Prolog

28 4 2
                                    

  
Nulis lagi dan ngegantungin lapak sebelah . Gitu aja terus thor 😒

Tapi semoga ini bisa selesai
aminnn..
Butuh vote dan komentar dari kalian semua, buat suntikan semangat

***

" Gimana?" Pertanyaan itu terlontar dari mulut Melda, sebelum aku sempat melahab potongan donat yang tinggal satu gigitan lagi.

"Kantor baru lo, gimana?" Ulangnya enggak sabaran.

Aku menggeser piring tempat donat itu kesamping, tiba tiba selera makanku menguap entah kemana.

"Hmm Mirip lah sama kantor lama, kerjaan gue ya... tetep gitu gitu aja, yang bedain cuma__ ada Aska".

Uhuk-Uhuk

Melda terbatuk, potongan red valvet yang sempat dikunyahnya, kini belepotan dimeja.

"Ih, Melda jorok" meski risih, tetap saja kusodori tisu dan segelas air putih.

"Seriusan Key?"

Aku mengangguk "ngapain juga gue bo'ong ke elo Mel".

"Dia, jadi apa di kantor lo?"

"Secara enggak langsung, bisa dibilang dia atasan gue" jawabku lesu.

Bukan tanpa alasan Aska jadi momok tersendiri dalam hidupku.

"Gila, kata elo dia dulu jadi polisi, kenapa sekarang banting stir di Oqulr ?".

"Gue pun juga enggak tau Melda".

"Lagian kenapa enggak lo tolak ajasih itu surat mutasi ?" Tanya Melda keki

Aku tertawa hambar "mana bisa?  bisa jadi karyawan di Oqulr aja gue udah sujud syukur, lagian__ kalaupun gue satu kantor sama Aska, apa yang bisa gue lakuin?"

"Dan ngebuat lima tahun terakhir lo untuk lupain dia, jadi sia sia?" Tukas Melda

"Aska bener bener enggak layak buat lo perjuangin Key!! Seharusnya lo sadar itu, ninggalin elo yang jelas jelas masih sayang dan siap ngedampingin dia, demi alasan buat ngembangin karir? Bullshit bangetkan!!".

"Kok jadi lo yang sewot sih Mel?"  Tanyaku sambil terkekeh pelan.

"Elo enggak tau betapa nyesel gue udah baik-baikin Aska, dan mau aja disuruh jadi mak comblang dia".

"Udah lah Mel, yang penting sekarang gue baik baik aja kan".

Obrolan kami terjeda ketika ponselku berbunyi, nama Bang Fandi tertera disana. Cepat cepat ku angkat panggilan itu,Bang Fandi bilang jika dirinya sedang ada di Jakarta, dan menyuruhku untuk datang, membicarakan kalanjutan percakapan kami yang kemarin.

"Siapa Key?"

"Bang Fandi"

Melda mengerutkan keningnya "Bang Fandi, kating kita waktu kuliah bukan?"

Aku mengangguk "dia nawarin gue apartemenya buat ditinggali, enggak perlu bayar cumak gue wajib masak dan beberes"

"Kok gue enggak pernah tau kalian sedeket itu ?" Tanyanya curiga

menghembuskan nafas pelan aku menjawab tanpa minat "Elo aja yang enggak pernah nanya Mel"

"Dia duda lo Key, awas ati-ati"

Aku tertawa sumbang " ya udah, gue duluan ya!! Bang Fandi udah nunggu"

"Yah... bentar banget sih Key? Tiati kalo gitu, jangan kelamaan ngobrol berdua!! Nanti jadi keblabasan lagi" cicitnya yang kemudian disambung tawa mengejek

Aku melotot jengkel

"Sialan lo Mel"

***

14/12/19

Cium basah untuk kalian yang jarang dibelai😗😗😗😚




 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HOPELESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang