BAB 5 BERTEMU (Halaman 4)

1.8K 140 0
                                    

    Mak Rum melipat baju-baju yang telah kering. Cucunya bermain boneka di depan televisi. Tiba-tiba gadis cilik itu menghampiri neneknya. Guratan sedih nampak dari mata mungilnya.
    "Nek.. Apa Lala gak bisa punya ayah lagi ?"
    Sang nenek tertegun. Baru kali ini Lala bicara tentang hal itu.
    "Cah ayu... kenapa kok tanya begituan ? Lala kangen ayah ya? "
    Lala bersimpuh di pangkuan neneknya. Mak Rum mengangkat tubuh kecil itu dan di dudukkan disampingnya. Wajah Lala terlihat cemberut. Dia diam saja.
    "Kalo kangen ayah, liat fotonya, bacakan Al Fatikhah buat ayah. Nanti pasti ayah senang.... " Mak Rum sedikit terisak. Ditahannya.
     "Tapi.... Lala pingin digendong ayah Nek.... kayak tadi Lala liat di taman kota... " adunya dengan nada iba.
    Mak Rum mencium pipi tembem itu. Dengan menahan air mata, dia berkata," Insya Allah, semoga Lalanya nenek sebentar lagi punya ayah yang sayang sekali sama Lala."

          ***********************

     "Nur, ada yang lain gak ?"
     Ellia melambaikan sebuah novel tebal kepada sahabatnya.
    "Yang seri ketiga aku belum punya,El. Lagian pagi-pagi gini sudah baca novel cinta, baper tau?!"

    "Bawel kau ini. Hampir tiap hari aku kesini tu buat nemenin kamu lho,Nur..." Ellia tersenyum.

    "Halah ngapusi. Kamu kesepian to ? Ngabisin waktu disini sambil nunggu Lala pulang sekolah... Demi aku apane??" Nur mencebik.

     "Isshh...cemburu ni sama Lala? makanya cepetan nikah. Biar nunggu toko ada temennya.Haha"

    "Aku kok merasa itu kalimat bully ya?" Nur memegang kepalanya. "Huh!Hampir tiap hari Bapakku berkhutbah tentang menikah. Pusing nih dengernya !"

    "Gimana bapakmu gak pusing,Nur... Anak perawan umur 30 belum nikah juga. Apa gak ada tanda-tanda perjodohan ?"

    "Aku mau-mau aja dijodohin. Tapi bapakku gak ahli nyari calon. Sibuk ngajar di pondok." Nur menata buku-buku yang berserakan di meja.

     "Bisa jadi jodohmu anak pondok kali..hahaha"

    Nur melotot. Ellia semakin tertawa.

    Pintu toko terbuka. Seorang pengunjung masuk menghampiri si penjaga toko.
     "Assalamu alaikum, Gus... Ada yang bisa saya bantu?" sapa Nur dengan nada ceria.
    "Walaikum salam, Nur. Bisa carikan buku yang sama dengan ini?Aku butuh  3 lagi."
    "Oh ada,Gus. Sebentar."
    Nur beranjak dari tempat duduknya. Mencari buku yang dimaksud di deretan rak-rak.
    Ellia yang berdiri membelakangi rak terdepan memalingkan tubuhnya. Dia merasa tak asing dengan suara tersebut. Hanya untuk memastikan, dia mengintip dibalik bukunya. Dan tepat saat itu juga, si pengunjung menatapnya. Deg! Jantung Ellia berdetak lebih cepat. Dia benar. Dia orangnya.
    "Emm... maaf, mbak Ellia kan?"

   Ellia menurunkan bukunya."Inggih... Mas yang ngirim kulkas ke warung saya kemarin ya?"

    Syafiq tersenyum."Benar."

    Hening.Mereka sama-sama diam. Merasa canggung, Ellia berbalik.
    "Mbak El sering kesini? "

    Ellia menoleh."Hampir tiap hari,Mas.Pemilik toko ini sahabat saya."

    Syafiq mengerutkan dahi." Abah Malik?"

    "Oh bukan, putrinya. Nur Fadilah sahabat saya, Mas."

    Nur muncul dari belakang, menyenggol Ellia." Hush!kok mas to El? Beliau putra Kiai Husin, pengasuh Pondok sini. Panggil Gus donk... Gus Syafiq." Nur senyum-senyum memandang Syafiq.

    "Oh maaf, saya gak...."

    "Gak pa-pa mbak El... Sama saja."

     Nur memandangi mereka. "Gus, kenal Ellia?"

    "Beliau pelanggan toko saya."

    "oooh..... Eh, ini Gus bukunya." Nur menyerahkan 3 buku itu kepada Syafiq.

    "Terima kasih. Tolong masukkan catatan pondok...Saya permisi. Mari mbak El.. Assalamu alaikum..."

    "Waalaikum salam...." jawab mereka berbarengan.
    Nur masih senyum-senyum sambil melambaikan tangan dan berbisik. "Da dah Gus Syafiiiiq.... Masya Allah....Hemmmm"

    Ellia yang heran mencubit temannya." Kenapa sih Nur kamu begitu?"

    "Kau tak liat barusan ada malaikat disini?ooohh... Gus Syafiiiq.. Ganteng kali kauuu... Emuah!"

    "Hei... Istighfar, Nur. Jaga mata.... "

    Nur mengusap bibirnya. "Astaghfirullah... Khilaf aku El. Huh! Memang ketampanan Gus Syafiq membuat khilaf hati wanita."

    Ellia geleng-geleng. Kembali membaca bukunya.

    "Emangnya.... kau gak kagum ya liat makhluk seganteng itu?"

     Ellia menggeleng lagi.

     "Kau butuh terapi, El... " ucap Nur sambil berjalan ke tempat kasir dan menata buku-buku lagi.

MENGGAPAI DUA SYURGA (END) - Sebagian part telah di hapusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang