Rara menghentakkan kakinya dengan langkah gusar. Ia melirik jam tangan berwarna putih yang melingkar indah di pergelangan tangannya, yang menunjukkan pukul tujuh lewat limabelas menit. Sambil mempercepat langkahnya, ia mengusap peluh didahinya dengan sapu tangan merah mudanya yang selalu ia bawa kemana-mana.
Shabira Anastashya Wirawan atau yang akrab disapa Rara, murid pindahan dari Jakarta ke Bandung. Rara memiliki sifat yang ceria, optimis, mudah merajuk, dan pintar. Sejak kecil ia sudah terlatih untuk hidup hemat karena ia terlahir dari keluarga sederhana. Rara memiliki seorang kakak laki-laki, Rafqi Alvian Wirawan. Yang sedang mengenyam Pendidikan di bangku kuliah semester 4 fakultas Teknik di ITB. Kakaknya yang over protective, kadang membuat Rara kesal bukan main. Tapi ia bersyukur memiliki kakak sepertinya.
“ini semua gara-gara abang! Coba aja dia gak telat nganterin aku” rara memasang wajah cemberutnyaBrukkkkk
“aduhhhhh” Rara merasakan benturan di dahinya. Terlihat sosok laki-laki dengan tubuh tinggi sekitar 180cm, berpenampilan dengan baju atasan yang dikeluarkan, memakai gelang, rambut yang di cat dengan warna abu-abu gelap, kemudian menatap Rara dengan tatapan datarnya.
Rara melihat seragam yang dikenakan laki-laki yang ia tabrak, ternyata ia 1 tingkat diatas rara. Laki-laki itu kelas 12.
“m-maaf kak, aku nggak sengaja” yang didapat hanyalah tatapan datar tanpa ekspresi. Rara hanya mendengus kesal melihat perlakuan kakak senior disekolah barunya itu.
Rara melanjutkan langkahnya. Akhirnya ia menemukan juga tempat yang ia tuju, ruang guru.
“assalamualaikum, maaf bu saya telat” Rara mencium punggung tangan Bu Santy, walikelasnya yang baru
“waalaikumsalam. Karena ini hari pertama kamu tidak apa-apa, ra. Tapi selanjutnya jangan diulangi lagi ya” bu Santy tersenyum dengan begitu ramahnya, lalu beranjak dari kursinya menuju ruang kelas diikuti Rara dibelakangnya.“selamat pagi anak-anak” bu Santy menyapa murid kelas XI Mipa 3 dengan senyum khas nya
“selamat pagi bu Santy” dibalas dengan penuh semangat oleh anak didiknya
“ibu ingin memperkenalkan teman baru kalian, Rara silahkan perkenalkan diri kamu” bu Santy mempersilahkan Rara untuk memperkenalkan dirinya.
“selamat pagi” sapa Rara
“pagiiiiiii” dibalas dengan senyuman hangat dari teman-teman barunya
“perkenalkan, namaku Shabira Anastashya Wirawan, panggil aja aku Rara. Aku pindahan dari SMAN 40 Jakarta. Salam kenal teman-teman semuanya” ucap Rara seraya tersenyum manis
“yasudah, Rara duduk disebelah Abel ya” bu Santy menunjuk meja kedua di baris ke-2 dekat pintu
Rara mengangguk kemudian berjalan ke kursi yang ditunjukkan bu Santy tadi.Kedatangan Rara disambut manis oleh Abel. Rara meletakkan tasnya di kursi kemudian mendudukkan dirinya disebelah Abel.
“halo Abel, salam kenal ya!” Rara mengulurkan tangannya, disambut dengan antusias oleh Abel.
“iya, ra. Semoga betah ya duduk sebangku sama gue” jawab Abel dengan penuh semangat
“pastinya dong bel” jawab Rara
“oh iya, ra. Lo ambil eskul apa nih? Disini kan wajib ada eskul” tanya Abel
“gue udah ambil eskul mapala kok, gue dari dulu suka muncak nih haha” sejak SMP, Rara memang punya hobi mendaki gunung. Ia sering diajak mendaki gunung oleh kakak sepupunya, Ryandra.
“wow, gue juga mapala. Samaan dong hahaha”Jam pelajaran dimulai dengan khidmat, Rara yang fokus dengan guru yang sedang menjelaskan didepan. Dan Abel yang suka bertanya-tanya tentang kehidupan Rara selama di Jakarta. Sepertinya teman baru Rara ini cukup kepo haha.
.
Tringggggggggg
Bel istirahat berbunyi, Rara yang tengah asyik membaca novel-nya tak berkutat sedikitpun dari posisinya itu. Hingga sebuah tepukan ringan mendarat di bahu kanannya.
“ra, ayo kek kantin. Udah istirahat nih. Serius banget bacanya” kata Abel
“eh, iya bel gue juga laper nih.” Rara membetulkan posisi kacamatanya kemudian memasukkan buku novelnya kedalam tas, dan bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kantin Bersama Abel.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cold Boy-!
Romanceapakah kamu tau? mencintai tapi didiamkan hasrat untuk memilikimu sangat besar tapi hanya bisa kutelantarkan apakah kamu menyadari itu? aku yang diam diam mengagumimu tanpa berani memulai sebuah perbincangan hangat duduk bersama secangkir kopi diten...