Seperti sebelum-sebelumnya, launching novel terbaru karya Kim Sejeon kali ini pun dipenuhi oleh penggemarnya yang kebanyakan dari kalangan remaja.
Ya, terhitung sekitar dua bulan lamanya akhirnya Sejeong berhasil menyelesaikan bukunya.
Berawal dari kejadian aneh yang Sejeong alami, lalu cerita aneh yang entah siapa yang menulisnya, kemudian menarik Sejeong untuk memastikan sendiri cerita aneh tersebut dalam dunia nyatanya, akhirnya Sejeong tergerak untuk menyelesaikannya, melupakan semua hal yang membuatnya semakin pening.
Sejak pertemuannya dengan tokoh dalam cerita aneh tersebut dan ia mengetahui fakta lain yang membuat hatinya teriris tanpa alasan, maka sejak itu pula Sejeong sempat dibuat frustasi beberapa hari dengan rasa sakitnya.
Namun Sejeong kembali bangkit dan berniat melanjutkan cerita aneh itu dengan jemarinya sendiri. Sebelum cerita itu kembali membuat alur dengan sendirinya. Tentu saja ia juga mengganti nama tokohnya.
"Setiap diri manusia adalah tokoh utama dalam hidupnya."
"Maka, jangan biarkan orang lain mengambil alih alur kehidupanmu."
"Buat kisahmu sendiri, dengan caramu sendiri."
Beberapa kalimat itulah yang membuat Sejeong bangkit, menulis kembali.
Kalimat itu juga yang Sejeong lontarkan sebagai penutup dari acara launching novel terbarunya.
.
.Tiada hentinya Sejeong membubuhkan tanda tangan di novel terbarunya yang dibeli oleh penggemarnya. Senyumnya tak kunjung luntur di tengah-tengah obrolan singkatnya dengan penggemar yang sudah berbaris menunggu gilirannya.
"Haloo... Boleh aku minta tanda tangan di dua novel."
"Oh, tentu saja." Sejeong menerima buku yang sama dari penggemarnya.
"Ini untuk tunanganku. Dia sibuk, jadi tidak bisa datang."
"Oohh... It's okay. Siapa nama tunanganmu?"
"Kang Daniel."
Gerak tangan Sejeong terhenti sejenak mendengar nama itu disebut. Degup jantungnya seketika menggebu membuatnya cukup sesak.
Namun Sejeong segera mengenyahkan segala kemirisan hatinya, ia kembali menyunggingkan senyumnya pada sang penggemar.
"Kang Daniel? Apa dia chef?"
"Oh?!" Sejeong bisa melihat perempuan di hadapannya itu terkejut. "Kamu kenal dia?"
"TMI for you. Latar dari novelku kali ini, inspirasinya dari tunanganmu." Susah payah Sejeong menunjukkan ketenangannya.
"Wah! Jadi dia ngga bohong? Aku pikir dia bercanda waktu dia bilang Kim Sejeong datang ke resto dan melakukan tour resto. Wah!"
"Sampaikan terima kasihku padanya. Terima kasih atas inspirasinya."
"Siap. Akan ku sampaikan."
Sejeong menyerahkan kembali dua buku yang baru saja ia tanda tangani disertai dengan beberapa kalimat. "Aku tunggu undangan pernikahan kalian."
Sang penggemar tentu saja bersorak mendengarnya. "Kamu akan datang?"
"Tentu saja. Editorku temannya Daniel, jadi aku pastikan untuk datang dengannya."
"Wah! Terima kasih banyak!!" Perempuan yang sempat membuat hati Sejeong teriris itu membungkukkan badannya, mengucap terima kasih hingga pamit padanya. Bergantian dengan penggemar yang lainnya, yang sudah mengantri.
.
.Selesai acara, dengan tergesa-gesa Sejeong kembali ke ruang tunggu.
Begitu membuka pintu, tanpa mengatakan apapun, ia berhambur pada pelukan seseorang yang tengah duduk sambil memainkan ponselnya di sana.
Karena terkejut, laki-laki yang hampir tersungkur itu dengan sigap membalas pelukan tiba-tiba dari Sejeong.
"K-kenapa ini? Ada apa?"
Tidak. Bukan gugup. Laki-laki itu hanya terkejut dan kebingungan.
"Aku ketemu dia."
"Dia? Dia siapa?"
Tidak ada jawaban. Sejeong justru terisak di bahunya.
Laki-laki itu pun membiarkannya hingga Sejeong tenang dan melepas pelukannya.
"Tunangannya Daniel." Sejeong mengusap air matanya sendiri. "Dia datang. Sepertinya mereka memang bahagia."
"Dengarkan aku."
Jaehwan —laki-laki itu menangkup wajah Sejeong supaya menatapnya, tidak terus menunduk.
"Bukan sepertinya. Tapi memang seharusnya kita mendo'akan mereka bahagia."
"Benar."
"Terus, kamu sendiri?"
"Apa?"
"Kamu bilang, kamu bahagia kalau kamu menentukan alur hidupmu sendiri tanpa diatur orang lain. Sekarang gimana? Udah merasa bahagia?"
"Entahlah." Sejeong kembali menghamburkan dirinya pada Jaehwan, menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang editor.
"Harusnya aku bahagia kan? Aku bahagia karena projekku selesai. Aku bahagia lauching hari ini berjalan lancar. Aku bahagia penggemarku ternyata bertambah. Hanya itu saja yang tadi sedikit menggangguku."
"Bukankah itu wajar? Pasti ada rintangan dan halangan di setiap cerita. Ada klimaks dalam setiap alur cerita. Walau begitu, bukan berarti dia akan terus mengganggu alur yang kamu buat untuk ceritamu sendiri."
Dengan seksama, Sejeong mendengarkan ucapan Jaehwan. Terlebih dengan tepukan lembut di punggungnya, membuat Sejeong cukup nyaman.
"Ukurannya mungkin hanya sebatas ujung kuku. Sisanya kamu yang menentukan sendiri. Apa rintangan itu membawa ceritamu berakhir bahagia atau tidak."
Sejeong kembali melepaskan pelukannya, kali ini menggenggam kedua tangan Jaehwan.
"Kim Jaehwan. Ayo bahagia bersamaku!"
AUTHOR
SELESAI
Terima kasih atas dukungan dan komentarnya ^^
Salam, heavenable
2019
KAMU SEDANG MEMBACA
AUTHOR ; ksj-kdn
FanfictionBagi seorang penulis, berhalusinasi itu hal yang biasa 'kan?