"Carilah ilmu hingga ke Negeri Cina", pepatah inilah yang berhasil membakar semangat para pemuda-pemudi untuk bertekad studi lanjut agar mereka dapat keluar dari lingkaran yang membelenggu pemikiran dan semangat juang mereka. Kedewasaan pola pikir, kecakapan mengolah informasi, serta masa depan yang menjanjikan akan mereka dapatkan jika mereka terbekali dengan pengetahuan yang cukup. Adanya film dan buku-buku motivasi seperti Negeri 5 Menara, 99 Cahaya Langit di Eropa, serta video-video yang memamerkan pengalaman studi di luar negeri berhasil mengoyak-oyak ketekadan mereka untuk melanjutkan studi ke luar negeri. Adanya peluang untuk berguru langsung pada ilmuan dunia, adanya pengalaman untuk mencari ilmu secara gratis, adanya kesempatan mengasah bahasa, serta terbukanya masa depan yang menjanjikan membuat studi lanjut keluar negeri menjadi pilihannya.
Namun, studi ke luar negeri tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak kendala yang dialami oleh para calon pelajar luar negeri, antara lain: biaya studi yang tinggi, ujian masuk yang tidak mudah, biaya hidup yang tinggi, kurang fasih berbahasa asing, perbedaan budaya, dan masih banyak lagi. Hal tersebut membuat teman-teman kita yang berada atau pernah bersekolah di luar negeri termotivasi untuk menceritakan pengalamannya melalui berbagai media, seperti buku motivasi karya A. Fuadi "Beasiswa 5 Benua 100 Kilat Berburu Beasiswa Luar Negeri", video youtube Gita Savitri Devi tentang pengalaman sekolah di Jerman, dan masih banyak lagi. Adanya program beasiswa membuat para pemuda-pemudi yang bermimpi melajutkan studi ke luar negeri bukanlah sebuah hal yang tabu.
Soraya (2016) mengatakan bahwa beasiswa merupakan suatu sarana bagi mahasiswa dengan status ekonomi sosial bawah untuk mencapai sukses akademik. Mengutip dalam buku Fuadi (2016), beliau juga menjelaskan bahwa beasiswa luar negeri adalah segala kesempatan untuk menuntut ilmu, baik di kelas maupun di luar kelas, dengan dibiayai sepenuhnya atau sebagian oleh pihak lain. Bentuk beasiswa ini bermacam-macam mulai dari beasiswa penuh, beasiswa sebagian, fellow-ship, exchange program, summer program, dan masih banyak lagi.
Pemberi beasiswa juga cukup banyak. Ada beasiswa yang diberikan dari pemerintah Indonesia, seperti LPDP yang memberikan beasiswa penuh dengan uang tambahan untuk keperluan biaya hidup selama bersekolah di luar negeri dengan syarat para penerima beasiswa harus berkewarganegaraan Indonesia dan setelah selesai dengan sekolahnya, penerima beasiswa diharapkan kembali ke Indonesia untuk membangun negaranya menjadi lebih maju dengan ilmu yang telah ia peroleh di luar negeri. Ada juga beasiswa dari pemerintah Negara yang dituju seperti NUS, yang memberi fasilitas penuh, baik biaya sekolah, biaya hidup, les Bahasa Inggris untuk penyetaraan, dan jaminan asuransi kesehatan, dengan syarat setelah lulus mereka harus bekerja di Negara tersebut selama 5-6 untuk sarjana kedokteran dan 2-3 tahun untuk sarjana selain kedokteran.
Selain adanya persyaratan tersebut, beberapa beasiswa juga ada yang mensyaratkan calon penerima beasiswa untuk membuat essai latar belakang alasan mereka mengikuti beasiswa, dan beberapa program beasiswa juga ada yang mengadakan wawancara terlebih dahulu untuk melihat keseriusan calon penerima beasiswa. Adanya keterbatasan biaya untuk melanjutkan studi ke luar negeri, inginnya mendapatkan pendidikan yang lebih baik pada suatu bidang karena bidang tersebut belum ada di negara asalnya juga dapat diikutsertakan sebagai alasan menggapai mimpi untuk melanjutkan studi ke luar negeri.
