Vote dan komen kalian jangan lupa yah. Respon pembaca itu membuat semangat penulis. Jadi ayo kasih aku semangat biar terus ada ide 😉
====
Charlotte terpaku menatap pria yang berbaring di bawahnya. Matanya terkunci pada manik hijau yang tengah menatapnya tajam. Seharusnya bukan tatapan yang akan membuat Charlotte terpesona, tapi anehnya tatapan tajam pria itu justru membuatnya terpesona. Memaksanya tetap menatap kearah manik hijau yang begitu memukau sekaligus terlihat misterius.
Bukan kali ini saja Charlotte bertemu dengan pria dengan tatapan tajam mereka. Bukan kali ini saja Charlotte bertemu dengan manik hijau yang memukau seperti milik pria itu. Tapi ini untuk pertama kalinya Charlotte terpukau hingga tak sanggup mengalihkan tatapannya ke arah lain. Enggan berpaling lebih tepatnya. Charlotte ingin berlama-lama menatap manik hijau itu. Memuaskan dirinya mengagumi keindahan mata yang tengah menatapnya.
"Sampai kapan kau akan berbaring di atas tubuhku Nona?"
Sialnya keinginan Charlotte untuk berlama-lama menikmati keindahan manik hijau itu terpaksa harus diakhiri karena interupsi dari sang pemilik mata. Ucapan pria itu membuat wajah Charlotte memanas ketika menyadari posisinya yang sangat tidak sopan.
Charlotte segera bangun, meski pun enggan melakukannya karena masih ingin berlama-lama memandangi manik hijau pria itu, "Maafkan aku," Charlotte menepuk gaun yang dikenakannya untuk menyembunyikan rasa malu yang dirasakannya. Itu memalukan. Biasanya ia tidak pernah sampai lupa diri seperti ini ketika berhadapan dengan pria mana pun, "Terima kasih sudah menolongku, Tuan."
Charlotte kembali menemukan dirinya terpaku ketika pria itu berdiri menjulang di hadapannya. Ia baru menyadari betapa tingginya pria itu. Ia bahkan harus mendongak untuk melihat pria di hadapannya. Tatapan Charlotte jatuh pada bibir mungil pria itu yang terlihat begitu seksi dimatanya.
Demi Tuhan, sejak kapan kata seksi masuk dalam perbendaharaan kata-katanya? Memalukan sekali. Untungnya pria itu tidak tahu apa yang baru saja dipikirkan, kalau tidak sudah bisa dipastikan Charlotte lebih memilih tanah yang kini dipijaknya terbelah dan menenggelamkan dirinya.
Charlotte mengerjap ketika sang penyelamatnya berlalu begitu saja meninggalkannya tanpa mengatakan apa pun. Charlotte yang selama hidupnya tidak pernah diabaikan kesal bukan main. Refleks mengikuti pria yang berjalan di depannya.
"Kau mau kemana? Badai akan segera datang. Kau akan basah jika memaksakan meneruskan perjalanan."
Pria itu berbalik. Berdecak kesal sebelum menjawab pertanyaan Charlotte, "Memangnya kau tahu kita harus berteduh dimana agar tidak terkena badai? Tempat ini sepi Nona, jadi dari pada aku berdiam diri di sini tanpa melakukan apa pun, aku memilih untuk pergi dan mencari perlindungan di rumah penduduk yang aku temui."
"Tapi tidak ada rumah penduduk di sekitar sini. Kalau kau terus memaksa kau bisa saja mengalami kecelakaan karena langit sudah sangat gelap."
"Kau sepertinya sangat tahu."
Kalimat meremehkan dari pria di hadapannya membuat Charlotte kesal bukan main. Pria itu tidak tahu saja kalau ia adalah penduduk Avening dan sangat tahu pasti semua daerah di Avening, "Tentu saja aku tahu. Aku tinggal di Avening. Aku lahir dan besar di sini, jadi aku tahu," balas Charlotte kesal.
"Kalau begitu tunjukkan padaku seberapa tahu kau akan tempat ini."
Charlotte semakin kesal dibuatnya. Meski pun pria itu terlihat menerima sarannya, tapi Charlotte bisa menangkap ketidakpercayaan dari suara pria itu. Pria itu tidak mempercayainya, terlihat dari bagaimana pria itu memandangnya. Tapi Charlotte tidak peduli. Badai akan segera turun. Langit sudah benar-benar gelap. Ia tidak ingin berada di tempat terbuka seperti ini ketika badai.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fiance (Sequel Love Me&Finally)
RomanceLady Charlotte Abigail Hendon, selalu bermimpi menikah dengan pria yang dicintai dan mencintainya. Jadi ketika mendengar kalau dirinya akan di jodohkan dengan Arthur Briley Fletcher, Viscount Threntham, pria yang tidak di kenalnya, Charlotte memilih...