Daniel dan Kucing

131 13 17
                                    

Suara haru biru sudah terdengar meski mentari belum muncul sepenuhnya. Kuraba samping tempat tidurku mencari keberadaan ponsel dan menyipitkan mata kala melihat sinarnya.

Kuberanjak dari tempat tidur dan menyalakan lampu. Kemudian mencari sumber suara yang sepertinya berasal dari teras. Teriakan di pagi hari merupakan suatu hal yang sangat kuhindari. Mengganggu ketentramanku saja.

Di sana sudah ada keponakanku yang menangis dan wajah kakakku yang terlihat panik.

"Daniel kenapa sayang? Kok nangis?" tanyaku pelan seraya berjalan mendekatinya. Ia sedang berada dalam gendongan kakak.

Tak ada balasan darinya. Ia hanya menangis dan terlihat takut saat ini.

"Kenapa, Kak?" tanyaku lagi.

"Tadi ada kucing di depan. Terus disamperin sama Daniel. Kakak kira nggak bakal kenapa-kenapa. Ternyata nggak lama Daniel dicakar," balas Kak Rana seraya mengusap pelan punggung Daniel.

"Daniel tahu nggak? Ante Icha punya cokelat di kamar. Daniel mau nggak cokelatnya?"

"Mau," kata Daniel yang kini sedang memperhatikanku.

"Beneran mau nih?"

"Iya, Ante."

Jangan panggil aku Nerissa kalau tidak bisa mendiamkan anak kecil yang sedang menangis. Anak orang lain saja bisa. Apalagi anak sendiri.

"Tapi Daniel nggak boleh nangis lagi ya? Janji dulu sama Ante." Kudekatkan jari kelingkingku pada Daniel dan menautkannya dengan jari kecilnya.

Daniel meminta diturunkan dari gendongan kak Rana. Kutuntun ia menuju kamarku untuk mengambil cokelatnya.

Untung saja dia bisa melupakan insiden tadi dengan sebuah cokelat. Semudah itu. Membuatku berpikir dan ingin kembali menjadi anak kecil. Bisa melupakan hal yang menyakitinya dengan mudah.

Kalau aku sih pasti bakalan susah  buat ngelupain. Apalagi kalau orang yang nyakitin adalah orang yang disayang pakai banget.

Bawaannya galau aja sepanjang hari. Makin kurus aja gara-gara mikirin gituan. Belum tugas-tugas yang makin hari makin setinggi gunung karena nggak langsung dikerjain. Pada akhirnya tambah malas karena udah pusing duluan.

Giliran udah tinggal sehari baru deh dikerjain. Motivasinya sih seribu candi saja bisa dibuat dalam waktu semalam, apalagi kalau mengerjakan tugas.

♧♧♧

Jakarta, 1 Desember 2019

Ternyata haru biru artinya bukan sedih ya. Tq u kak andieeeeer yang sudah mengadakan challenge ini lagi. Walaupun yang sekarang jadi agak mikir gara-gara minimal katanya nambah.

Terima kasih juga buat yang udah baca ini. Maaf ya ga danta, namanya juga manusia.

31 Days Writing Challenge 2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang