Kenalkan, namaku Kanya Alinea Putri Pandora, terlalu panjang ya? Kalau begitu, panggil saja aku Anya, Anya lebih singkat dan mudah diingat. Umurku 17 tahun, aku seorang anak tunggal yang berada ditengah keluarga kecil favoritku. Hanya ada Ayah dan Ibu, manusia-manusia yang sangat berani untuk melakukan apapun demi membuktikan bahwa aku adalah seorang anak yang paling beruntung di dunia. Selain Ayah dan Ibu, ada beberapa manusia lain yang dapat melakukan hal sama yaitu Aura dan Melody. Nama lengkapnya Auramia Milka dan Vania Melody. Tentu saja masih banyak yang lainnya, entahlah kalau aku perkenalkan satu persatu cerita ini sepertinya akan berubah menjadi sebuah autobiografi.
Hidupku tidak selalu beruntung, tetapi jelas bisa disebut menyenangkan,. Banyak yang ingin kuceritakan pada kalian tentang siapa aku. Gadis remaja yang tidak mempunyai tempat pas untuk bercerita, selain menulis tentunya. Tetapi perlu kalian tau, orang yang akan menjadi pemeran utama dalam ceritaku kali ini lebih penting daripada diriku sendiri.
"Ayah" begitu aku memanggilnya. Terucap banyak syukur saat aku membayangkan wajahnya. Ia selalu menghampiriku dengan tatapan penuh kasih yang terlampiaskan pada buah tangan yang dibawanya sepulang kerja. Ya, Ayahku yang bersemayam dalam ketenangan Iillahi 3 tahun yang lalu dalam keadaan yang benar-benar siap. Aku hampir lupa kapan terakhir Ayah tersenyum padaku. Waktu itu Ia jauh, jauh dari jangkauan dimana aku dapat mengetahui kabarnya, apakah Ia baik-baik saja atau bahkan terjadi sesuatu padanya. Ayahku bekerja sebagai seorang dokter, lebih tepatnya seorang relawan kesehatan. Entah apa namanya, aku tetap memilih untuk menyebutnya seorang dokter. Ya mungkin kini aku sudah terbiasa tanpa kehadirannya, aku dan ibuku, kami menjalani hidup seperti biasa.
"Anyaa!! Cepatlah, ini hari pertamamu di kelas 12. Teman-temanmu sudah menunggu dari setengah jam yang lalu" teriak Ibu dari dapur.
Sementara itu aku masih berkutat dengan laptopku, ide-ide untuk menulis baru saja muncul. Sayang sekali teriakan Ibu membuat konsentrasiku berantakan. Aku melirik jam yang terpasang rapi di pergelangan tangan kiri ku, ternyata benda ini sudah menunjukan pukul 6 lewat 30 menit.
"Ada kabar tidak menyenangkan dari kakak ku Nya,Mel" Aura membuka percakapan dijalan menuju kelas.
"Kabar apa? Pantas saja wajahmu murung Ra, semangat dong!" Melody merespon dengan cepat.
Sambil menunggu Aura melanjutkan, aku hanya diam memperhatikan. Singkatnya begini, kakaknya Aura baru saja lulus kuliah kedokteran dan ditempatkan diluar Pulau Jawa.
"Harusnya kamu Bahagia Ra, kakakmu akan berkembang dengan baik jauh disana, lagi pula di Jakarta kan hanya ada macet dan polusi" jawabku meyakinkan.
Percakapan pagi ini mengingatkan ku tentang sesuatu. Sudah pasti aku tidak akan lupa, siapa dokter terbaik yang pernah kukenal. Secepat angin kenangan itu datang lagi.
Pejuang, mungkin itu adalah sebutan yang pantas untuknya semasa Ia hidup dan mengemban tugas sebagai kepala keluarga kami. Mencari uang demi memenuhi kebutuhan dan keinginan anaknya, lebih tepatnya aku, seorang anak tunggal yang sangat Ia sayangi. Ayah adalah manusia berjuta talenta yang pernah kukenal. Ia mewariskan beberapa ilmu tentang manusia, bagaimana manusia bisa hidup dan bertahan hidup. Pelajaran yang Ia berikan tidak terlalu berat, dan tidak juga memaksaku untuk berpikir terlalu keras, ya karena aku masih terlalu kecil waktu itu. Ayah selalu mengatakan bahwa Ia ingin aku meneruskan bakatnya, menjadi penolong orang-orang yang membutuhkan. Sialnya, aku hanya satu-satunya harapan baginya. Keinginannya itu tidak bisa aku lupakan sampai nanti aku benar-benar dapat mewujudkannya. Aku mendapat julukan pakar biologi dikelas. Aku suka menghapal, suka mengamati lingkungan dan tanaman, yang pasti aku sangat suka jika sudah membahas alat tubuh manusia. Yasudah, bakat Ayah sepertinya benar-benar tersalurkan pada anak gadisnya yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST MY TYPE
Short StorySaat Ayah sedang tidak bekerja dulu, Ia selalu menyempatkan waktunya untuk mengajariku banyak hal, aku selalu suka karena Ayah melakukannya dengan cara yang menarik, Kau tau? Saat aku beranjak remaja, Ayah selalu menuliskan materi,rumus dan mengga...