BAB 4 TEMAN (Halaman 3)

1.8K 134 0
                                    

    Syafiq termenung sejenak. "Jadi... kau menikah untuk menghindari perzinaan saja?"

    "Tentulah Gus, bukankah agama kita mengajarkan demikian ?" Umam balik bertanya.

    "Begitukah menurutmu? dan bukankah perzinaan terjadi karena nafsu syahwat yang tak terkendali?"

    Umam mengerutkan kening. Bingung.  " Ituu .. betul Gus. Lantas?"

    "Jika pernikahan hanya untuk penyaluran syahwat secara halal sehingga bisa terkendali, lantas jika istrimu sudah tak bisa lagi menjadi penyaluran syahwatmu, apa yang akan kau lakukan ? Menikah lagi? " Syafiq masih terus menatap uap panas kopi yang mulai menipis. Umam tersenyum kecut.

    "Aaah... Gus kan yang lebih paham soal itu...."

    "Tidak Umam. Soal ini saya benar-benar ingin tahu. Juga ingin mengerti ilmunya...." Diseruputnya kopi itu. Satu, dua kali...

    "Ilmu apa, Gus? Tentang wanita?" Umam tertawa. Syafiq menoleh," Kau mengejekku ya?"

    Umam tertawa semakin keras. Terkadang dia merasa iri dengan Gus-nya itu. Wajah tampan nan rupawan, fisik yg tinggi dan gagah, garis keturunan dari ulama, finansialnya juga mapan. Tapi segala kesempurnaan itu tak lantas membuat sang Gus mulus mendapatkan jodoh.  

     Umam berfikir, Syafiq terkesan sangat menjaga jarak dengan wanita. Awal dia masuk Ponpes -berarti hampir 15 tahun juga- dia mengenal Syafiq sebagai anak kiainya. Selama itu pula belum pernah ia melihat dan mendengar Syafiq tertarik dengan seorang wanita pun. Dan anehnya, para wanita menganggap sikap acuh dan dingin Syafiq terhadap kaum hawa adalah pesona tambahannya.
    Banyak yang jatuh cinta, dan pasti 100% kecewa. Bahkan ada saja beberapa hari sekali, santriwatinya sendiri acapkali lancang memberanikan diri, mengirim surat pernyataan cinta, dengan harapan sang Gus favorit memilihnya dan menjadikannya istri. Tapi Syafiq sebagai guru, dengan ramah selalu mengigatkan bahwa mereka di pondok untuk menimba ilmu, bukan mencari cinta atau jodoh. Pada akhirnya pun para gadis menangis. Patah hati sebelum cinta sempat bersemi....

    "Saya tidak mengejek Gus... " Umam meletakkan cangkirnya. "Saya hanya berfikir sederhana. Insya Allah cinta akan timbul jika sudah terbiasa bersama..."

    Syafiq terdiam. Cangkirnya sudah separuh kosong. Kepulan asap uap kopi pun berangsur hilang.

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang