Aku berlarian menyusuri koridor demi koridor , jantungku berdegup kencang dan tak beraturan. Aku sudah tiba di rumah sakit , Sepanjang perjalanan pikiranku sangat kacau , perasaanku diliputi rasa bersalah. Tak henti-hentinya aku mengumpat , menyalahkan bahkan mengutuk diriku sendiri ! Seharusnya kemarin aku tak meninggalkan Oma begitu saja , ditambah aku mematikan ponselku semalaman. Jika sesuatu yang buruk menimpa Oma , aku benar-benar tak bisa memaafkan diriku sendiri !
Isi pesan singkat Bunda semalam yang baru saja ku baca pagi tadi masih terbayang-bayang di pelupuk mataku , Bunda bilang Oma dilarikan kerumah sakit dan kini keadaannya kritis. Bahkan tadi pagi sekitar jam 6 , Bunda menambahkan pesannya lagi bahwa sampai saat ini Oma belum juga sadar. Ya Tuhan , Ampuni aku ! Ini semua salahku , aku benar-benar bodoh ! Entah apa yang merasuki ku saat itu , yang jelas aku telah mengambil keputusan yang salah. Seharusnya aku tau , Oma mengidap sakit jantung tapi aku tetap nekat membangkang serta mengancamnya dan akhirnya Oma harus berakhir seperti ini. Kenapa aku berfikir sangat dangkal ? Aku masih berjalan , dengan perasaan yang campur aduk. Makin dekat dengan tujuan , perasaanku makin gelisah dan tak karuan.
Ruang VIP No 103 lantai 3 , tadi aku sempat menelfon Bunda. Katanya Oma baru saja keluar dari ICU dan dipindahkan keruang perawatan tapi Oma belum juga bangun , hanya saja kondisinya sudah stabil. Aku merasa agak lega mendengarnya.
Aku telah sampai di lantai 3 , ku lihat ada Bunda , Ayah , Reino , Om Bagas dan Tante Karen berdiri di depan ruang perawatan Oma. Wajah mereka semua cemas , yang paling kasihan adalah Bunda matanya sampai sembab.
" Bunda..." Panggilku , aku langsung memeluk Bunda. " Maaf " Kataku penuh sesal , aku langsung menangis ketika Bunda membalas pelukanku , dekapannya sangat erat. Aku menatap kearah Ayah , dia berkaca-kaca tangannya ikut mengusap punggungku.
" Ini semua salah Naya ... Coba kalau waktu itu Naya nggak pergi " aku masih terisak , sungguh kali ini aku benar-benar menyesal atas perbuatanku.
" Udah Nay , sekarang bukan waktunya buat salah-salahan " Kata Ayah , kalimatnya sangat bijak tak seperti tempo hari. Mungkin karena dia melihatku benar-benar menyesal , jadi tak sampai hati untuk menyalahkan bahkan memarahiku. Padahal jelas-jelas ini memang salahku.
Aku melepaskan pelukanku , kemudian mengusap sisa-sisa air mataku. " Oma di dalem kan ? Naya mau ketemu boleh ? "
Bunda mengangguk , " nunggu dokternya keluar ya , Oma masih di periksa " kata Bunda.
Tak berapa lama kemudian , Dokter keluar dan mengajak Ayah untuk ke ruangannya. Sedangkan aku dan yang lainnya langsung masuk ke kamar Oma. Dia masih tertidur , entah itu tidur atau memang belum sadar , Aku tak mengerti.
" Omaaa " Rengek ku , aku langsung berlari dan memeluk tubuhnya yang terbaring lemas. " Omaa , bangun... Maafin Nayaa "
Mungkin saat ini aku terlihat seperti anak kecil yang merengek minta di belikan mainan pada orang tuanya , tapi biarlah ... Aku sedang ingin menumpahkan segalanya , aku pun tak peduli dengan keberadaan Reino dan keluarganya , terserah apa yang akan mereka pikirkan tentangku.
" Udah Nay , biarin Oma istirahat. " Bunda mendekap pundak ku , aku yakin sebenarnya dia lebih sedih daripada aku , diapun tengah kecewa dengan diriku karena jika bukan gara-gara aku Oma tak akan seperti ini , tapi Bunda tetap memperlakukan ku dengan baik , ia tak ingin aku larut dalam penyesalan tak berujung ini.
Aku pun akhirnya menyudahi tangisanku , tapi aku enggan beranjak dari samping Oma. Aku tetap duduk di samping tempat tidurnya , menyandarkan kepalaku di ranjang sembari terus menggenggam tangan Oma. Bunda , Om bagas serta tante Karen tengah mengobrol , entah apa yang mereka bicarakan. Sedangkan Reino diam saja , dia berdiri di pojok ruangan dekat pintu keluar , tangannya ia lipat ke dada dan wajahnya terlihat cukup khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Ditangan Oma (SELESAI)
RomanceIni bukan lagi jaman perjodohan seperti Siti Nurbaya. Tapi Naya Siti Khumaira, merasakan ketidak adilan yang sama! Apa karena namanya sama-sama Siti? Entahlah, yang jelas Dia tak mau bernasib serupa. Naya dijodohkan dengan seorang Arsitek yang usia...