Nissau : Kaaaaak!
Leorn : Ya?
Nissau : Kok ga pernah cerita kalo Kansa udah lamaran?
Leorn : Lah? Kansa tunangan?
Nissau : Dih, Kakak kan tinggal di Bandung juga, masa gatau?
Leorn : Kan kosan ke rumah jauh, mager juga kesana
Nissau : Ih sumpah badmood abis tau gak sih!
Leorn : Napa woi?
Nissau : Enakan ngomong langsung, ayo ke sini besok :(
Leorn : Udah tau gua lagi sibuk persiapan sidang! Mending Nissa yang ke sini
Nissau : dih, mager.Leorn : Anak haram :)
Leorn is calling...
"Halo?" Panggil Leorn memastikan ponsel kami sudah terhubung satu sama lain. Waktu aku bilang ingin bicara langsung bukan seperti ini maksudnya, aku ingin bertemu empat mata dan memaki Kansa sepuasnya.
"Yaaa?"
Setelah memastikan jauh dari yang lain aku segera menjawab panggilan dari Kakak, saat terburuk seperti ini aku membutuhkan pundak untuk membelaku.
"Kansa beneran tunangan? Anjir, cepet banget."
"Aku juga ga percaya lah woi! Padahal jelas cakepan aku kemana-kemana,"
Sembari membuka album foto masa kecil kami aku memasang earphone ke telinga untuk mendengarkan ocehan Kakak. Aku ingin dibela, sedang sangat ingin dibela.
"Dih, pede amat!" Kata Kakak mengejek dari sebelah sana, "yaudah makanya lu cari cowo juga gih."
"Lu kira gampang nyari yang sesuai standar?" Kataku tidak sengaja meninggikan nada bicara.
"Halah, standar Nissa aja yang ketinggian makanya ga laku-laku! Eh, btw besok ketemu yuk?"
"Where?"
"Kantin kampus gua, deal?"
"Halah!"
"Udeh, nanti ongkosnya gua ganti. Besok gua harus ke kampus buat briefing sekali lagi. Gila, deg-degan... padahal udah pernah."
"Iye, yang udah mau lulus S2 mah beda! Pokoknya besok jam dua siang!"
"Si一tiiiit一"
Setelah mematikan ponsel aku segera merebahkan diri ke atas kasur. Menatap langit-langit kamar dan meresapi ratusan kenangan yang ada di sini, sejak kapan aku menjadi searogan ini? Tidak, barangkali aku hanya menjadi sedikit lebih jujur. Hanya sedikit.
一一一
Dengan setelan santai seadanya aku memberanikan diri untuk pergi ke ITB. Kakak kuliah di sini, mendapat beasiswa juga dan menjadi salah satu anak kesayangan dosbingnya. Padahal ia dan dosbingnya ini adalag kawan waktu Kakak di Amerika untuk pertukaran pelajaran waktu masih S1.
"Nissa!" Teriak laki-laki yang suaranya jelas tak asing di telingaku, "makin jelek aja lo!" Kata Kakak sewaktu ia sudah mau dekat denganku.
"Iya! Saking jeleknya kalah laku sama Kansa yang cakepnya keubun-ubun!" Ujarku sarkas sembari memalingkan pandangan entah kemana.
"Hehehe, canda, yauda ke Starbucks, yuk?" Ajaknya sembari menarik tangab kiriku.
"Hah? Sejak kapan lo punya duit?" Tanyaku menyindir dirinya, namun Kakak hanya tertawa kemudian menarikku erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ninetynine of Hundred
Teen FictionKalau Adine adalah orang yang hidup didunianya sendiri, maka Arden adalah orang yang terobsesi dengan dunia itu. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ Tuntutan pernikahan dari keluarga besar dengan pemikiran primitif, membuat Adine Issabella Lim semakin pusing p...