# 1

4.5K 164 1
                                    

Seorang perempuan menatap lelaki yang lebih tinggi darinya dengan bingung. "Ada yang salah?" tanyanya.

Lelaki itu menoleh, menatap perempuan yang berada di depannya juga dengan bingung. "Kamu siapa?"

Perempuan itu menghela napas. "Kamu perhatiin saya terus daritadi. Ada yang salah?" tanyanya lagi.

Lelaki itu menatap tidak percaya perempuan di hadapannya. "Natap kamu? Excuse me?"

"Kamu tidak menatap saya?"

Lelaki itu menggeleng. "I was daydreaming."

Perempuan itu bersemu, salah menduga. Ia menunduk. "Maaf, saya salah menduga."

Tanpa disangka lelaki itu terkekeh. "Quite unique. What's your name?"

Perempuan itu mendongak, mengerjapkan matanya. "Uhm, what?" ia mendadak menjadi tidak karuan.

"Saya tanya, siapa namamu?" ulang lelaki itu.

Perempuan di hadapannya menyulurkan tangan. "Saya Arabela. Arabela Riyandani."

Lelaki itu membalas uluran tangan Arabela. "Saya Aldebran."

"Hanya Aldebran?" tanyanya.

Aldebran tersenyum sangat manis. "Just."

Dan Arabela terpaku pada senyuman itu. Seumur-umur ia tidak pernah melihat senyuman yang begitu memikat. Dengan paras tampan dan postur sempurna, Arabela dibuat kalang kabut dengan senyuman manis yang ditampilkan Aldebran. Jantungnya berdebar dan tanpa Arabela sadar ia tidak mengedip membuat Aldebran menjetikkan jarinya.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Aldebran.

Arabela mengerjap lalu mengangguk kikuk. "Sekali lagi saya minta maaf, Aldebran."

"It's okay. Kalau gitu saya permisi. Senang bertemu denganmu, Arabela." ujar Aldebran, lagi dengan senyumannya dan tanpa menunggu reaksi Arabela, Aldebran pergi meinggalkan restoran itu.

Di tempatnya Arabela memaki dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia sangat percaya diri menganggap lelaki berparas pangeran itu memandanginya. Dan ia dengan angkuhnya menghampiri Aldebran ke meja pria tersebut.

Arabela memukul jidatnya pelan, lalu meringis. "Lain kali jangan kepedean, Bel. Gila malu banget!"

"Dan sial! Kenapa terus berdebar?! orangnya sudah tidak ada dan kenapa masih berdebar?!"



*****


Menapaki gedung pencakar langit yang sangat berpengaruh di kotanya membuat nyali Arabela goyah. Yang ada dalam benaknya adalah, 'apakah ia pantas untuk bekerja di sini?'

Ya, Arabela akan melakukan tes wawancara di perusahaan ternama kelas internasional. Ia akan melamar untuk posisi sekretaris di perusahaan tersebut. Dari syarat yang diajukan Arabela merasa dirinya sudah memenuhi. Tetapi Arabela sedikit kikuk jika harus melakukan wawancara dan ia berharap ia bisa mengendalikan dirinya.

Arabela menghela nafas panjang, memejamkan matanya sesaat lalu dengan tegas ia langkahkan kakinya masuk ke dalam gedung pencakar langit itu. Lalulalang karyawan di kantor menjadi pemandangan pertama yang Arabela lihat. Kemudian Arabela melihat gaya pakaian karyawan di kantor ini dan ia menghela napas lega karena ia tidak salah busana dan pakaiannya pantas untuk berada di kalangan perusahaan itu.

Seorang security menghampiri Arabela yang terdiam di depan pintu masuk. "Ada yang bisa saya bantu, Miss?"

Arabela memberikan senyumnya lalu mengangguk. "Saya diundang melakukan wawancara untuk melamar pekerjaan, Pak."

INTO YOU [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang