Baekjin berulang kali menoleh kearah pintu cafe, ia melihat jam dipergelangan tangannya risau. Laki-laki itu sudah berada disana untuk waktu yang cukup lama. Namun, orang yang ia tunggu belum juga datang. Baekjin menyesap caramel machiato yang tersisa sedikit, saat itulah ekor matanya menangkap orang yang ia tunggu masuk dan berjalan kearahnya. Ia duduk dihadapan Baekjin sembari tersenyum tanpa dosa.
"Mianhae Jin-ah, aku baru selesai pemotretan tadi. Kau belum menunggu lama kan?"
Baekjin hanya mengangguk kecil.Ia memanggil seorang pelayan cafe dan memesankan minuman untuk Yuri.
"Jadi kenapa hyung memintaku datang kemari? aku pikir akhir-akhir ini kau sangat sibuk"
Baekjin memperhatikan laki-laki didepannya. Ia yakin baju yang Yuri pakai saat ini pastilah baju yang ia pakai saat pemotretan tadi. Belum lagi, riasan diwajahnya yang membuat ia tampak memepesona. Ah, Baekjin kini justru membayangkan betapa banyak pasang mata yang 'terpaksa' menatap pria itu saat menuju kemari. Tanpa sadar, pipi Baekjin kini bersemu tipis.
"Aku punya hal penting yang harus dibicarakan denganmu Jin-ah" Yuri menghela nafas dalam, ia menatap Baekjin dengan senyuman aneh.
"Begini, kau ingat saat kita main ke kawasan Hongdae ketika masih ikut acara itu?" Baekjin mengangguk. Sejujurnya ia tak tau kemana pembicaraan ini akan pergi. Ia hanya dapat menyimak dengan wajah penasaran.
"Ada yang mengambil foto kita berdua. Banyak yang membicarakannya. Aku pi-"
"O-oh itu, aku pikir mereka salah paham hyung. Mereka membicarakan kita yang tidak-tidak" Baekjin tergagap memotong pembicaraan Yuri. Jantungnya berdebar lebih cepat. Ia tak siap untuk menyinggung ini dengan Yuri, orang yang ia suka. Ya, Baekjin memang menyukai Yuri. Entah sejak kapan. Entah karena apa. Baekjin hanya suka, sesederhana itu.
Yuri terkekeh melihat tingkah Baekjin yang terlihat salah tingkah. Sepertinya, Baekjin salah menangkap maksudnya.
"Justru itu, Jin-ah. Kita bisa memanfaatkannya."
Baekjin yang sedang meminum kopinya tersedak, ia menatap Yuri dengan wajah bingung.
"Maksud hyung?"
"Sejak foto-foto kita berdua tersebar, pengikut akun media sosialku melonjak tajam. Setiap kali aku memposting sesuatu yang berkaitan denganmu, komentarnya selalu melebihi postingan yang lain. Kau juga begitu Jin-ah?"
Baekjin berpikir sejenak. Ia baru menyadari bahwa apa yang dikatakan Yuri juga terjadi padannya. Namun, memangnya kenapa? Baekjin mengangguk kecil dan menatap Yuri penuh tanda tanya.
"Nah, aku punya strategi Jin-ah. Tapi kita harus membicarakannya terlebih dahulu"
"Sebenarnya apa yang hyung ingin katakan?" Baekjin bertanya gemas, ia lelah menebak-nebak apa yang ingin Yuri bicarakan dengannya. Yuri tersenyum tipis, ia mendekatkan wajahnya ke wajah Baekjin, membuat tubuh laki-laki itu seketika menegang.
"Mari buat kesepakatan. Aku yakin ini akan menguntungkan kedua pihak Jin-ah, kita hanya perlu berteman seperti biasanya, namun kita akan lebih sering bermain dan mempublikasinya kemedia. Bagaimana?"
Wajah Baekjin seketika memanas, membayangkan dirinya yang akan sering bersama Yuri membuat jantungnya berdebar tak beraturan. Tapi, sebuah pikiran tiba-tiba menghunus kekepalanya. Apakah nanti kebersamaan itu nyata? Bukankah itu hanya kesepakatan antara mereka umtuk saling memanfaatkan? Baekjin menggeleng, itu bukan ide yang baik. Perasannya tiba-tiba menjadi tak karuan. Memangnya setidak berhaga itukah pertemanan mereka dimata Yuri?
"Aku pikir itu bukan ide bagus hyung" Baekjin berujar lesu, ia tak lagi menikmati pembicaraan ini. Yuri mengeryitkan dahinya "Kenapa?"
Baekjin tak menjawab, ia justru memalingkan wajahnya kesisi lain. Rasanya ia ingin marah sekarang.
"Aku pikir hyung terlalu sibuk untuk melakukan hal seperti itu. Lagipula, popularitas hyung jauh diatasku, dampaknya tidak akan terlalu besar" Bohong. Itu hanya alasan Baekjin untuk menolak Yuri. Ia hanya ingin cepat mengakhiri pembicaraan ini.
"Aku pikir kita teman" Yuri menatap Baekjin dengan senyuman kecil. Dan itu sangat meyakitkan baginya. Ah, mungkin senyum itu pulalah yang membuat ia berada di posisi menyulitkan seperti ini. Baekjin menghela napas, keduanya terdiam cukup lama.
"Baiklah hyung, kita hanya perlu bertingkah seperti biasa, kan?" Baekjin memberanikan diri menatap Yuri. Laki-laki dihadapannya kini tersenyum tampan dan menyodorkan sebelah tangannya.
"Kau yang terbaik Baekjin-ah" Baekjin menerima uluran tangan itu. Kesepakatan telah dibuat. Mungkin, Baekjin terlalu jauh memikirkan ini. Ia yakin semuanya akan berjalan seperti biasa. Ia dan Yuri tetap berteman. Tak ada kepalsuan. Tak ada manipulasi. Dan Baekjin tetap menyukai temannya itu diam-diam. Sesedarhana itu kan?
-
Duh maafkan acu yang membuat Yuri jadi sepansos itu :P. Lanjut?
YOU ARE READING
Not a Friend || Yuri X Baekjin || Yurijin || JXR
Fanfiction"Mari buat kesepakatan. Aku yakin ini akan menguntungkan kedua pihak Jin-ah, kita hanya perlu berteman seperti biasanya, namun kita akan lebih sering bermain dan mempublikasinya kemedia. Bagaimana?" YURI X BAEKJIN, YURIJIN, JXR