5. More than a friend?

10 2 0
                                    

Malam ini aku tidak bisa tidur memikirkan kejadian tadi sore, aku hanya menjawab 'berikan aku waktu'. Aku melirik meja nakas dan melihat buket bunga dari Awan dan mengambilnya, terlihat bunga itu sudah layu, aku mencari vas ku isi air lalu aku meletakkan bunga-bunga itu. Secarik kertas terjatuh dari buket bunga

Kata-kata yang sangat manis Awan, maaf bila aku melukai perasaan mu -batinku

Ini bukan pertama kalinya aku ditembak oleh seseorang, sebelumnya Jo juga pernah dengan gombalan maut dan janji-janji manisnya. Tapi kali ini berbeda sahabatku sendiri yang menembak ku, rasanya aneh karena dia telah ku anggap seperti kakak ku sendiri.

Jadi rasanya seperti ini sahabat kecilku jatuh hati padaku lalu mengungkapnya, apa mungkin aku terima saja?, toh aku juga sudah kenal dengannya sejak lama, tapi kalau tiba-tiba kami putus apakah kami masih menjadi sahabat lagi?

"Ck, insomnia ini sangat mengganggu ku" gerutu ku, aku berjalan menuruni anak tangga menuju ke ruang tengah, terpampang foto ayah ku yang bingkainya aku buat sendiri. Memang aku ini suka menceritakan hari-hari yang ku lalui, menunggu ayah pulang lalu ayah akan mendengarkan semua celotehan ku. Kali ini aku hanya bisa melihat fotonya aku tersenyum lalu aku mengambil album foto yang bertuliskan Anka & Awan.

Terlihat jelas semua foto-foto kecil ku dengan Awan bermain ayunan di taman, pergi jalan-jalan ke puncak bersama, dan ini yang membuat ku tertawa foto dimana aku menangis karena Awan mengejekku dimana saat itu gigi ku tanggal didepan, ompong. Terlihat bahagia sekali, Awan juga yang selalu ada saat aku dibully di SD.

Lantas mengapa aku masih meragukannya?

• • • •

Ya pagi ini seperti biasa Awan menjemputku, rasanya ada yang berbeda ya, canggung. Tak ada obrolan disepanjang jalan antara kami berdua. Sesampainya di parkiran Awan memarkirkan motornya dan membenarkan rambutnya di spion.

"Hmm, Awan" ia menoleh kepadaku, rambutnya yang sudah rapih dan Hoodie yang selalu ia gunakan, membuat nilai plus di mataku.

"Hmm"

"I..tu..jawa...ba..nnya...., Ya aku mau" Awan tersenyum sangat manis ia mendekatkan wajahnya kepadaku lalu mengatakan sesuatu

"Terimakasih sudah mempercayakan aku untuk menjagamu"

Awan menarik tanganku dan berjalan menuju koridor lalu merekatkan jari-jarinya di tanganku tanpa memperdulikan sekitar dan teriakan dari siswa-siswi lain. Jo, ya disana dia melihat dengan tatapan sinis tak suka, rahangnya mengeras dan siap untuk menghajar Awan, Tapi itu tidak mungkin terjadi. Saat sampai dikelas Awan melepaskan tangannya dan membiarkan aku pergi menghampiri Hara, lagaknya Hara sedikit terkejut.

"Serius kalian udah jadian?" Aku hanya mengangguk pelan.

"Omedetōgozaimasu (selamat!)" Hara menyalami tanganku dan aku memukulnya pelan karena itu terlalu berlebihan. Ya, mungkin ini jalan yang terbaik.

"Akhirnya sahabatku tidak jomblo lagi!" Seru Hara.

Hari ini aku kurang fokus dengan pelajaran, entah mengapa lagaknya hariku semakin kelabu, Aku pulang dengan ojek online karena Awan ada latihan basket hingga malam, diperjalanan hujan turun sangat deras. Baju ku sudah basah kuyup sekarang aku cepat-cepat berlari ke halaman belakang, menari-nari, berlari kesana kemari menikmati hujan turun. Ya, aku sangat menyukai hujan dengan *petrikor-nya yang sangat menenangkan, Suara rintikan air dari genting ke genting, semua tanaman bahagia menyambut kedatangannya.

Sudah lama rasanya aku tidak selepas ini. Hujan sudah banyak membuat orang terkagum dengan suara, suasana dan rasa. Hujan itu sangat berperasaan, lebih mengerti keadaan mu, banyak orang berkeluh kesah kepadanya atau membentuk kenangan dengan seseorang. Ekor mataku menangkap sesutau diujung sana seperti ada sesosok manusia berdirir memandangiku dengan pakaian serba hitam serta payungnya. oh siapa gerangan disana?

Semakin lama semakin medekat, lalu ia menyodorkan payungnya padaku sambil berkata "sudahi semua ini, cepat masuk!"

"ka-kamu?!"

"ayahmu bilang kamu mudah sakit apabila mandi hujan, masih saja bandel" sambil berjalan ke tempat teduh.

"bagaimana kamu bisa tahu?, sebenarnya kau ini siapa?!" kataku sambil sedikit menaikkan nada bicara. akhirnya aku ke teras rumah dan masih kebingungan, Erlangga menutup payungnya sambil menyiapkan sesuatu.

"aku bisa masuk karena gerbang rumahmu terbuka dan aku kesini hanya ingin memberimu ini", Erlangga menyodorkan sebuah kotak berwarna coklat berukuran sedang dan ditali dengan pita berwarna merah.

"Apa ini?" tanyaku.

"aku tidak tahu itu dari ayahmu, aku hanya menyampaikannya. aku pergi dulu, sampai jumpa" kata Erlangga sambil beranjak dari tempat tersebut dan membuka payungnya.

"Erlangga itu namamu, aku ingin bertanya sebenernya kau ini siapa? kenapa kau bisa sedekat itu dengan ayahku?", ia hanya menoleh dan tersenyum kecil lalu pergi.

Aku menaruh kotak itu di kamar ku lalu aku pergi ganti pakaian. Setelah selesai aku membuka kotak tersebut, ternyata surat lebih tepatnya ada empat surat didalamnya. aku baca satu per satu dan mencerna setiap kata yang tertulis, semua surat ini tentang aku, bagaimana cintanya terhadap aku itu semua membuatku haru. Tapi aku masih betanya-tanya tentang Erlangga, karena aku tidak punya informasi apapun tentangnnya aku mencoba mencari namanya di internet lalu munculah sebuah perusahaan.

"ah!, perusahaan ini kan-"

--------------------------------------------------------------

*Aroma alami yang dihasilkan saat hujan jatuh di tanah kering.

a/g : kritik & saran silahkan komen

Vote untuk mendukung cerita ini lebih lanjut!🥀🥀🥀

ANKAVATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang