"Dek, bangun, udah pagi."
"Mhmm, bentar lagi, Kak," gumam Ricky sambil melingkarkan lengannya di pinggang Rama.
"Eh, tunggu-!" tubuh Rama terjatuh ke area kosong di dekat si anak STM yang masih terlelap. Wajahnya yang memerah terbenam di dada yang terbalut seragam putih. Ia tak bisa menahan diri untuk tak hanyut oleh aroma tubuh pemeluknya yang menenangkan. Pekikan pelan menyelinap dari mulutnya ketika sebuah tangan mendarat -agak terlalu ke bawah- di pinggangnya.
"R-Ricky," panggilnya pelan, malu-malu.
Jika kalian bertanya bagaimana mereka bisa mendapat tempat tidur, itu semua berkat pihak aparat negara berseragam hijau. Setelah kabar menggembirakan mengenai para elite politik disampaikan, logistik dibagikan. Massa kemudian digiring ke sebuah lahan kosong tak jauh dari gedung dewan. Tampak tenda-tenda darurat telah didirikan. Rasa lelah yang sebelumnya terkubur oleh adrenalin menyeruak keluar. Tak ada yang tampak ragu untuk menghambur masuk ke dalam tenda, menghadiahi diri sendiri dengan sebuah tidur yang dirindukan.
Rama, berakhir di tenda yang sama dengan Ricky. Bukannya ia tak suka. Sebenarnya ia diam-diam berharap agar tetap dapat berada bersama pangeran penyelamatnya. Namun, masalahnya adalah Kevin, yang tak bisa menahan diri untuk tidak menggoda kawannya. Ia seolah tak punya rasa lelah untuk menggoda teman dekatnya itu. Seisi tenda tak mau ketinggalan, bergabunglah mereka dengannya, bersama-sama membuat Rama merah padam sementara Ricky tertawa geli. Semua itu berakhir ketika sang Wakil Komandan pasukan STM mengajak Rama untuk pergi tidur. Well, tak sepenuhnya berakhir..."
"Don't forget to use protection!" terlontar dari mulut Kevin dan sebuah botol air mineral yang masih terisi pernuh menghantam kepalanya, membuat tawa meledak.
Hari telah berganti. Karena keberanian -kenekatannya- melawan aparat berseragam cokelat kemarin, presiden BEM universitas beralmamater kuning lemon, universitas Rama, menunjuknya untuk menjadi salah satu orang yang menghadiri diskusi di gedung dewan. Rama awalnya menolak, merasa bahwa dirinya bukanlah orang yang pantas, tapi karena dorongan dari berbagai pihak, terutama Ricky, ia pun bersedia.
Sekarang, masalahnya adalah melepaskan diri dari dekapan Ricky yang eratnya bagai lilitan Anakonda Hijau. Kejadian kemarin membuat tubuhnya ekstra lelah hingga ia terbangun di pukul sembilan pagi. Tiga puluh menit telah hilang karena Ricky tak mau melepaskannya. Tersisa 30 menit untuk bersiap diri.
"Woi, Ram, bangun! Kamu harus- oh," ucapan Kevin terhenti.
Rama tahu dirinya -harga dirinya- berada di ambang bahaya.
"Jangan bilang kamu nggak bisa berdiri, aku bisa bilang ke presiden kita kalau gitu, biar kamu istirahat," seringai mengiringi keluarnya kata-kata itu dari mulut Kevin.
"Ricky, lepasin!" Rama akhirnya mendorong tubuh Ricky yang masih di bawah naungan kantuk menjauh.
Kantuk Ricky akhirnya pergi. Ia duduk seketika, "Oh, iya! Kak Rama harus ke gedung dewan."
Rama memalingkan wajahnya, lalu berdiri tanpa mengatakan apa pun, dan melangkah ke luar tenda. Ia tak marah pada sosok laki-laki yang lebih muda darinya itu, tapi ia merasa kesal pada dirinya sendiri karena membiarkan dirinya luluh. Ia juga merasa kesal karena melanggar janjinya pada dirinya sendiri untuk selalu tepat waktu dan satu-satunya orang yang berhasil hanyalah ia sang Wakil Komandan pasukan STM.
"Ngambek tuh," celetuk Kevin, tangan terlipat rapi di dadanya.
"Eh, serius, Kak?" Ricky terkejut.
Kevin mengangguk, "Rama kalau udah ngambek nakutin, lho."
"Eehh?!"
"Mendingan sekarang kamu kejar dia."
Ricky langsung melompat dari tempatnya, berlari mengejar Rama.
...
Diskusi di gedung dewan dihadiri oleh presiden BEM dari tiga kampus ternama dan Rama, yang merasa menjadi outsider saat itu. Panasnya diskusi tak dapat dicegah, moderator pun kewalahan. Diserang, serang balik, panas, moderator harus tegas, begitulah yang terjadi di ruang rapat IV gedung dewan. Saling memojokkan, tak mudah untuk menahan pikiran diri sendiri paling benar muncul. Atmosfer naik turun. Ketika panas, sangat panas, ketika dingin, dendam dan amarah rimbun bagai pohon beringin.
Tujuan awal diskusi, atau musyawarah, adalah mencapai suatu kesepakatan bersama. Walau melewati jalan yang terjal, dihadang badai, pencapaian akan tercapai pada akhirnya. Kesepakatan telah berada dalam genggaman. Pengesahan RUU KUHP ditunda. Diskusi berakhir dengan tak terlalu damai.
Kesempatan menapakkan kaki di gedung dewan tak akan disia-siakan. Rama sengaja melambatkan langkah kakinya dari ruang rapat IV ke gerbang depan untuk mengamati setiap sudut area dalam gedung dewan yang ia lewati. Alhasil, ketiga presiden BEM dan beberapa orang yang mengawal mereka terlihat baga titik karena jauhnya jarak.
Sebuah tangan tiba-tiba merengkuh tubuhnya dari belakang. Ia disentak mundur. Belum sempat bereaksi, sebuah tangan dengan kain putih yang mengeluarkan aroma zat kimia membekapnya. Ia hendak meronta tapi tubuhnya melemah ketika hidungnya tak sengaja menghirup aroma yang tak asing dari kain putih itu. Syarafnya seolah mati, tak satu pun anggota tubunya ia rasakan. Awan hitam perlahan membutakannya. Rasa pening memukul kepalanya. Ia terkulai lemah tak sadarkan diri dalam lengan kekar yang asing.
KAMU SEDANG MEMBACA
LAKON ROMAN (Terlarang) DEMONSTRASI
FanficBukan lakon roman Romeo dan Juliet, bukan lakon roman Rama dan Shinta, bukan apa-apa. Hanya sebuah kisah klise pertemuan dua insan di tengah perjuangan aspirasi. Warning! BL (cover originally by me) @oni_kaz