Belajar di luar negeri secara langsung merupakan salah satu pengaplikasian belajar komunikasi multikultur. Sebagian besar mahasiswa Indonesia juga menjadi salah satu bagian dari mahasiswa yang belajar di luar negeri. Untuk bisa hidup berbaur dengan banyak orang secara baik di luar negeri, mahasiswa Indonesia kemudian juga dibekali dengan pengetahuan negara tujuan (Vebrynda, 2015). Pada mulanya, perbedaan bahasa serta budaya membuat kita kesulitan untuk beradaptasi. Bersekolah di luar negeri mengharuskan kita fasih berbahasa Inggris, karena bahasa tersebut merupakan bahasa internasional dan bahasa keseharian kita di luar negeri.
Pada setiap negara yang dituju oleh calon pelajar luar negeri memiliki batas nilai masing-masing untuk penguasaan bahasa internasional. Misalnya untuk pelajar asing yang ingin mengikuti program pertukaran pelajar di National University of Seoul mewajibkan calon pelajarnya untuk menguasai bahasa Inggris dengan skor TOEFL IBT minimal 88, atau skor IELTS minimal 6.0, serta mewajibkan calon pelajarnya untuk menguasai bahasa Negara tersebut yaitu Bahasa Korea dengan skor KLAT/TOPIC minimal berada pada level 5. Ada beberapa Negara tertentu yang mengharuskan pelajar asing untuk menguasai bahasa negara setempat, karena sebagian proses pembelajaran menggunakan bahasa negara setempat. Beberapa negara yang mewajibkan calon pelajarnya menguasai bahasa negara tersebut antara lain: Jepang, Korea Selatan, Jerman, Belanda, dan masih banyak lagi.
Pengalaman belajar di luar negeri merupakan modal yang diperlukan bagi mahasiswa untuk menentukan karir berikutnya setelah menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi berperan untuk membentuk lulusan yang mampu bersaing dalam keberagaman, mudah beradaptasi dengan lingkungan bisnis global, memiliki pemikiran global dan mampu menangani berbagai situasi yang kompleks ketika berbagai nilai dan prinsip saling bertemu (Bakalis, S. dan Joiner, 2004). Dengan adanya kesempatan untuk belajar di luar negeri diharapkan para lulusan bisa memberikan kontribusi untuk memajukan dan memperbaiki segala urusan di negara asalnya sesuai dengan ilmu yang telah didapatkan. Biasanya para lulusan luar negeri mendapatkan jabatan pekerjaan yang tinggi saat mereka kembali ke negara asalnya, karena mereka dianggap sudah memumpuni.
Dengan adanya keinginan belajar ke luar negeri dengan dibekali semangat juang yang tinggi dapat membuat mimpi yang tidak mungkin menjadi mungkin. Selain itu juga sudah banyak beasiswa yang bisa membantu mengantar mimpi-mimpi mereka menjadi kenyataan. Oleh karena itu, sebagai calon pelajar luar negeri hendaklah mempersiapkan hal-hal yang diperlukan untuk persyaratan beasiswa, seperti menyiapkan nilai TOEFL agar memenuhi target, menyiapkan dokumen-dokumen persyatan, menyiapkan sertifikat-sertifikat pengalam prestasi maupun organisasi yang nantinya dapat membantu untuk menunjang persyaratan utama beasiswa.
Referensi
Soraya, Elzha E. 2016. Pola Pemanfaatan Beasiswa di Kalangan Mahasiswa Penerimanya di FISIP Universitas Airlangga. Surabaya : Departemen Sosiologi Universitas Airlangga
Vebrynda, Rhafidilla. 2015. Persepsi Antarbudaya Mengenai Mahasiswa Indonesia di India. Jurnal Komunikator vol 7 no 2
Fuadi, Ahmad. 2016. Beasiswa 5 Benua, 100 Kilat Berburu Beasiswa Luar Negeri. Jakarta : P.T. Gramedia Pustaka Utama
Bakalis, S., dan Joiner, T. A. 2004. Participation in tertiary study abroad programs: The role of personality. The Jounasl of Educational Management
By: SunnyLee_
YOU ARE READING
Strategi Menggapai Mimpi Anak Negeri
Non-FictionMelanjutkan studi keluar negeri bukan merupakan hal yang tidak mungkin. Asalkan ada kemauan, tekad yang besar, serta ketersediaan untuk berjuang membuat mimpi yang tinggi menjadi mimpi yang mudah diraih. Oleh karena itu penulis ingin menuliskan str...