00

727 85 20
                                    

"BAGAIMANA, Lu-chan?"

Luffy berhenti menyuap nasi ke mulutnya untuk menatap Rouge yang baru saja melewatinya sambil mengelap tangan. Kini wanita itu berdiri di sisi meja makan dengan tangan-tangan yang sibuk menyiapkan bekal.

Rutinitas Rouge sebelum ini adalah mengantarkan sarapan pagi kepada putranya, Ace. Ace tidak pernah mau makan di ruang makan. Ya, karena kehadiran Luffy. Ace terlalu membenci Luffy untuk seruangan dengan lelaki raven. Ace selalu menikmati makanannya di ruang keluarga sambil menonton televisi. Dia tidak makan sendiri. Roger bersamanya. Kadang-kadang keduanya bercanda-canda sampai Rouge datang untuk mengomeli kalau mereka terlalu berisik. Ini bukan berarti Roger tidak menyenangi Luffy. Hanya, dia tidak mau Ace berprasangka kalau Roger lebih memilih Luffy yang notabene adalah orang asing ketimbang Ace yang notabene putranya sendiri karena Roger makan di ruang makan bersama Luffy. Tidak benar-benar bersama karena ada Rouge dan Sabo juga.

Sabo masih sibuk di kamarnya. Lelaki pirang itu merupakan anak angkat keluarga Gol yang usianya sebaya dengan Ace. Namun, Sabo tidak pernah dianggap sebagai anak angkat. Roger dan Rouge mungkin sudah lupa kalau Sabo adalah anak angkat. Umurnya dan Ace berbeda dua tahun di atas Luffy. Sabo sangat terorganisir, perfeksionis, dan murah senyum. Kepribadiannya ceria dan seterang siang hari. Berbanding terbalik dengan Ace. Ace sangat sembrono, pembantah, dan kasar. Kadangkala dia bisa sedingin kutub. Kepribadiannya suram bak ruang kosong tanpa cahaya.

Sabo biasa turun lambat. Dia terlalu teliti menyiapkan barang-barangnya. Apalagi dihari pertamanya sebagai murid kelas 3.

"Ini enak." Jawab Luffy memaksakan senyuman. Sang raven tidak terbiasa melakukan itu—menarik sudut-sudut bibir membentuk kurva tidak berguna. Tapi kalau itu membuat Rouge senang, dia akan berpikir untuk melakukannya.

"Ohayou!"

Sapaan Sabo dan suara langkah menuruni tangga dengan agresif terdengar. Terdengar pula balasan malas Ace dan balasan ceria Roger. Tak butuh waktu lama, Sabo dan setelan rapi serta tas menggantung di sisi bahunya muncul di pintu dapur. Dia berjalan ke meja makan dengan cengiran lebar dan sapaan hangat untuk Rouge, dan Luffy. Luffy menunduk sekenanya lalu melanjutkan acara makannya.

"Apa kau yakin tidak ketinggalan apapun lagi?" tanya Rouge usil.

Sabo tertawa pelan sebelum mengeluarkan balasan. "Aku yakin." Dia meraih selembar roti dan mengolesinya dengan selai.

"Sabo," tegur Rouge, berhenti sejenak dari kegiatannya. "Kaumau makan roti? Makanlah nasi. Kau ada latihan pagi, ingat?"

"Aku lupa!" Sabo berdiri. Dia membenahi diri sebelum pergi ke arah Rouge untuk mencium keningnya. Dia bergegas ke ruang keluarga untuk menarik Ace. Dari dapur, Luffy bisa melihat sedikit adegan dua lelaki yang sejak seminggu lalu harus dia anggap sebagai kakak.

"Cepat habiskan makananmu, Ace bodoh!"

"Kalau kau seburu-buru ini, kenapa tidak pergi sendiri?"

"Aku buruk dalam menyetir!"

Rouge tertawa mendengar perdebatan kecil Ace dan Sabo di ruang tamu.

"Kau tidak ingin berangkat bersama Ace dan Sabo, Lu-chan?" tanya Rouge. "Ini bekalmu."

"Tidak usah." Luffy memakai tasnya sebelum berdiri menerima bekal yang sudah disiapkan Rouge.

"Kauakan dimarahi guru karena terlambat."

"Aku tidak. Kepala sekolah bilang aku bisa datang semauku. Aku membuat kesepakatan itu dengan kepala sekolah karena aku akan mempertahankan peringkat pertamaku sampai kelulusan."

***

"Padahal aku ingin menggendong cucu." Kata Doflamingo pura-pura sedih.

"Sebenarnya saya juga." Sahut Giolla dengan tawa kecil.

"Cucu-cucu kecil yang menggemaskan," euforia Monet.

"Menggemaskan." Ulang Sugar datar. Dia memasukkan potongan daging ke mulutnya.

Tidak tahan dengan topik yang selalu sama, Law memakai tasnya dan berdiri. Ekspresinya benar-benar jengkel. Menjengkelkan. Pamannya dan anak buahnya sangat menjengkelkan, setiap saat. Harusnya Law tidak memaksakan diri untuk duduk di kursi makannya pagi ini.

"Kau sudah mau berangkat?" tanya sang ibu. Wanita itu kemudian menyerahkan kotak bekal yang diterima Law.

"Memang siapa yang ingin mendengar keluhan-keluhan di pagi hari?" sarkas Law.

Semuanya tertawa. Doflamingo dan Baby 5 yang tertawa paling keras, membuat Law jengkel setengah mati. Dia pun akhirnya meninggalkan ruang makan untuk pergi ke sekolah.

Rutinitas. Setiap pagi Law harus mendengar ocehan-ocehan bak orang mabuk dari orang-orang di rumah ini. Asal mulanya selalu dari pamannya—Doflamingo—yang selalu mengusilinya. Pria itu ingin menggendong cucu dari Law, padahal dia tahu sekali Law tidak ingin berhubungan dengan siapapun. Yah, Law tidak berniat jatuh cinta. Dulu dia pernah merasakan hal tersebut dan dibuang begitu saja. Dia tidak ingin lagi mengulang kejadian yang sama.

Law melajukan mobilnya beberapa saat kemudian. Dia mulai berpikir ingin tinggal di sebuah apartemen. Tidak masalah kecil, asal dia tidak lagi mendengar ocehan jenis apapun.

***

Kok pendek? Kok gue buat fict baru? Kok hiatus lama banget?

Astaga. Gue juga ga ngerti. Gue lagi balik ke zona nyaman (rotfl). Btw, Sugar di sini bukan loli menggemaskan. Sepantaran Baby 5 deh. Dan, meski akan ada banyak adegan Luffy dan ini-itu, ini tetap fict LawLu—di mana endingnya mereka bersama. Tapi ga tau juga sih bcs semakin gue baca update manga terbaru, plot cerita gue semakin berubah-ubah. Serius. C u next chap!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luffy - DiscontinueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang