2. Rey

61 3 1
                                    


Bel istirahat berbunyi lima menit yang
lalu. Suasana kantin SMA Garuda ramai dengan siswa atau pun siswi yang ingin mengisi perut mereka. Beberapa dari mereka datang lebih awal untuk merebut tempat duduk di kantin yang selalu ramai ini. Suasana kantin yang bersih dan letaknya yang strategis membuat para murid betah berlama-lama di kantin sekolah ini.

Sama halnya dengan Cindy yang tengah mencari tempat kosong setelah mengambil pesanan makanan nya.

Matanya tertuju pada meja yang posisinya persis disamping pintu masuk kantin, tanpa pikir panjang Cindy langsung menempati meja itu sebelum nantinya di serobot orang lain.

"Minggir, itu tempat gua." Ujar laki-laki berkacamata itu

Cindy yang mendengar hal itu lantas melihat sekeliling meja itu seperti mencari sesuatu,
"Gue nggak liat ada nama lo disini."

Bersamaan dengan itu tiga orang pria memasuki kantin yang membuat laki-laki berkacamata itu dengan segera menyingkirkan Cindy dari tempat duduk itu. Entah apa alasannya Cindy pun tak tau.

Cindy yang tersingkir masih menatap laki-laki itu bingung, kenapa ia harus mengusirnya padahal masih ada banyak tempat yang kosong.

Ketiga pria itu langsung duduk bergabung dengan laki-laki berkacamata itu dengan posisi menghimpit si laki-laki berkacamata.

"Eh anak baru, ngapain masih di sini." Ujar salah satu pria berambut cokelat. "Lo mau makan bareng kita?"

"Gue ngga keberatan." Sahut pria berkulit sawo matang.

Sedangkan pria bermata hitam legam yang duduk di depan ketiga nya hanya diam menyimak, bahkan menoleh sedikit pun tidak.

"Nih makan kacang nya, ini bagus buat badan lo." Ucap pria berkulit sawo matang itu sambil melemparkan beberapa butir kacang dengan sendok yang di jadikan sebagai ketapel.

Sedangkan Budi yang di perlukan seperti itu hanya diam tanpa melakukan perlawanan apapun.

"Kalian itu apa-apaan sih!" Cetus Cindy yang mulai tidak tega melihat Budi di perlakukan seperti itu.

"Ayo makan sama gua." Sahut seorang pria yang tiba-tiba menarik lengan Cindy dengan sepiring nasi goreng yang masih bertengger di telapak tangannya.

"Lo duduk disini." Pria itu mendudukan Cindy kebangku yang berjarak beberapa meja dari meja tadi.

"Kalo lo mau menyelesaikan sekolah tanpa kesulitan, makanlah dengan tenang." Terang pria itu sambil duduk di hadapan Cindy

"Maksud Lo?"

"Karena gua yang memulainya, dulu gua juga salah satu dari mereka." Lirihnya terlihat ada rasa bersalah dan penyesalan di manik mata coklat terang nya.

***

Berhubung bel masuk belum berbunyi Cindy memutuskan untuk mengelilingi sekolah yang masih ramai dengan siswa siswi.

Hingga sampai di sebuah koridor Cindy melewati sebuah mading dengan beberapa lembar kertas yang menempel disana.

Tapi ada satu kertas yang menarik perhatiannya, 'student exchange - Jepang' sebuah kalimat yang tercetak tebal di kertas itu, tampa pikir panjang Cindy segera menghubungi nomor telepon yang tertera di dekat tulisan tersebut.

"Bahasa panda? Itu kelebihan lo?" Tanya ketua panitia student exchange.

Cindy mengangguk antusias.

"Unik sih, kebanyakan orang bakal bilang kalo mereka menguasai tiga bahasa."

"Itu bisa jadi salah satu alasan lo kenapa lo harus milih gue." Potong Cindy, "gue selalu menawarkan diri untuk--"

"Ditolak"

"Hah?"

"Apa ada lagi yang ingin di tanyakan?"

Cindy melihat ke sekeliling, mengambil kertas dan pena yang di lihatnya.

'Tolong terima gue, kalo lo ngga terima lo bakal nyesel' satu kata itu ia tulis di kertas dalam bahasa panda dan memperlihatkan nya pada senior itu.

"Apaan tuh artinya?" Tanya senior itu

"Tolong terima aku." Jawab Cindy sambil tersenyum manis.

"Ngga, ngga, itu tulisan nya panjang ngga mungkin artinya cuma itu."

Seorang wanita cantik dengan satu jepitan rambut berbentuk pita memasuki ruangan itu.

"Lo ngapain disini?" Tanya nya pada senior itu kemudian tatapan nya tertuju pada Cindy yang duduk di hadapan senior

"Lo ngga buang-buang waktu lo untuk wawancarain dia kan? Ngga! Pokoknya lo ngga boleh terima dia." Lanjut nya yang di akhiri rengekan kecil sembari menyilangkan tangannya di dada

"Kenapa ngga boleh?"

"Dia ini sahabat cowo gue, kan lo tau sendiri ngga ada yang namanya sahabat di antara cowo sama cewe. Jadi lo jangan pernah terima dia."

"Ngga adil dong jadi nya." Goda senior itu

"Kak Rey." Rengek nya lagi sambil menghentakkan kakinya kecil

Ketukan pintu dari seorang wanita dengan rambut sebahu menginturuksi mereka. Seperti nya wanita itu masih kelas 10, terlihat dari warna name tag yang di kenakan nya berbeda dari yang mereka kenakan.

"Ngapain ni cewe kesini?" Tanya pada wanita yang baru saja masuk.

"Permisi kak Rey, saya mau mengajukan formulir student exchange saya yang baru saya isi." Ucapannya dengan sopan.

Baru saya Rey hendak menerima kertas dari adik kelas nya tiba-tiba tangan Tasya wanita cantik yang mengenakan jepitan rambut pita itu menghalangi pertemuan tangan kedua nya.

"Lo keterima! Jadi lo sekarang anggota kita yang baru. Contrast!" Sela Tasya menyodorkan tangannya nya ke Cindy bermaksud untuk berjabat tangan sembari tersenyum acuh tak acuh ke adik kelas nya.

Cindy yang bingung lantas mengalihkan tatapannya kepada Rey untuk memastikan apa benar dirinya di terima, tapi pria bernama Rey itu hanya mengedik kan bahu sambil tertawa kecil melihat tingkah lucu Tasya yang sudah di anggap seperti adik sendiri.

Setelah menyelesaikan urusan nya di ruang penyiar Cindy memutuskan untuk kembali ke kelas, tapi sesampai di lorong dekat kelas nya ia melihat segerombolan siswa siswi yang entah mengerumuni apa. Menghalangi dirinya yang hendak menuju kekelas.

Cindy yang juga penasaran menghampiri gerombolan itu kemudian berjinjit berusaha melihat apa yang sedang terjadi, tapi tetap saja tidak terlihat mengingat tinggi badannya yang hanya 157cm.

Dengan perasaan kesal akhirnya Cindy menerobos kerumunan itu, Cindy amat sangat terkejut dengan sesuatu yang baru di lihat nya setelah berhasil menerobos kerumunan itu.

Bola matanya yang membesar dan telapak tangan yang berada di hadapan bibir nya.

SATRIA  (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang