Terkadang kita suka lalai merasakan perasaan sendiri dan fokus kepada perasaan orang lain. Ataaaauuu, terlalu fokus ke perasaan sendiri hingga lalai terhadap perasaan orang lain.
Sebagai contoh, ketika kita merasa seseorang mendzolimi kita, kita hanya fokus kepada perasaan kita yang tersakiti. Tanpa mau menoleh kepada keadaan dan perasaan si orang lain tersebut. Padahal ketika kita merasa sakit hati, ada orang lain di sebrang sana yang juga sakit.
Hanya saja ada yang sudah menyadari dan tidak. Ini yang menjadi perbedaan. Kita yang telah menyadari perasaan diri sendiri dan situasi orang lain, hendaknya berjiwa besar untuk melakukan perubahan, berbenah diri. Tidak lagi berpatokan "Dia lah yang harus berubah."
"Kita ini netral. Ketika ada sikap orang lain tidak sesuai, lalu kita terluka itu karena kita merasa berharga dan tidak boleh dilukai. Tapi kalau netral, itu tidak akan berpengaruh apa-apa." (kutipan ucapan dari seorang teman yang terpercaya😘💐).
Maka, jadilah netral. Yang terjadi di hidup kita sudah ada yang mengatur. "Itu akan terasa enak atau tidak, labeling itulah yang kita sematkan sendiri." (tambahan 🤣🤣). Lepaskan pikiran merasa tersakiti, mulai lihatlah dengan penuh kesadaran dan kasih sayang bahwa ada yang tersakiti juga (jangan dengan nyinyir ya 😂😂).
Jika masih berat untuk melakukan perubahan diri, silahkan tanya diri sendiri. "Benarkan saya sudah lepas dari mental korban?." (pertanyaan teman saya lagi 🤭). Kalau masih ada eyel-eyelan di dalam diri sendiri, silahkan selesaikan dulu. Itu ego, Inner Child (IC) sama Adult Self bakal siapa yang menang?coba dicari tahu dulu. Kasih nasehat si ego dan peluk si IC. Namun, jika belum netral maka jaga jarak rasanya lebih baik daripada saling menyakiti.
Ai Laff Yu Oll..🥰💐♥️🙏💪
KAMU SEDANG MEMBACA
BUKAN CERITA
AlteleKetika terasa berat dan penat oleh kehidupan, tidak ada salahnya untuk berbagi namun tetap dekatkan diri dengan Tuhan. Jangan takut akan pendapat orang lain yang tidak membangun karena hidup kita adalah tanggung jawab kita. Jika diperlukan memang le...