Daniel meniup tangannya yang terasa membeku. Suasana pagi masih sepi dengan kabut tipis yang menyelimuti. Matanya kemudian menatap jam yang masih berada di pergelangan tangannya, masih pukul 05.20 KST ternyata.
"Kenapa waktu terasa lama sekali? Aku harus bisa menemuinya pagi ini. Harus!" Daniel berucap yakin seraya merapatkan coat tebal Yang dipakainya. Beberapa hari ini Daniel selalu berusaha menemui Seong Woo, tapi hasilnya tetap saja nihil. Seong Woo sama sekali tak mau menemuinya lagi.
"Sial! Bagaimana aku tak menyadari perasaanku sendiri? Bodoh! Seharusnya aku sadar lebih awal bahwa Seong Woo orang yang kucintai. Selama ini hatiku hanya tertutupi oleh benci. Huh! Sungguh bodoh aku ini." Daniel merutuk dirinya sendiri. Ia sungguh bodoh. Bodoh! Bodoh! Bodoh!
Hampir satu jam Daniel berdiri di depan gerbang. Kabut tipis itu sudah menghilang tergantikan sinar hangat sang mentari. Beberapa siswa sudah datang dan melewatinya begitu saja. Tapi sayang, orang Yang ditungginya sedari tadi tak kunjung datang.
"Datanglah Seong Woo, jebal! Aku tak tahu lagi bagaimana cara bertemu denganmu lagi." Gumam Daniel dengan rasa cemas yang memenuhi hatinya. Ia harap-harap cemas bahwa Seong Woo tak dapat ditemuinya. Ia harus menyelesaikan urusannya. Tak bisa lagi ditunda.
Daniel mengecek lagi jam tangannya. Sepuluh menit lagi bel masuk berbunyi. Sebentar lagi, Daniel akan bertemu dengan Seong Woo-nya. Ia harus cepat dan dapat berbicara dengannya.
Mata Daniel mengedar, berusaha menemukan Seong Woo di antara siswa yang berlalu lalang.
"Itu dia!" Senyumnya melebar saat menemukan Seong Woo yang berjalan tak jauh dari tempatnya. Kakinya langsung melangkah melebar, setengah berlari dan lantas mendekap erat tubuh Seong Woo saat sudah berada di depannya.
"Daniel lepas!" Seong Woo berusaha mendorong tubuh Daniel. Daniel menggeleng seraya menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Seong Woo, pelukannya semakin mengerat seolah tak ingin lagi berpisah.
"Beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya padamu. Aku tahu aku bodoh, Ong. Aku sangat bodoh. Aku tahu pikiran serta niatku begitu bejat dulu. Aku hanya memanfaatkanmu, aku mohon maafkan aku. Mata hatiku dibutakan oleh obsesi gila dan juga dendam. Aku bahkan tak bisa mengenali perasaanku sendiri. Aku mencintaimu, Seong Woo. Aku mencintaimu. Maaf baru menyadari perasaanku." Daniel mengeratkan pelukannya seraya membubuhkan beberapa kecupan di pundaknya.
Seong Woo masih diam. Air matanya mengalir begitu saja. Ada perasaan senang saat mendenganr Daniel mengungkapkan cinta padanya, tapi masih ada rasa takut untuk mempercayainya begitu saja.
Daniel menarik tubuhnya dan menatap wajah Seong Woo lekat.
"Aku sungguh mencintaimu. Kumohon percaya padaku." Daniel berucap. Seong Woo masih menatap mata Daniel lekat."Aku mencintaimu." Ucap Daniel lagi.
"Kamu tak mempermainkanku lagi?" Tanya Seong Woo. Daniel menggeleng dengan pasti.
"Aku sungguhan kali ini." Tatapan mereka beradu, menyelam dan mencari kesungguhan di mata masing-masing.
"Aku," Seong Woo menjeda ucapannya. Semoga kali ini ia tidak salah.
"Aku juga mencintaimu, Daniel." Lanjutnya. Daniel tersenyum dan dengan cepat meraih tengkuk Seong Woo, mengecup bibirnya penuh sayang.
"Aku mencintaimu." Ucapnya sembari menyatukan dahi keduanya. Ah rasanya sungguh lega.
.
.
.Taehyung berkumpul bersama sahabat bangsatnya. Mereka tengah bercanda dan tertawa bersama. Tak ada beban lagi di hati mereka.
"Sebentar lagi kita akan ujian. Tidak kerasa sebentar lagi kita akan lulus sekolah. Apa rencanamu selanjutnya?" Tanya Mingyu seraya menatap kedua temannya.
"Aku ingin kuliah, bersama Jungkook tentunya." Taehyung berucap antusias.
"Dasar bucin." Cibir Jimin dan langsung mendapat geplakan dari Taehyung.
"Bilang aja kalau iri." Cibir Taehyung. Jimin hanya memutar bola matanya.
Merekapun kemudian kembali bercanda.
"Taehyung?" Taehyung menoleh saat namanya dipanggil.
"Daniel?"
Bersambung...
Ekspresinya Jungkook gemesin sekali 😍😍
KAMU SEDANG MEMBACA
B A N G S A T [KV]
Spiritual[COMPLETE] Kim Taehyung adalah manusia terbangsat yang pernah Jungkook kenal.