasanya Fasya menelfonya malam-malam begini, Aksa pun segera mengangkat telfon dari Fasya.
"Halo Sya, Ada apa?" Tanya Aksa.
"Sa! Sa! Gawattt! lo harus kerumah sakit sekarang mama Lo sa, mama..." cakap Fasya dengan nada tergesa-gesa.
Tanpa ragu, Aksa langsung pergi ke rumah sakit. Dirumah sakit sudah ada Fasya dan Tante Rina, Tante Rina adalah mamanya Fasya ia juga teman baik mamanya Aksa. Aksa menghampiri mereka berdua.
"Sya, Tante. Apa yang terjadi sama Mama?" Pasti ada yang tidak beres dengan mama, Fasya hanya menangis.
**
"Sa, mama kamu kecelakaan.  Sekarang mama belum sadarkan diri," Jawab Tante Rina sambil meneteskan air mata.
Seketika badan Aksa pun merasa tak berdaya. Aksa hanya bisa berdoa semoga tak akan terjadi apa-apa dengan mamanya, dan Aksa yakin mamanya pasti sembuh.
Setelah sekian lama menunggu di ruang IGD, Berjuta perasaan dan pikiran buruk menghantui Aksa, mamanya seolah-olah merasuki hati dan pikirannya. Aksa bertambah tidak karuan ketika melihat seorang dokter menutup pintu ruangan tempat dimana mama dirawat. Didalam penantiannya, Aksa hanya bisa berdo’a agar tidak terjadi apa-apa . Tiga jam telah berlalu, dan dari kejauhan tampak seorang Dokter berjalan menuju kearah ruang tunggu,
"Apakah anda keluarga dari Ibu Lita?" Tanya dokter itu kepada Aksa
"Iya dok, saya anaknya,"
"Saya minta maaf sebesar-besarnya. Kami sudah melakukan yang terbaik untuk Ibu anda. Tapi Tuhan berkehendak lain. Saya turut berduka cita." ucap dokter itu sambil meninggalkan kami bertiga.
Tanpa berpikir panjang Aksa memasuki ruangan tersebut, melihat tubuh mamanya yang kaku dan tidak lagi bergerak. Seolah dunianya runtuh saat itu juga. Aksa memeluk mamanya untuk yang terakhir kali.
Keesokan harinya, Aksa mengantar mamanya ketempat peristirahatan terakhir. Ketika jenazah mamanya hendak dibaringkan dalam kubur disaat itulah Aksa tak lagi dapat membendung tangisnya begitupun Tante Rina dan Fasya. Langit mendung, Aksa menatap sendu batu nisan yang bertuliskan nama mama. kematian sudah digariskan, manusia tak bisa berbuat apa-apa. Aksa mencoba ikhlas meskipun yang Aksa rasakan sangat berat, tak pernah terbayangkan rasa yang sehebat ini  rasa yang hampir membuat Aksa sangat putus asa. Aksa berjalan pergi meninggalkan kuburan mamanya dengan berat hati, ia tak bisa lama-lama menangisi kepergian mamanya, ia yakin mamanya akan bahagia di tempat terindah.
"Sudahlah Sa, mama udah tenang disana. Lo gaboleh terus-terusan sedih nanti mama juga sedih disana," Fasya menenangkan dengan nada sangat lembut
"Gue masih gak rela kalo mama ninggalin gue secepat ini," Sahut Aksa sambil mengalihkan pandangannya
Tubuh aksa sangat lemas dan pucat, Sesampainya dirumah Fasya mengantar Aksa kekamarnya untuk beristirahat.
"Istirahat dulu Sa, biar gue aja yang beresin rumah,"
Aksa hanya mengangguk lalu ia merebahkan tubuhnya di kasur. Fasya keluar dari kamar Aksa lalu membersihkan rumah Aksa. Ia menemani Aksa selama beberapa hari,  ia tahu bahwa Aksa sedang terpukul atas kepergian mamanya. Fasya tidak pernah sekalipun meninggalkan Aksa. Tante Rina pun sering mengunjungi rumah Aksa,  walaupun hanya sekedar memberinya makanan atau membersihkan rumah Aksa. Aksa juga melanjutkan bisnis mamanya untuk menambah biaya sekolahnya, tetapi ia juga harus membagi waktu antara bisnis yang ia jalani dan juga kewajibannya di sekolah.
Sejak hari itu, Aksa benar-benar merasakan tiada artinya lagi hidup didunia ini. Sebab semua yang ia cintai dan ia sayangi sudah pergi meninggalkannya. Ia juga tidak tahu dimana keberadaan ayahnya. Hari-harinya benar-benar sepi, sunyi, hampa, dan hampir tidak ada senyum. Aksa benar-benar merasa kehilangan seorang yang paling berarti dalam hidupnya. Wajah manis mamanya selalu membayangi hari-hari Aksa. Tak jarang  ia merindukan mamanya. Fasya juga sangat berperan penting di kehidupan Aksa sekarang, Fasya selalu berusaha untuk memberinya kekuatan disaat ia lemah. Kejadian ini menimbulkan trauma untuk Aksa, ia tak lagi ingin merayakan ulang tahun. Menurutnya, merayakan ulang tahun sama saja dengan merayakan kepergian mamanya, ia tak ingin berbahagia di hari dimana mamanya meninggalkan Aksa untuk selama-lamanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pesta Hari Ulang TahunkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang