Meramu

15 1 0
                                    

Padika Aksa Berkaca(Sajak Mata Berkaca)

Garis kenang yang telah kau tanggalkan menjadi puing puing berantakan dalam ingatan,perlu ku buka ulang agar tak lebam berulang ulang,meski namamu masih menjuntai tegak menikam akan ku sesap kembali rasa yang telah kau seduhkan.Meski sepahit rasa kopi tanpa pemanis buatan namamu akan tetap menjadi paling spesial lebih spesial dari kue Tiramissu bertaburan slice yang sempat kau berikan.
Tidak aku tak akan pernah menyalahkanmu,sebab menjadi pernah pada akhirnya pun akan punah,sedekat apapun yang bersekat tak akan pernah terikat.Hanya saja garis Tuhan sejak kita lahir dari rahim ditempatkan dalam kotak yang paling rahasia dan tak ada satupun yang tahu tentang sesiapa yang menjadi tempat ternyaman untuk kau habiskan masa tuamu.
Sementara aku yang sempat menjadi persinggahan sesaat bagimu,menunggu dering posel berharap ada kata “selamat malam””selamat pagi””Miss you””Love You”.Hanya menjadi lelucon yang terbesit dalam lirikan menyengit.
Berbicara tentang hal getir aku pria naas yang tersingkir dari hidupmu,Kini ijinkan aku menikmati khayalanku dalam pejaman mata ataupun melalui kata kata untuk ramu dari luka yang semenjana,siapa tau engkau menengok untuk stalking tentang bagaimana proses seorang pria yang berperasa ketika sedih bertamu mengetuk pelupuk mata yang tak henti berkaca kaca.Tak semudah seperti engkau pernah menyuruhku untuk “Berpindah ke lain hati”
Tentunya boleh jika ingin stalking sebagai sarana hiburan bagimu.
Maaf
Aku hanya sekedar membuka memori yang terpahat cukup lama akan garis kenang yang terbayang,terimakasih telah mengenalku dengan baik.Meski kini kamu adalah nama yang selalu ingin ku tuliskan dan aku adalah tulisan yang tak ingin kau baca,tak apa sebab takdirku hanya untuk mengikhlaskan dari semua lesatan pelepasan.
Bait ini bukan sekedar paragraf yang melesat begitu saja dari perasa,ini adalah batas paling tipis dalam kesedihan dan bahagia.

Harsa Baswara(Bahagia Berkilau)
Pernah mencintaimu tak berbatas,meresap merata kedalam pori pori melegam jelas melebur dalam rasa yang basah memerah akan bungah yang merekah,Engkau wanita dengan hati yang nirmala berambut kain yang berkilau menembus nabastala luar angkasa hingga andropoda,gambaran tentangmu tak akan hirap dalam jejak yang ku sebut kenang.
Hari itu engkau merengkuh dengan logat pikat yang pekat,menyentuh dengan tawamu yang ajaib.Kenapa ajaib??  Sebab tawamu adalah sentuhan paling ampuh agar aku tak berkeluh.
Mungkin beberapa orang sama dengan diriku,,suka mengingat ngingat sebagai tanda menikmati luka sebelum ada kata rela.
Sebab aku yakin sebagian besar orang untuk merelakan seseorang yang sudah terlanjur menetap adalah patah hati yang sangat istimewa di rasa.Kenapa istimewa?? Disana adalah waktu bagaimana engkau belajar memahami atau menikmati keberadaan makhluk yang hilang begitu saja,pergi dengan cinta yang lain.
Menyuruhku untuk berpartisipasi dalam pesta meriah dimana dalam buku pernikahan tertera nama orang lain adalah ketidakmampuan untuk datang ikut merayakan,hanya rapal doa untukmu berbahagialah menjadi keluarga kecil yang hidup satu atab bersama pria yang lebih mumpuni itu.
Sementara aku?? Berpesta akan air mata,menenggak nestapa panjang bersulang dengan ketidak berdayaan.

Anala(api)
Layaknya api cemburu,membakar habis rindu yang berderu menjamah liah dalam celcius rendah menyeruak ke atas permukaan menyumbul tak tertanggul.”Menerangi atau terbakar sendiri”
Menguak rentetan pilu berkepanjangan masih bisa memanggil nama mu dengan pekikan lirih bersama perih.Senaas itu aku dahulu? jatuh ke dalam pelataran getir mengetuk pintu yang didalamnya ada engkau sedang bersolek sebelum menerima tamu dengan jamuan lezat prasmanan.
Maaf aku tak bisa hadir dengan keadaan yang sebentar lagi akan terbunuh di hadapan mu.
Biarlah hujan di pelupuk mataku atau api di ulu hati sebelah kiri padam.,mengenyam ketidakwarasan menghisap kepulan kepulan kenangan.
Itulah aku..
Penikmat ketidakwajaran berlebihan
Bagaimana mungkin hati bisa terlepas begitu saja dari hal indah yang menelisik menggelitik aorta hingga pembuluh darah vena.
Bagaimana mungkin rasa bisa melupa begitu saja tentang cinta yang tumbuh dengan lestari kemudian lenyap bersama rumpun nya ilalang.
Butuh ramu dalam tiap nafas kala itu,,hingga nafas ku normal kembang kempis menghirup oksigen dengan gratis(syukur)

Akara(Bayang)
Juga cinta,sebagaimana halnya dengan benda benda yang mempunyai bayang bayang,dan bayangan cinta adalah termasuk derita
Senja tentunya indah,dengan warna semu merah merona atau menjingga,nyatanya kita tak sampai di senja itu untuk bersua menghabiskan masa.
Bayang mu jelas masih pekat,sepekat gelap malam tanpa lentera ataupun cahaya lilin yang sengaja engkau redubkan.
Menderap menghiasi tiap kesibukan
Menyerap pada tiap rasa yang kau sibakkan
Sedang senja kali ini menyilaukan jendela kamarku menatap yang tak menetap,bahwa dahulu pernah jemari kita di hiasi cincin janji suka cita bersama rapal doa yang melangit dan hampir menjadi nyata.
Nyatanya engkau masih menggelanyut dalam pikiran yang semakin kalut,menari nari dengan riang dalam kenang tanpa kediaman,membekas laksana ukiran abstrak tak beraturan.

Mampirlah ke beranda yang penuh jelaga,atas pesan yang kutitipkan lewat sapuan anila berhembus halus menyejukan bocah balitamu yang lucu merangkak menuju suamimu yang tengah asyik menonton bola.
Sementara kamu sibuk memasak tumis kentang yang di iris tipis tipis layaknya hatiku.
Maaf atas bahasa yang ku buat berlebihan menurutmu,
Jika menurutmu berlebihan tentunya wajar sebab proses mengiklaskan mu tak semudah yang kau bayangkan.

mr.deep



Sekat PikatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang