PART 20

918 50 1
                                    

( CHAPTER 20 )

TIARA

Balik saja dari rumah keluarga Barox saya terus masuk dalam bilik saya. betulkah keputusan yang saya ambil ni? Lambat laun kakak Barox akan tahu juga status Dna baby dalam perut ni. Masalah lama sudah reda sekarang masalah baru muncul pula.

"Yang kau pigi terima si Barox tu, kenapa juga Tara?"Suara hati Tiara.
"Hurm... ntahlah, saya rasa dia ikhlas mau jaga saya sama Baby yang bakal lahir ni nanti."Tiara
"Tapi, sama juga kalu kakak Barox nda restu. Kan Baby dalam perut tu bukan darah daging Barox?"Suara hati Tiara.
"Jadi, apa yang saya mau buat sekarang? Give up? Barox nda pernah give up sama saya..."Tiara makin runsing.
"Do you love him or just kasihan sama dia?" Suara hati Tiara. Tiara tidak berkata apa-apa lagi dia terus diam.

Patutkah saya tukar fikiran saya. Maybe saya cuma kasihan dengan Barox. I still love Mafia. Kalaulah kau Mafia masih hidup mungkin hati saya nda berbelah bagi macam sekarang.

"Tiara..."Pintu bilik Tiara diketuk.

Kedengaran seperti Suara Rossa yang memanggilnya. Tiara bangun dari perbaringannya dan menuju ke pintu biliknya. Bila pintu sudah dibuka. Rossa duduk di birai katil bersamanya.

"Aunty ingat kamu tidur sana..."Sambil mengusap rambut Tiara.
"Nda jadilah Aunty, kakak dia si Exora tu macam nda suka Tara ada dia sana... tulah Tara bawa Barox balik sini"Tiara tersenyum kelat.
"Aunty tau, Tara mesti susah hati kan?"Rossa menduga.
"Susah hati jugalah, tapi bukan pasal kakak Barox nda restu. Cuma Tara nda mau masalah timbul lagi... cukup-cukuplah masalah sebelum ini."Tiara
"Kalu Tara rasa mau tukar fikiran, bagus Tiara tarik diri dari sekarang jangan sampai mau dekat kawin baru mau tarik diri."Rossa
"Saya takut Barox nda dapat terima saja Aunty..."Tiara
"Explain bagus-bagus sama dia mesti dia faham..."Rossa
"Nantilah Tara cuba..."Tiara
"Tiada masa sudah untuk cuba Tara, mesti mau cakap terus...masa suntuk sudah lagipun Tara tinggal tunggu hari saja ni."Rossa
"Yalah... besok Tara, akan discuss sama Barox."Tiara
"Bah, tidurlah... Aunty keluar dulu"Selepas Rossa keluar dari bilik Tiara. Tiara terus menutup pintu biliknya.

Barox duduk termenung di luar beranda rumah. Rossa hanya menggeleng melihat Barox ketika itu.

"Hurm... kalu nda kena restu bagus janganlah paksa Tara lagi."Rossa tiba-tiba bersuara dan duduk di sebelah Barox.
"Tapi Aunty, Barox betul-betul ikhlas mau jaga Tara and baby dia."Barox
"Tapi, kasihan Tara nanti terpaksa menghadap perangai Exora and ex fiance Barox tu..."Rossa
"Barox, ada untuk protect Tara. Aunty"Barox
"Bukan sepanjang masa kau ada di sisi Tara, kalu Barox sayang Tara. Barox terima apa saja keputusan Tara lepas ni..."Rossa menepuk lembut bahu Barox dan beredar dari situ.
"Can i?"Barox menarik nafas yang berat.

****

"Francis!"Karen memanggil Francis yang berada di luar rumah.

Mafia menoleh ke arah Karen dengan renungan yang tajam.

