Suasana sekolah yang mulai ramai, membuat gue berdecak kesal. Pandangan mata seluruh murid kini berpusat ke gue. Gue tau gue ganteng, oke gue terlalu pede ckck.
Gue edarkan pandangan ke koridor, lalu dengan langkah santai gue menuju seorang cewek yang sedang ada di depan kelas.
"Ruang kepala sekolah dimana ya?" Gue langsung nanya tanpa basa-basi. Cewek itu sempat bingung lalu melirik kebelakang, kanan kiri. Lalu cewek itu menunjuk dirinya sendiri. "Gue?" Tanyanya kaget dengan mata yang berbinar. Gue mengkerutkan kening bingung, namun langsung gue jawab dengan anggukan.
"Disana" tunjuknya dengan senyumnya. Ckck! Aneh. "Ok, thanks ya" ucap gue langsung melenggang pergi.
Samar-samar gue denger dia memanggil nama seseorang dengan nyaringnya. "NADIRAAAA!"
DEG. Kenapa namanya familiar di telinga gue ya? Kenapa gue nggak asing sama nama yang dipanggil cewek itu ya?
*******
Dira Pov
"NADIRAAAA!" teriak seseorang dengan volume keras yang aku yakin sekoridor dapat mendengarnya. Livia langsung menghampiri ku.
"Apaan sih lo, berisik elahh." Ucapku sambil melihat kearahnya malas. "Ih dira, tadi itu lo nggak tau apa tadi anak baru yang super ganteng itu nanya ke gue ra nanya!" Ceritanya heboh, aku cuma memandangnya malas.
"Udah ceritanya?" Tanya ku dengan malas. Livia hanya memajukan bibirnya. Livia yang tadinya ingin melanjutkan protesnya diurungkannya, karena suasana kelas tiba-tiba menjadi sunyi.
Author pov
"Pagi anak-anak." Sapa seorang guru cantik. "Hari ini kalian kedatangan teman baru." Ucapnya. Lalu diikuti dengan seorang murid baru. "Silahkan perkenalkan nama kamu." Lanjutnya lagi.
Cowok itu mengedarkan pandangan ke penjuru kelas. Banyak yang memerhatikannya,terutama kaum hawa .
"Hai, nama gue Ardo, Adelardo Haidar Pratama. Gue pindahan dari jerman. Thank you." Ucapnya. Seisi kelas berteriak heboh, karena kedatangan murid dari jerman.
"Oke ardo kamu boleh duduk dibelakang dira." Ucap sang guru sambil menunjuk tempat duduknya di belakang seorang cewek yang dari tadi ia perhatikan hanya sibuk membaca novelnya.
Merasa namanya di panggil, dira mengangkat kepalanya. Dan memandang livia, yang hanya di jawab dengan 'lihat depan'.
Pandangan mereka sempat bertemu, entah kenapa keduanya merasa familiar dengan tatapan itu.
'Tajam, mata elang' fikir dira. Entah kenapa tiba-tiba terlintas fikiran itu.
**********
Haaaiiiii, Gue ganti lagi. Gue ngerasa yang kemaren gak srek gitu. Oh iyaa maaf ya kalo ada typo atau ceritanya nggak jelas gini. Boleh dong kalo selesai baca kasih gue bintangnya atau gak kritikan kalian yang membangun okey?
KAMU SEDANG MEMBACA
Without Memories
JugendliteraturSudah berapa lama aku mengenalnya? Aku bahkan tau semua sifat jeleknya itu. Sudah berapa lama aku bersamanya? Dan sejak kapan perasaan ini tumbuh? Tetapi ternyata aku belum mengenalnya, nyatanya aku salah mengartikan sikapnya terhadapku. Takdirkah...