"Biar kakak yang setir." Damar meminta kunci mobil kepada Danisha.
"Katanya capek?"
"Gak secapek itu. Masih bisa kalau cuma nyetir sampe rumah sih." Damar mengangsurkan tangannya ke arah Danisha.
"Serah deh. Kasiin Ra, kuncinya!" Danisha memalingkan wajahnya ke belakang, ke arah dimana Ara dan Shafa berjalan mengikuti.
Ara yang sedari tadi melamun tak sadar sedang diajak bicara."Ara!" Shafa menggamit lengan Ara.
"Eh!" Ara bejengit kaget
"Lu ngelamun?" Danisha menghentikan langkahnya, mununggu Ara dan Shafa mendekat.
"Ara? Kamu Ara? Ya ampun Dek..." Damar tiba tiba berseru heboh, kemudian terkekeh sambil mengusap kasar wajahnya sendiri.
Danisha, Ara dan Shafa saling berpandangan bingung melihat Damar yang tiba tiba tertawa.
"Kakak gak ngenalin kamu tadi. Kirain teman barunya Danisha!" Seru Damar masih tertawa sambil memandangi Ara dari atas kebawah.
"Astagaaa kakak!" Danisha memukul lengan Damar kesal
"Kirain apa, ih! Ya Ara lah itu, masa gak tanda. Kebangetan!"
"Udah Ra, kasiin kunci mobilnya ke Kak Damar."Dengan keadaan masih bingung, Ara mengangsurkan kunci mobil kepada Damar. Tadi memang Ara yang menyetir mobil pada saat menuju bandara.
Saat Damar meraih kunci dari tangan Ara, tak disangka Damar malah sekalian menarik tangan Ara agar lebih mendekat padanya, kemudian merangkul bahu Ara dan mengajaknya melanjutkan langkah menuju tempat mobil terparkir.Danisha dan Shafa terpaku menatap kelakuan Damar. Saling berpandangan sesaat kemudian berjalan cepat menyusul Damar dan Ara.
"Kak Damar! Main rangkul rangkul aja, ih. Tadi sok gak kenal!" Danisha berdecik kesal
"Emang tadi kakak gak kenal! Sekarang kayaknya lebih putih ya?"
'Ya Tuhaan... Selamatkan jantungku!'
Ara tak bisa berkutik didalam rangkulan Damar. Tak terbayang rona wajahnya saat ini.
'Untung cuaca sedang panas terik.'Ara sewaktu SMP memang tomboy, dengan potongan rambut ala Dora, salah satu tokoh kartun kegemarannya dan hobinya bermain sepeda membuatnya selalu tampak kucel bin kumel.
"Ya donk, kami kan udah gede, udah ngerti ngerawat diri. Makanya sekarang kami makin cantik, kan?" Danisha yang menjawab. Jangan harap Ara, dia takkan sanggup, bernafas saja gugup.
Damar terkekeh.
"Iya, Adek adek Kakak sekarang tambah cakep, bening bening!"Kata kata Damar sontak mendapat pelototan dari ketiga gadis yang berjalan mengiringinya. Bahkan Ara segera melepaskan rangkulan Damar dan menghindar kearah Danisha sambil memeluk lengannya.
"Kak Damar! Geli banget ih! Apaan bening bening. Kayak om om senang aja bahasanya!" Teriak Danisha kesal. Damar malah tertawa lebih kencang sambil memegangi perutnya.
"Tapi Kakak serius. Dibanding Shafa, Kakak lebih lama gak ketemu Ara kan? Jd perubahannya beneran gak tau. Tiba tiba udah cantik aja." Damar masih saja melontarkan pujian untuk Ara. Danisha dan Shafa berpandangan. Kemudian sama sama melirik ke arah Ara.
"Ish, alamat ni anak perawan bakal balik ngebucinin Kak Damar klu terus dibaperin gini." Gerutu Shafa pelan yang diangguki setuju oleh Danisha.
Ara yang berjalan masih sambil memeluk lengan Danisha tak bisa lagi menyembunyikan merah pipinya.
Danisha dan Shafa yg menyaksikan perubahan wajah Ara hanya bisa pasrah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf, Aku Memilih Dia! (Tamat Pindah Ke DREAME)
RomansaBertahun tahun Ara mencintai Damar dalam diam. Damar hanya tau Ara sebagai sahabat adiknya. Empat tahun berlalu. Ara si anak SMA sudah menjadi anak kuliahan. Kembali bertemu dengan Damar. Masihkah Ara menyimpan cinta untuk Damar? Apakah kini berb...