"Kenapa kau tengok saya macam tu?"Karen gentar.
"Kenapa? Kau takut?"Suara Mafia agak mendatar sedikit.
"Bukanlah... cuma macam ada yang nda kena saja sama ko ni sekarang..."Karen
"You tell me? Sebab saya mulai rasa yang kau seperti ada sembunyi sesuatu dari saya..."Mafia
"Apalagi yang kau nfa puas hati ni! Oh, kau masih nda puas hati pasal perempuan yang kacau hubungan kita tu?"Karen
"Betulkah dia orang ketiga dalam hubungan kita Karen?"Mafia bertanya lagi. Kali ini sudah masuk kelima kali dia bertanya.
"Betullah!"Karen
"Tapi, kenapa perasaan saya bila ingat tu perempuan nda sama macam saya tengok muka kau... saya teda perasaan mau sayang pun sama kau"Mafia
"Sebab, tu perempuan sudah pugai kau! Susahkah kau mau faham! Saya bawa kau jauh-jauh supaya kau buli lupa sama dia, sampai juga tu pugai di sini..."Karen makin galak berkata-kata.
"No... saya dengar kau bercerita sama abang kau hari tu, saya hilang ingatan bukan pugai. Jangan ingat saya begini nda ingat apa-apa kau mau putar belit cerita. Saya cuma hilang ingatan but i'm not stupid Karen...."Mafia
"Oh! Jadi kau mau buat apa sekarang?"Karen
"Saya mau cari Tiara!"Mafia
"Carilah, mana kau mau cari... haha"Karen ketawa sinis.
"I will..."Mafia
"Tara sudah mati! Puas hati kau! Dia mati pun pasal kau juga!"Karen mendengus dan terus masuk ke dalam rumah semula.

Mafia masih tenang.

"I will find you..."Mafia berbisik sambil melihat bintang di langit pada malam itu.

Karen tergesa-gesa masuk ke dalam biliknya. Dia mencapai telefin bimbitnya dan mendail nombor abangnya Danny.

"Hello, sis..."Danny di talian.
"Hello, you need to come here as soon as possible!" Suara Karen cemas.
"Why? Apalagi masalah kau buat kali ini Karen?"Danny membebel.
"Mafia, macam sudah buli ingat sikit-sikit... dia cakap dia mau cari Tara, apa saya mau buat ni?"Karen
"See, apa yang abang risau sebelum ni jadi juga... Tara mesti benci abang sampai bila-bila, kalu tau Mafia masih hidup..."Danny
"Help me abang!!"Karen meninggikan suaranya. Dia sudah tudak perduli jika Mafia mendengar suaranya pun.
"Tunggu sana, jangan biar Mafia lari..."Danny
"Abang, datang sekarang jugak!!"Karen mengarah lagi.
"Ya... ya.."Danny terus mematikan talian.

Karen keluar semula dari biliknya dan menuju ke ruang tamu. Tidak kelihatan kelibat Mafia di sana. Dia meluruh ke pintu utama rumah. Tetapi sama juga Mafia tidak sudah berada di situ. Tiba-tiab kedengaran bunyi pintu bilik di mana Mafia selalu tidur terkuak dari dalam. Karen dengan pantas mengambil mangga pintu utama rumah dan perlahan-lahan berjalan menuju ke bilik Mafia.

Kelihatan Mafia seperti menyusun barang-barangnya ke dalam beg sandang. Dengan pantasnya Karen terus menarik pintu bilik Mafia dan menguncinya dari luar.

Kedengaran Mafia memanggil-manggil nama Karen dari dalam, dan menyuruhnya membuka pintu tu. Tetapi Karen malah tersenyum puas. Sambil berlalu ke ruang tamu dan menarik nafas lega.

"Mau cari Tara, kunun... langkah mayat saya dululah!"Karen tersenyum sinis.

Suara Mafia sudah tidak kedengaran lagi. Karen mengandaikan yang Mafia mungkin sudah diam dan beristirehat di dalam bilik itu.

"Duduklah kau diam-diam dalam tu bilik..."Karen merasa letih, sementara menunggu Danny datang. Dia mengambil peluang untuk melelapkan matanya sebentar.

Tok! Tok! Tok!

Danny muncul di muka pintu rumah. Karen tergesa-gesa membawa abangnya masuk ke dalam.

"Mana Mafia?"Danny
"Ada dalam bilik dia... nasib sempat kunci tadi"Karen tersenyum bangga.
"Kunci pintu depan rumah, baru buka pintu bilik dia..."Danny mengarah.

Usai mengunci pintu utama rumah. Karen dan Danny jalan beriringan menuju ke bilik Mafia dikunci. Karen membuka mangga pintu bilik itu. Bila pintu sudah terbuka luas, ternyata tiada sesiapapun di dalam bilik itu.

Jendela bilik itu malah terbuka luas.

"No! No! No!"Karen berteriak sambil bermundar mandir di dalam bilik itu.
"Habislah kita kali ini, Karen..."Danny terduduk longlai.

TO BE CONTINUE...

THE SWEET ESCAPEWhere stories live. Discover now