Friend With Benefits | Part 5

16.2K 236 0
                                    

Playlist : Ariana Grande - Bad Idea

***

Happy Reading..

Setelah mengantar Brianna ke apartemen nya, Ben kembali menuju penthouse

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah mengantar Brianna ke apartemen nya, Ben kembali menuju penthouse. Baru saja sampai dan Ben hendak menjatuhkan bokong nya di atas sofa besar berwarna navy itu, tiba-tiba saja ponsel nya berdering, pria itu menghela napas ketika melihat nama sang ayah tertera pada layar ponsel nya. Sebenarnya Ben malas menjawab panggilan itu, hanya saja jika ia tidak menjawab ayah nya pasti akan mendatangi nya ke penthouse dan itu akan lebih menyebalkan lagi.

"Ada apa?" Tanya Ben tanpa berbasa-basi.

"Kau dimana anak nakal?"

Ben terdiam, pria itu terlihat memijat pangkal hidung nya. "Apa telingamu tertinggal di club malam?" suara sang ayah terdengar kembali.

"Dad, ayolah.."

"Cepat datang ke kantor, jika tidak daddy akan mencoret namamu dari daftar keluarga."

"Baiklah, baiklah.. tidak perlu mengancamku seperti itu, Mr. Emerald."

Terdengar helaan napas di sebrang sana. "Ben, kau harus menyelesaikan proyek kerjasama kita dengan perusahaan Mr. Levin, jangan mempermalukan daddy. Seharusnya kau belajar dari nya, usia kalian tidak terpaut jauh tapi dia sudah sukses di usia nya yang sekarang."

"Berhenti membandingkan diriku dengan orang lain, dad."

"Jika kau tidak ingin daddy membandingkan dirimu seharusnya nya kau belajar, bukan malah mempermainkan banyak wanita."

Ben memutar bola mata nya jengah, ingin sekali ia mengatakan apa beda nya denganmu Mr. Emerald? Buah tidak akan jatuh jauh dari pohon nya bukan? Sayang, kata itu tertahan di bibir nya.

"ku bilang baiklah daddy, aku segera kesana." Lagi-lagi Ben mengalah.

"Good boy, daddy sudah tidak lagi muda, Ben. Dad sangat mengandalkanmu."

"Hmmm... yasudah matikan sambungan nya, aku akan bersiap."

Setelah mengatakan itu, Austin benar-benar memutus panggilan telepon nya. Ben mengusap wajah nya dengan kasar, jika saja ia memiliki kakak atau adik Ben akan melimpahkan semua yang Austin limpahkan pada nya kepada kakak atau adik nya, sayang Ben adalah anak tunggal dan Ben tidak bisa menolak jika mommy nya yang meminta, entah lah Ben lebih mencintai dunia entertain di banding harus berpikir keras seperti ini. Ia rasa sangat membosankan.

Dengan malas Ben bersiap menuju kantor, sesekali pria itu menatap kearah tempat tidur yang sekarang sudah terlihat rapi itu. Sekelibat muncul bayangan wajah Brianna dalam pikiran Ben, ketika wanita itu mendesah, memanggil nama nya, mencengkram rambut nya, tubuh indah nan mulus itu ada dalam dekapan Ben tadi malam. Ben menggeleng-gelengkan kepala, berusaha menepis bayangan itu. Tidak! Tidak boleh, Brianna hanya salah satu wanita dari sekian banyak wanita yang ia tiduri. Itu saja.

Friend With Benefits (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang