{7} Lapangan keramat

201 6 0
                                    

Sudah masuk jam olahraga, tetapi Rain sama sekali mengganti pakaiannya ke pakaian olahraga. Kenapa? Karna kemalasannya terhadap jam pelajaran olahraga. Dia masih berdiam diri di dalam kelas, tidak peduli jika sahabatnnya sudah menarik narik bajunya.

"Rain, ayolah! Jangan bolos lagi dong!"

"Tidak tetap tidak! Aku mau ke UKS, aku lelah sekali"

Nella hanya cemberut melihat Rain yang sama sekali tidak menuruti dirinya. Dia akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Rain dan pergi ke lapangan sendiri. Rain sendiri pergi ke UKS untuk melanjutkan kegiatan tidur yang terhenti.

Sesampainya di UKS, dia langsung merebahkan badannya di salah satu ranjang sambil memainkan handphone-nya. Dia masih tenggelam dalam dunia maya sampai tidak menyadari kalau ada orang lain yang masuk ke dalam UKS.

Orang itu menendang ranjang Rain. Seketika, fokus Rain buyar dan berteriak tanpa sengaja. Pelakunya hanya tertawa tebahak bahak melihat ekspresi Rain saat itu. Raut wajah rain berubah seketika ketika dia melihat pelakunya.

"Daven! Gila ya?!" ujarnya sambil memberi pelototan mata kepada Daven.

"Gausah melotot. Lu yang gila. Pelajaran olahraga bukannya olahraga, malah tidur di UKS. Gila, dasar, gila!"

Rain hanya mengerucutkan bibirnya dan bersedekap dada. Dia benar benar marah. Karna Daven, dia jadi tidak dapat menikmati waktu bebasnya yang indah. Daven lalu melemparkan baju olahraga Rain yang entah darimana dia dapatkan.

"Pakai bajunya" kata daven.

Rain sendiri hanya diam menatap bajunya sambil bersekap dada.

"Rain, sekarang. Mau gue cium, mumpung lagi sepi"

Rain yang mendengar itu dengan cepat mengambil bajunya dan menggantinya di toilet UKS. Daven yang melihat tingkah Rain hanya tersenyum puas.

---

Sesampainya di lapangan, Rain dan Daven langsung berbaris dan ikut melakukan pemanasan. Sesudahnya, para wanita berkempul di tempat teduh dan para lelaki berkumpul di tengah lapangan untuk bermain basket. Guru olahraga hari ini berhalangan hadir, jadi para siswa bebas untuk meelakukan apa saja.

"Tau gitu, mending tidur", ujar Rain ke sahabatnya.

Sahabatnya itu hanya menggelengkan kepala sambil terkekeh pelan. "Tapi, suatu kemajuan loh, seorang Rain hadir di lapangan"

Rain mengabaikannya dan fokus ke lapangan. Dia melihat Daven di sana, sedang berusaha menghindari lawannya yang ingin mengambil bolanya. Perlahan, dia mengecoh lawannya dan mendekati ring basket. Ia melakukan ancang ancang melempar bola, dan, GOL! Dia mencetak skor pertama untuk timnya.

'Kalau di lihat lihat, dia keren juga mainnya'

'...'

'Tunggu, keren? Ah tidak, dia tidak keren! Bodoh bodoh!' batinnya, dia memukul kepalanya karna berfikir seperti itu. Karna terlau fokus memikirkan kebodohannya, dia tidak sadar jika ada yang berteriak kepada nya.



"RAIN! AWAS BOLA!"



Rain yang terlambat menyadarinya, kepalanya berakhir dengan 'ciuman maut' dari sang bola basket yang keras itu. Dia meringis sambil memegang kepalanya. Ia merasa sedikit pusing, tapi tak sampai pingsan. Dia melirik ke arah sang pelaku yang tidak lain dan tidak bukan, Daven.

'oh shit, here we go again' batin daven saat itu.

Tiba tiba, ia merasa takut dengan ekspresi yang di keluarkan Rain saat itu. Satu kata, menakutkan! Matanya seperti ada bola api yang membara dan di belakangnya seperti ada api yang sangat besar. Sepertinya Rain sangan marah sampai terlihat seperti ingin memakan dirinya. Dia pun berlari kecil dan mendekati Rain sambil memasang raut ketakutan bercampur cemas.

"Rain, gak papa kan? Gue ga-"

"LU TUH GIMANA SIH?! KALAU MAIN BASKET TUH HARUS FOKUS! GIMANA SIH! KALAU GUE GEGER OTAK GIMANA BEGO?!" teriak Rain yang emosinya tak dapat di bendung lagi.

"M-maaf banget, gue ant-"

"GAK! MAU MENTAHNYA DOANG! SEKARANG JUGA!" potongnya sambil berjalan menjauh.

"Rain, dengerin du-"

"GAK MA-" ucap Rain terputus karna tangannya di tarik Daven. Karna belum siap, dia pun kehilangan keseimbangan dan terjatuh di atas tubuh Daven. Shock? Tentu saja! Malu? Apa lagi! Sekarang dia sedang menahan rasa malu karna teman sekelasnya maupun anak kelas lain sedang meneriaki kata 'cie' untuknya.

"Oh, jadi pengen peluk toh, bilang dong. Gausah motong motong pembicaraan gue" ucap Daven sambil terkekeh menahan tawanya.

Rain pun bergegas untuk bangun dari posisi memalukan itu lalu berlari dengan cepat ke arah ruang UKS. Ini merupakan hal yang tak terlupakan yang harus ia lupakan secepat mungkin. Dia benar benar di buat malu oleh orang itu.

'Awas aja itu anak, gue bunuh nanti!' batinnya kesal

---

OH MY GOD! udah ga update setahun dong ;( maaf maaf guys! aku lanjut deh ceritanya. mudahan penyakit mager ini hilang yooo 

{DI LARANG KERAS UNTUK MEMPLAGIAT CERITA SAYA}

maaf jika ada typo.

VOTE+KOMEN JANGAN LUPA KARENA ITU YANG MEMBUAT SAYA SEMANGAT :V

{20/12/2019}

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cragzy!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang