Beberapa cerita one shot dengan sudut pandang masing-masing karakter Attack On Titan. Tentu saja cerita ini sepenuhnya milikku dengan semua karakter masih meminjam ciptaan Hajime Isayama.
Enjoy :)
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
◈ ◈ ◈
Aku bukanlah orang yang pemilih, tetapi menurut mereka aku terlalu menuntut kesempurnaan. Aku bukanlah orang yang bersih, tetapi menurut mereka aku terlalu menuntut tak kan ada celah untuk hal yang kotor. Sekali lagi aku tekankan, aku bukanlah orang yang pendiam, tetapi menurut mereka aku terlalu dingin tak tersentuh. Tapi satu hal yang aku akui dari perkataan mereka, "Tinggi Levi-san tak lebih dari lima kaki."
Erwin pernah mengungkitnya—yang entah kapan—bahwa aku masih terpengaruh oleh kehidupan di bawah tanah itu. Walaupun sudah seringkali ku bantah deduksinya secara mentah-mentah tapi tiap kali ia melihatku menyeduh teh hijau—mengingat aku tak pernah menambahkan gula atau susu ke dalamnya—tatapannya seolah berkata, "Bukankah aku sudah mengatakannya berulang kali?"
Tentang pembicaraan tinggi badan itu, sejujurnya aku tak pernah terpengaruh atau bahkan terprovokasi atasnya. Setidaknya yang mereka bicarakan merupakan fakta—walau mereka sering membicarakannya dibelakangku. Satu hal lagi, mereka disini bukanlah orang lain melainkan bawahan atau rekan—bisakah kupanggil mereka rekan?
Tentang menuntut kesempurnaan, bagaimana aku mengatakannya, bukankah sebagai prajurit kita harus bisa melakukan tugas dan perintah dengan benar? Terkecuali jika kau ingin tidak kembali saat misi di luar dinding dengan badan terkoyak yang masih menempel di deretan gigi para titan.
Dan untuk aku yang menurut mereka adalah orang yang terlalu gila akan kebersihan, bukankah itu baik? Seorang atasan mengajarkan pada bawahan betapa pentingnya untuk menjaga kebersihan. Bukankah ada yang mengatakan jika kebersihan pangkal kesehatan? Tapi untuk satu hal ini Erwin atau Hanji masih tak dapat mentolerirnya secara biasa. Bagi mereka aku masih terlalu menuntut akan hal itu.
Aku bukanlah orang yang pendiam—Eren juga sudah mengakui hal itu. Aku hanya akan berbicara di waktu yang tepat dan pada orang yang tepat. Hmm? Mungkin kalimat tersebut perlu dibenahi. Aku hanya akan berbicara seperlunya di waktu yang dibutuhkan serta pada orang yang tepat. Sudah jelas, bukan?
Terakhir, untuk aku yang masih terpengaruh tentang kehidupan di bawah tanah itu, sejujurnya Erwin tak sepenuhnya salah. Beberapa hal masih belum dapat ku ubah dan malah masih melekat. Terutama beberapa kebiasaan-kebiasaan yang telah tercipta—clean freak, misalnya—adalah buah dari masa lalu yang kelam itu. Tetapi untuk aku yang menurut mereka masih terbayang masa lalu, harus kukatakan bahwa aku tidak.
Sebagai 'penganut' berat idiom let bygones be bygones, masa lalu bukanlah hal yang layak untuk dikenang. Hmm? Sepertinya perkataan itu harus diralat. Menurutku masa lalu yang kelam bukanlah hal yang layak untuk dikenang. Mungkin beberapa potongan fragmen masih menghantui pikiran tapi bukan hal baik untuk larut didalamnya. Toh, semua hal yang telah terjadi takkan dapat diperbaiki—jika itu salah—dan tak dapat diulangi. Mengakui dan menerima semua hal itu menurutku juga sebuah usaha untuk berdamai dengan diri sendiri. Fakta bahwa aku masih ada disini juga buntut dari masa lalu. Meskipun aku tak sepenuhnya bersyukur atasnya, tapi sepertinya masa depan masih memberikanku waktu untuk menjelajahinya.