SKENARIO HIDUP

2 0 0
                                    

   Sepuluh tahun sudah aku melewati hari demi hari di dalam ruangan yang minim akan pencahayaan.Di balik dinginnya jeruji besi cuplikan masa lalu seakan sengaja di putar berulang kali di otakku.Sungguh aku menyesali perbuatan bodohku.

   Entah sudah sesering apa aku mendengar celotehan ayah mengenai perselingkuhan ibuku,tepat saat aku berusia 14 tahun celotehan ayah yang aku anggap omong kosong terbukti benar.Namaku Rahman Madjid,orang orang di sekitarku sering memanggil Aman.Sejak kecil aku sudah kehilangan sosok ibu,bahkan kasih sayang dan perhatian kedua orangtua.YA!sejak ibu memutuskan pergi dari rumah sikap ayah berubah,ia jadi tempramen sering marah dan memukulku.Tak ada istilah “keluarga adalah segalanya” nyatanya sampai kapanpun keluargaku tak akan bisa mendapatkan kata itu.

Roda kehidupan terus berjalan,tanpa adanya pengawasan dan perhatian dari orangtua seorang anak akan terjerumus dalam pergaulan yang tidak sehat.Begitulah yang aku alami sekarang,berteman dengan para pemuda yang kerap minum berjudi bahkan yang sering ikut tawuran.Bagi kami tawuran kegiatan yang paling menarik,ajang unjuk kemampuan terlebih lagi di usia kami yang masih 16 tahun semangat jiwa muda terus berkobar,meski aku tau itu berbahaya tapi apa boleh buat aku sudah mengikuti arus pertemanan dengan orang orang seperti itu.

Malam telah menyelubungi pulau wuna kota kelahiranku,silau sinar matahari yang menyengat tak lagi menampakkan diri. Di posko inilah biasanya pemuda asal wamponiki  berkumpul bermain judi ditemani sejerken arak dan 2 botol aqua besar kameko begitulah sebutan minuman yang membuat mabuk di pulau ini.Tentunya aku ikut ambil bagian,tak lupa sebatang rokok ku sematkan di kedua bibirku menyesapnya dengan nikmat tak memperdulikan gambar yang ada di pembungkus rokok dengan merk magnum mild.Selepas berjudi dan meminum kameko 10 gelas rasanya kepalaku mulai pening namun aku tetap meminum minuman itu menghabiskan 1 botol aqua besar seorang diri.

Ku perhatikan raut wajah para sahabat juga bapak bapak yang ikut bergabung dengan kami tak jauh beda denganku.Hanya 2 orang saja yang tetap terjaga tanpa mabuk sekalipun,mungkin mereka tidak mengkonsumsi banyak minuman haram itu.Ku coba menelungkupkan wajahku di kedua lipatan tangan untuk tidur sejenak mengurangi rasa pening yang teramat sangat menyerang tiba tiba.

“Man,bangun”Tidurku terganggu oleh panggilan suara yang persis di telingaku

“Woi Man bangunlah jangan tidur seperti kebo”kali ini aku tidak bisa berpura pura tuli lagi,segera ku angkat wajahku dan menatap sekeliling rupanya sang fajar mulai menampakkan diri.Ku lihat Arya,Dimas,Yusril dan Indra berdiri di sampingku dengan wajah yang masih lelah

“Ada apa?aku masih ngantuk tidak bisakah kalian membiarkanku tidur lagi,semalam aku minum banyak”ujarku seraya mengusir mereka halus.Indra yang orangnya petakilan tak ambil pusing ia pergi mengambil seember air yang terletak di samping pos  lantas menyiramnya di wajahku.Aku yang baru saja menutupkan mata lantas berdiri tegak menatap pakaianku yang basah dan diam sejenak kutatap Indra dengan raut wajah datar ingin rasany aku layangkan tinju di wajah sok gantengnya itu,tapi mengingat ia sahabatku aku mengurungkan niat.

“Hahahahahaha....”tawa Indra,Yusril,Arya dan Dimas

“ayo pulang dan makan dulu nanti sore kita kumpul lagi”ujar Yusril

“baiklah sampai bertemu sore nanti”sahut Arya dan Dimas lantas melenggang pergi

“Man,kau tidak pulang?”tanya Yusril yang tengah menatapku kasihan

“Tentunya aku pulang,rasanya tidak mungkin jika berdiam diri di sini sampai sore dengan baju basah kuyup”ucapku kesal sembari menatap Indra,yang ditatap malah nyengir tak berdosa

“hehehe maaflah itu keisenganku di pagi hari,eh maksudnya di siang hari"

"Siang?"

"Astaga Man,ini sudah jam 11,makanya jangan minum banyak semalam sok kuat kau ini"gerutu Yusril yang tengah bermain hand phone.

CERPENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang